Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17B : Story of Jaketnya Osa

Bab 17B : Story of Jaketnya Osa

Nilai tambah dari seseorang yang Osa sukai adalah, ketika gadis itu mau mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Tidak peduli bahwa sepatu mahalnya harus masuk ke perkampungan dan kotor karena jalanan yang becek, orang yang Osa sukai tetap semangat membagi ilmu yang dia miliki untuk anak-anak kurang mampu di sini. Eva mengajar sambil tersenyum, wajah yang ramah, dan senyum yang memikat, membuat seorang Osa mampu berkali-kali jatuh kepadanya.

Eva sedang membuat anak-anak yang duduk anteng di tempatnya, untuk mau mengikuti cara dia mengeja kata-kata di papan tulis kapur. Umur mereka, berkisar antara sembilan hingga belasan tahun, yang tidak bisa baca dan hitung boleh berkumpul di sini. Osa tidak akan menganggu Eva, meski sekarang dia sudah masuk ke dalam dan duduk lesehan di bagian paling belakang. Andai, dompet Osa masih setebal dulu, dia pasti ke sini sambil membawa makanan yang akan dia bagikan kepada anak-anak. Sambil menyelam minum air, sambil mencari pahala, sambil cari perhatian dari Eva Nathalia.

Saat Eva tidak sengaja memecah kosentrasinya untuk melihat ke mana hatinya menuntun, dia beradu pandang dengan Osa, dan saat itulah Osa menyunggingkan senyum serta melambaikan tangan.

"Hai," kata Osa, tanpa bersuara.

Namun, Eva tidak membalas senyum maupun sapaan Osa dari jauh, perempuan itu kembali sibuk dan serius mengajar. Sikapnya itu pun membuat kekecewaan terbit di wajah Osa.

Osa tersenyum lemah, dia bersedekap. "Udah nggak ada kesempatan sepertinya."

Daripada Osa seperti hendak mati bersama rasa kesalnya karena Eva seakan tidak menganggap kehadirannya, lebih baik dia keluar dari sini, menunggu Eva di luar saja, menunggu gadis itu selesai mengajar mereka semua.

Butuh waktu setengah jam, sampai anak-anak kampung itu selesai diajar. Sambil membereskan buku-buku pembantu mengajarnya, Eva menggelengkan kepala; bagaimana bisa, Osa masih tetap menemuinya, meski pada kenyataannya dia tidak bisa membalas perasaan bocah itu.

Osa berdiri, menyampir di motor, sembari tendang-tendang batu kerikil yang berada di dekat kakinya. Bertaruh di dalam hati, apakah Eva akan menemuinya atau tidak.

"Emangnya hari ini lo nggak ada les? Sampe bisa-bisanya muncul kayak jelangkung di sini." Eva muncul di belakang Osa, dan gadis itu sukses membuat Osa terkaget sekaligus merekahkan bunga-bunga perasaan sukanya lagi.

Suara itu.... Osa rindu setengah mampus.

"Enggak ada," bohongnya, dan Eva tidak semudah itu percaya.

"Kalo mau bolos, mending gunain waktunya buat pulang ke rumah daripada ke sini," kata Eva sambil menunduk, memakai sepatu datarnya.

Osa tahu, Eva juga punya potensi sebagai wanita yang bakal doyan ceramah, jadi dia segera belokkan topiknya dengan topik yang terpenting saat ini. "Jaket dari gue mana? Kok belum lo pake?"

Eva mendongak, dan dia pun tahu, cepat atau lambat Osa pasti akan menanyakan hal itu. "Kita bukan pasangan, Sa. Ngapain lo beliin gue jaket couple. Gila lo ya."

Jika bisa menjawab; iya, gue emang gila, gila karena elo, maka Osa bisa lega sekali. Namun, ternyata dia tidak punya keberanian sebesar itu.

Dia tertawa kecil. "Jaket gituan kan nggak mesti buat couple. Tapi kalo lo mau anggap itu sebagai couple-an, gue nggak punya masalah."

Eva menirukan tawa Osa dengan sengaja. "Sikap lo yang kayak gini, cuma bikin gue merasa jahat Osa. Pulang, Sa, pulang ke rumahlah, seenggaknya sejam atau setengah jam aja-"

"Apa itu?" potong Osa, saat Eva sedang mengingatkan Osa bahwa dia punya rumah, dia punya keluarga yang dari obrolan mereka, sudah lama sekali tidak Osa temui. Mungkin, kabar-kabaran saja jarang sekali.

Ah, rupanya Osa lebih tertarik dengan pantulan cahaya, yang berasal dari benda melingkar di jari manis Eva, lalu saat Osa sudah melihatnya, gadis itu buru-buru menyembunyikannya di balik buku.

Osa jelas tahu, ikatan macam apa yang benar-benar Eva telah pilih, dan membuat gadis itu semakin tidak mungkin menganggap keberadaannya. Pertama, soal umur mereka, Eva itu sudah berkuliah, terlihat dari blazer yang dia pakai siang ini, berlabelkan nama universitasnya. Kedua....

Memikirkannya saja, sudah membuat Osa pengin nendang apa pun yang bisa dia tendang sekarang juga.

"Lo pulang aja ya, Sa, nanti kita bicarakan lagi-"

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue pulang?" Jika beberapa menit yang lalu, Osa adalah tipe cowok tengil yang sok kegantengan sekali, kalau sekarang, dia telah berubah menjadi cowok yang dingin, dan kehidupannya tak mau diusik sama sekali.

Osa tinggakan Eva, dengan perasaan serba salah yang masih mencuat di dalam hati gadis itu. Saat Osa sudah ada di sebelah motor Ezra, dia memakai helmnya, diiringu gerutuannya terhadap dirinya sendiri. Mengapa, jika dia tahu kalau ujung-ujungnya dia bakal sakit hati, kenapa dia masih mau untuk melihat wajah perempuan itu?

Kemudian saat motor Osa kian menjauh dari tempatnya berada, Eva menghela napas sembari berkata, "Gue itu calon kakak ipar lo, Sa. Itu, hubungan kita sekarang."

~•••~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro