Undangan
Aku terdiam menunggu kalimat apa yang akan dilontarkan Rayner. Mataku menatap bola matanya yang juga sedang menatapku.
"Iya, Ray?"
"Martabaknya ketinggalan," ucap dia memberikanku sekotak martabak tadi. Ah, aku melupakannya.
"Terima kasih," ucapku tersenyum kikuk.
"Iya, ya udah aku pulang ya," pamit Rayner, aku mengangguk singkat.
"Hati-hati!" Entah kenapa, bibirku spontan mengatakan itu, padahal hatiku sudah menahannya, karena tidak perlu mengucapkan itu. Ah, ada yang aneh dengan diriku.
Lalu, Rayner masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumahku. Aku berbalik memasuki pagar rumah yang tak terkunci.
"Wah wah, baru sehari di sini, udah dapat pacar aja lo, Na."
Aku memutar bola mata malas mendengar suara yang muncul itu, aku mendesis pelan melihat Litus yang sudah berdiri di depan pintu rumahku sambil berkacak pinggang.
"Bukan urusan lo!"
"Dih, galak amat, Neng."
Aku hanya mengacuhkan Litus, aku melangkah masuk meninggalkan Litus di depan.
"Una, makan dulu yuk, Nak!" panggil Bu Rum dari dapur.
"Iya, Bu Rum."
Aku langsung menuju dapur dan duduk di meja makan. Bu Rum mengambilkan piring untukku.
"Makasih, Bu Rum."
"Ayo makan! Bu Rum masak banyak hari ini," ucap Bu Rum bersemangat.
Litus menarik kursi di sampingku, dia duduk ikut makan bersama kami di meja makan.
Bu Rum juga ikutan makan di meja makan? Ya, tentunya. Karena, aku tak pernah membedakan Bu Rum sebagai Asisten Rumah Tangga. Bagiku, Bu Rum adalah ibu rumah yang selalu menjaga rumah dengan baik.
Aku mengambil nasi secukupnya lalu kutambahkan ayam kecap, makanan favoritku. Tak lupa, kerupuk yang menjadi pelengkapnya. Tanpa kerupuk, makanku terasa hambar.
"Na, lo gak bisa makan tanpa kerupuk?" tanya Litus yang ikut mengambil kaleng kerupuk.
"Kerupuk itu pelengkap. Jadi, kalau gak ada kerupuk, makan gue rasanya ada yang kurang gitu," jelasku.
Litus mengangguk-angguk paham, lalu dia mengambil kentang goreng, tak tanggung-tanggung, dia mencurahkan semua kentang goreng yang ada di mangkok. Aku hanya menggeleng melihatnya, Litus memang sangat menyukai kentang, apalagi kentang goreng. Behh, semuanya pasti ludes sama dia.
"Ya sama lah, kayak lo yang gak bisa makan tanpa kentang," sindirku, sialnya yang disindir malah cuek aja.
"Kentang hidup gue, jadi lo jangan bawa-bawa dia, gak baik," ucap Litus dan aku hanya bisa menghela napas.
"Bu Rum senang melihat kalian berdua, kenapa gak pacaran aja?" Aku tersedak mendengar ucapan Bu Rum. Dengan cepat, Bu Rum memberikan aku segelas air, aku meneguk air itu hingga tandas.
"Kita pacaran?" tanyaku seolah tak percaya mendengar pertanyaan itu.
"Dih, males banget," ucapku dan Litus berbarengan. Aku menatap Litus dan dia juga menatapku, detik selanjutnya kita sama-sama memalingkan muka.
Aku sudah menganggap Litus sebagai saudara, begitu pun dengan Litus, kita tak ada rasa lain selain, rasa persahabatan.
"Na, lo kapan mulai masuk kerja?" tanya Litus mengalihkan perhatianku.
Sebenarnya, aku bukan pengangguran atau orang yang sedang mencari pekerjaan. Banyak jenis pekerjaan yang sudah ditawarkan kepadaku, tapi, aku belum menerimanya. Masih banyak urusanku yang belum aku selesaikan.
Orang tuaku juga tidak mempermasalahkan, toh nanti jika aku tidak mendapatkan pekerjaan, bisa bekerja di perusahaan milik keluargaku.
"Gue mulai kerja kayaknya tahun depan deh, Tus."
"Kenapa tahun depan? Lama banget lo nganggurnya."
"Gue ada urusan, gue akan sibuk ngurusin urusan itu tahun ini sampai semuanya kelar."
"Urusan apaan sih sebenarnya? Lo dari kemaren bilangnya urusan penting mulu, gue pengin tahu, apa urusan penting lo itu?" Aku terdiam memikirkan jawaban supaya Litus tidak curiga.
"Hemm Litus, lo mau kentang goreng lagi gak? Masih banyak di dapur, mau gue ambilkan?" Aku sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Jawab aja deh, urusan apa? Gue tahu lo mengalihkan pembicaraan."
Mampus!
Litus memang tahu jika aku sedang berbohong atau berusaha menyembunyikan sesuatu. Namun, untuk kali ini aku harus hati-hati, aku tak ingin satu orang pun tahu tentang misiku.
"Uu– urusan ... eum urusan ci– cinta, ah ya, urusan cinta dan perasaaan."
Huft, akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan Litus.
"Cinta? Lo cinta sama siapa? Wah, gak salah lagi, pasti cowok tadi itu kan, si Playner."
"Rayner, bukan Playner!"
"Ah, itulah pokoknya, jadi benar udah pacaran?" tanya Litus.
"Belum," jawabku singkat.
Aku segera menyelesaikan makanku, tak ingin berlama-lama karena Litus semakin kepo.
Aku meminum air menutup makanku pada malam ini, kuambil tisu, lalu kubersihkan mulutku, setelah itu, aku mendorong kursi ke belakang beranjak dari situ.
"Eh, Na. Gue belum selesai makan, tungguin!" teriak Litus yang masih terdengar olehku, aku mengabaikan saja, aku memilih masuk kamar dan mengunci pintu, agar Litus tak mengangguku lagi.
***
Aku mengambil laptop dan membawanya duduk di atas meja belajarku. Aku membuka laptop dan menyalakannya, sembari menunggu laptop itu berproses, aku mengambil ponselku yang tergeletak di kasur.
Aku menelepon seseorang, aku tak perlu menyebutkan siapa yang aku telpon sekarang karena ini bersangkutan dengan misiku.
"Hallo?" sahut suara dari seberang telepon. Aku berdehem pelan.
"Kirimkan semua data yang diperlukan. Oh, ya. Jangan lupa kerjakan apa yang aku suruh kemarin, secepatnya!"
Aku langsung mematikan telepon sepihak, tanpa menunggu jawaban seseorang yang aku hubungi.
Tak lama kemudian, semua data itu masuk ke laptopku. Ah, dia bekerja sangat bagus, aku semakin mempercayainya.
Tanganku mulai mengetik di laptop untuk menelusuri data itu, semua sudah sangat jelas. Akhirnya, misiku bisa dimulai dengan cepat dan aku akan memulainya besok.
***
Hangatnya mentari pagi terasa menusuk pada tulangku. Pagi ini, matahari sangat bersemangat memancarkan sinarnya. Peluh keringat sudah puas membanjiri badanku.
Sekarang, aku sudah berada di depan perusahaan yang berlambang huruf M di tengah-tengah gedung pencakar langit itu.
Aku mengembuskan napas sebentar sebelum memasuki kantor. Aku langsung menuju meja resepsionis mengikuti prosedur.
Setelah bertanya dengan sang resepsionos yang ternyata sangat ramah, tak seperti pikiranku. Aku melanjutkan menuju ke ruangan CEO berada.
Aku kembali mengembuskan nafas sebelum mengetuk pintu ruangan bewarna coklat pekat itu. Terdengar sahutan dari dalam menyuruhku masuk, ah aku kenal dengan suara itu.
"Permisi Mbak, saya ingin bertemu dengan Tuan Rayner," ucapku menyapa sekretaris yang menahanku untuk masuk.
"Ada keperluan apa ya? Apakah sudah membuat janji?" tanya sekretaris itu dengan tampang menyelidik, dia bahkan menatapku seakan meremehkanku, aku hanya bersabar tak ingin mencari keributan.
"Saya temannya Tuan Rayner, saya ke sini karena ada hal penting yang perlu dibicarakan," jawabku bernada ramah.
"Tuan Rayner sedang kedatangan tamu dan tamunya adalah kekasihnya, Nona Yunian berpesan tak ada yang boleh mengganggunya."
Aku mendelik kesal, ingin sekali mencakar mulut sekretaris itu dengan kuku panjangku, tapi, aku tetap bersabar, tujuanku bukan mencari keributan.
Aku tak ingin lagi berlama-lama dengan sang sekretaris itu. Tanpa memerdulikan sekretaris, aku menarik egsel pintu, membukanya dan mendorongnya pelan.
"Hei, sudah kubilang kau tidak boleh masuk!" teriak sekretaris itu, aku mengabaikannya dan tetap masuk.
Pemandangan pertama yang kulihat adalah, Yunian sedang mencium pipi Rayner yang sedang sibuk berkutik dengan laptop.
Aku yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dengan kehebohan sekretaris itu membuat Yunian dan Rayner mengalihkan perhatian mereka kepadaku.
"Maaf Tuan, Nona, saya sudah memperingatkan wanita ini, tapi, tetap saja dia tak mendengarkan dan tetap masuk," ucap sekretaris itu menunduk.
Aku menatap mata Rayner yang juga sedang menatapku. Aku dapat melihat arti tatapan Rayner kepadaku, setiap menatapku, mata Rayner selalu berubah sayu, ia seakan akan menatap penuh kerinduan padaku.
"Mohon maaf Tuan Rayner, jika kedatanganku menganggu ketenangan, Tuan!" ucapku bersikap formal, aku menghormati posisi Rayner di kantor ini.
"Tidak masalah. Tari, kau bisa kembali bekerja," ucap Rayner kepada sekretarisnya.
Aku menampilkan senyum kemenangan ke arah sekretaris yang bernama Tari itu, aku melihat bibirnya yang berkomat kamit tak jelas seraya melirikku. Ah, sepertinya dia sangat membenciku.
"Silakan duduk! Ada apa kau kemari?" tanya Rayner. Aku duduk di bangku yang berada di hadapannya.
Yunian duduk di sofa yang berada di dalam ruangan sambil melirikku sinis, aku tak memerdulikannya, urusanku bukan dengan dia, melainkan, dengan Rayner.
"Aku ingin mengundangmu datang ke acara ulang tahun perusahaan keluargaku," ucapku memberikan sebuah undangan kepada Rayner.
"Perusahaan FP-Group?" tanya Rayner terkejut.
Siapa yang tak terkejut mendengar nama Perusahaan FP-Group? Perusahaan keluargaku itu sudah berkembang pesat di Indonesia, bahkan di Asia kedudukannya nomor satu, sebagai penghasil tambang terbesar.
"Berarti kau adalah anak dari Tuan Fernando Parahaja?"
"Benar."
"Aku pasti datang, perusahaan kita telah bekerja sama sejak satu tahun yang lalu."
Oh benarkah? Aku terkejut mendengarnya. Ternyata, perusahaanku telah bekerjasama dengan perusahaan milik Rayner. Siapa yang telah menjalin kerja sama ini?
"Aku tunggu kehadiranmu," ucapku bangkit dari duduk.
"Aku pasti datang," ucap Rayner tersenyum kecil.
"Aku pamit, terima kasih."
Aku melirik ke arah Yunian yang sedang bermain ponselnya. Ah, aku sudah tahu kebusukkanmu. Aku menyunggingkan senyum sinis ke arahnya. Merasa terhina, dia bangkit lalu menghampiriku.
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Ada masalah, hah?"
Aku hanya tersenyum, menampilkan senyum terbaik yang kupunya. Aku merasa sedikit kasihan dengannya, hei kenapa aku malah bersimpati dengannya? Tidak bisa dibiarkan.
"Miris," tajamku kepada Yunian.
"Apa maksud lo, hah?"
"Hati-hati dengan pacar Anda ya, Tuan!" ucapku kepada Rayner yang langsung menatapku heran. Setelah itu, aku langsung keluar ruangan meninggalkan Rayner yang pastinya memikirkan ucapanku.
***
Hai Guys! aku balik lagi.
Semoga kalian suka ya! Terima kasih bagi yang sudah mampir.
So, aku mau berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada Sahabat karibku dira_ahn yang telah membuatkan cover dari zaman jahiliyah 😆😆😅
Eh, eh, maksudnya dari cerita pertamaku Love You Brother sampai sekarang. Pokoknya, Big Thanks! Nadiroohh Kuya Kuyaaa🖤🖤🖤
Gimana menurut kalian? Bagus kan covernya? Jika berminat silakan hubungi dira_ahn harga bisa kita perbincangkan 😅😂😂😂
Okelah, thank u yang udah baca tetap baca ceritaku yang lain yah. Jangan lupa vote and commentnya!!!
Thanks
~Amalia Ulan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro