Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 39B: (Fake) Boyfriend Material

Bab 39B: (Fake) Boyfriend Material

Ini adalah hari kedua di mana Ezra alpha, dia nggak ngomong kalo bakal bolos, jadi Osa melenggang saja masuk sekolah seperti biasa. Kan kalo Ezra ngasih tau, dia bisa ikutan juga. Padahal sekalinya bolos, itu akan membuatmu ketagihan. Yakin deh, coba aja.

Osa jadi tampak tidak semangat, ini bagaikan separuh jiwanya menghilang, padahal itu artinya dia harus membayar makanan di kantin pakai uangnya sendiri. Iya, Osa punya uang, biarpun dia semi kabur dari rumah, tapi uang jajannya ngucur terus kayak air terjun. Cuma pelitnya itu loh, amit-amit jabang bayi. Daripada bertengkar soal siapa yang bayar kalau mereka lagi makan, mending Ezra mengalah daripada malu-maluin di restoran.

"Cih. Hapenya aja mati," kata Osa saat dia berusaha menghubungi Ezra.

Omong-omong dia belum balik ke rumah Ezra karena mamahnya masih cerewet agar Osa makan telur balado di rumahnya sendiri aja. Tapi kalau begini, Osa akan memutuskan untuk kembali ke pelukan sahabatnya.

Tiba-tiba seperti ada yang memperingatinya, matanya menemukan bahwa ada sesosok kuntilanak KW yang kembali lagi mendatangi kelasnya, padahal kemarin dia telah sukses untuk menghindarinya.

Osa mikir cepat untuk kabur, namun dia tidak punya banyak waktu karena jarak Tasya dengan posisinya sudah lumayan dekat. Ya udah, Osa pilih pilar terdekat untuk menyembunyikan tubuhnya dari kuntilanak KW itu. Dia tidak siap untuk berhadapan dengan Tasya, terbalik dengan kemarin-kemarin, dia selalu mampu untuk mengata-ngatai cewek pahit itu. Di mata Osa, yang namanya Tasya itu enggak ada manis-manisnya, yang ada cuma dua; sepet sama pahit.

Dengan hati dagdigdug, Osa memohon kepada Yang Maha Kuasa agar jangan sampai dirinya ditakdirkan untuk kembali menemui Tasya, meski sedetik saja. Osa belum siap, buat makin jadi gila.

Mata Tasya jelas sedang mencari Ezra-yang dia sumpahi di dalam hatinya, dan dia tidak akan biarkan ada senyuman setitikpun di wajah cowok itu. Tega, Ezra sudah membuat hidup Sabrina yang penuh masalah menjadi makin bermasalah. Sedari malam itu, Sabrina berubah menjadi bak mayat hidup, bahkan Tasya hampir tidak yakin kalau dia itu memang benar-benar sahabatnya.

Tasya yang kemarin malu-malu buat masuk kelas IPA 5, kini harus jadi garang. Bahkan kedua lengannya digulung untuk menunjukkan seberapa kekejaman yang mampu dia tunjukkan nantinya.

Tapi seperti hari kemarin, batang hidung Ezra tidak nampak, dan juga pembantunya sama saja. Tasya tentu sudah menghubungi ponsel Ezra, namun tidak aktif.

Tasya gulung lagi baju lengan kanan yang sedikit turun sebelum bertanya kepada siswa yang baru saja keluar dari kelas itu.

"Eh, lo liat Ezra nggak? Gue ada perlu nih sama dia," kata Tasya, nggak santai.

Sementara itu Osa masih berkomat-kamit meminta kalau dia jadi invisible aja sekarang.

Cowok yang ditanya Tasya pun menjawab, "Ezra Abi ya? Dia masih nggak berangkat tuh."

"Sial," Tasya mendengus. "Terus kalo si gendut itu, si Osa?"

Dan ternyata ketidakberuntungan sedang berpihak kepada Osa, karena cowok tersebut sempat melihat di manakah Osa bersembunyi saat dia melangkah keluar dari kelas.

Tangan cowok itu terangkat. "Noh di balik pilar."

Tasya siap-siap melemaskan ototnya, dia menyelingak ke tempat di mana Osa mengumpat, dan kembali lagi mengobrol dengan cowok tadi. "Oke. Makasih broo...."

Tasya sudah mengangan-angankan menu hari ini, tempe penyet dan Osa geprek!

Osa ingin berlari tapi Tasya yang lincah menarik kerah kemeja Osa dan cowok itu tidak bisa menghindar dari tawa seram kuntilanak KWnya lagi.

"Mau ke mana lo karung beras...?" Tasya sengaja sarapan banyak tadi pagi, biar dia punya tenaga tambahan untuk memarahi Ezra atau setidaknya bikin Osa sekarat.

Osa menengok dengan hati-hati. "Eh... ada nona manis...."

Jujur Osa jadi mau muntah, apalagi Tasya yang mendengarnya.

"Apa lo ngatain manis-manis, hah?!" Tasya menjadi lebih galak daripada hari pertama mereka bertemu.

Dia dorong Osa sambil berkata, "Sama aja elo kayak temen elo yang brengesek ituh. Mulut gak bisa dijaga!"

Osa yang terjerembab dalam dramanya, dia bingung.

"Siapa yang brengsek?" tanya Osa, sungguh dia dalam keadaan bodoh sekarang.

Nyalinya menciut untuk mencari gara-gara dengan Tasya, karena dia selalu ingat bahwa di depan orang tua serta adiknnya, dia mengakui bahwa Tasya itu spesial di matanya.

"Halah," Tasya mengibaskan tangannya. "Nggak usah pura-pura enggak tau. Elo sama temen lo sama aja. Nggak ada yang bener. Mau mulutnya, otaknya, bahkan tindakan kalian tuh bisanya cuma bikin masalah."

Osa berdiri sambil membersihkan kotoran yang menempel di celananya. "Apa sih? Kok mulut, otak gue salah? Kapan gue ada salah sama elo?"

Tasya berkacak pinggang dan melotot.

Osa refleks mengingat. "Oh yang soal siram-siraman. Iya... gue itu yang salah. Udah kan? Selesai?"

Tasya yang gemas bahkan dia berani menoyor Osa, dan Osa pasrah-pasrah saja dengan posisinya, meski dia tidak terima.

"Kok noyor-noyor gue? Gue salah apa...?!" Osa mengusap keningnya.

"Kalo gue ada salah, ya gue minta maaf. Tapi gue nggak ngerti yang sekarang salahnya gue itu di mana...," lanjut Osa, yang udah greget pengin mengejek Tasya, tapi dia tahan dalam-dalam.

"Elo bego apa pura-pura?" Tasya memandangnya curiga.

Osa menepuk keningnya frustrasi. "Ih susah ya emang kalo ngomong sama Kuntilanak KW. Bahasa elo emang beda ya...."

Tasya hendak menginjak kaki Osa tapi dengan cepat Osa mengambil langkah mundur, jadilah Tasya hanya menginjak lantai.

"Temen elo itu mau-" Jika Tasya tidak sadar di manakah mereka berada sekarang, maka dia sudah tidak bisa menahan perkataannya.

Dia segera menutup mulut, karena dia tidak mungkin mengumandangkan permasalahan mereka berempat di tempat umum begini, apalagi ini sekolah. Tasya tidak mau cari mati.

Tasya putar otak; bagaimanakah dia bisa memberitahu Osa tentang masalah gawat ini?

Sial, bel masuk pun sudah berbunyi, dan Tasya tidak sudi berbisik di telinga Osa, itu hal yang najis untuk saat ini.

Jadi satu-satunya cara lain yang Tasya pikirkan adalah mengetikan masalah itu di ponselnya, yang langsung dia tunjukkan kepada Osa-di depannya.

"Nih baca, gendut," kata Tasya sambil menyerahkan barang berharganya itu.

Osa yang tadinya kesal karena dipersalahkan, kini jadi melolot dan terperangah saat membaca ketikan di layar ponsel di depannya.

Bahkan Osa sampai mengambil ponsel Tasya, dan membacanya lebih dekat agar dia yakin bahwa dia tidak salah lihat.

"Ini bener ... beneran?" tanya Osa yang tergagap, dan Tasya mengangguk mengiyakan sembari tangannya meraih ponselnya kembali.

Dan saking syoknya dengan apa yang telah Osa baca tadi, ponsel Tasya pun berakhir menjadi korban karena ponsel itu terjun bebas ke lantai. Mending kalau cuma terjun doang, ini sampai ketendang orang ke sana-sini dan berakhir masuk got sekolahan yang berair.

"GENDUT! HAPE GUE GENDUUUT!!" Tasya kini benar-benar ingin membuat Osa sekarat sekarang juga.

~°°~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro