Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tujuh

Suasana hutan malam ini benar-benar hening. Tidak ada satu makhluk hutan pun yang mengeluarkan bunyi. Suara burung hantu, serangga sampai gemerisik dedaunan seolah lenyap akibat penyerangan brutal pada anggota dewan keamanan. Kunang-kunang yang kerap menerangi di dalam pekatnya malam juga tidak muncul satu pun. Langit mendung, tapi aroma petrikor yang kerap menjangkau tempat yang jauh dari tempat turunnya hujan juga tidak tercium oleh indera milik Lay yang jauh lebih sensitif dari makhluk lainnya. Benar-benar sebuah fenomena yang tak biasa.

Lay mencoba menyusuri jejak sang pembuat onar, ia bergerak dengan cepat dan dalam keheningan ke arah utara, sesuai dengan keterangan para saksi mata yang menjadi korban. Ia menyadari beberapa anggota classified mengikuti cukup jauh di belakang, namun ia sama sekali tak memperlambat langkah. Ia tahu kecepatan kaki Baekhyun dan Chen berbanding lurus dengan kecepatan mulut mereka saat berbicara dan merespon akan suatu hal.

Lay menghentikan langkah, di ujung hutan terdapat sebuah gua, dengan instingnya ia memeriksa keadaan di dalam. Keadaan di dalam gua begitu lembab, Lay meraba dinding gua dan memejamkan mata, mencoba merasakan kehidupan lain di sana, namun nihil.

"Aku baru tahu ada tempat seeperti ini di sini, apakah dewan keamanan sudah mengetahui hal ini?" Suara Baekhyun terdengar di mulut gua, hingga menggema ke dalam.

"Lay, kau di dalam?" tanya Chen memastikan.

"Ya, masuklah," balas Lay.

Chen dan Baekhyun masuk sambil mengeluhkan tentang betapa pengap dan lembabnya gua yang mereka sambangi. Semakin ke dalam semakin tidak ada cahaya, kemampuan melihat mereka pun menurun drastis, hingga ke titik buta.

"Aku akan mengingat untuk membawa senter nanti," ajar Chen.

Tak lama sebuah Cahaya muncul dari belakang, seketika Chen terbelalak takjub. "Baek, kau sudah dapat mengaktifkan kemampuan lain?"

Baekhyun berdecak. "Ini flash ponsel, kalian tidak tau cara untuk menggunakannya huh? Kita sudah di abad 21 sekarang. Tinggalkan kehidupan kuno kalian, belajar untuk menjadi lebih manusiawi," cerocosnya.

Lay memejamkan mata, sedikit menyesal tidak terpikir mengenai flash ponsel yang harusnya bisa digunakan saat ini. Chen segera mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter dari ponselnya juga. "Berminat untuk menelusuri dan mencari ujung gua ini?" tanya Chen kemudian.

Lay mengangguk, tangannya terjulur untuk mengambil ponsel dan menyalakan flash.  "Baek, kau ikut?" tanyanya kemudian.

Baekhyun bergeming sembari melihat ke dinding gua, tangannya terjulur untuk melihat lukisan yang terukir di sana. "Sepertinya ini sudah sangat lama dibuat," ujarnya.

"Buatan manusia?" tanya Chen.

"Entahlah, makhluk abadi pasti akan selalu meningkatkan kemampuan sastranya dan memindahkan juga mencatat seluruh pengetahuan mereka sesuai dengan perkembangan zaman, tak jarang kaum kita menguasi berbagai macam bahasa sampai ke bahasa kuno sekalipun. Ini terlalu primitif."

Lay mendekat, memeriksa guratan-guratan di dinding gua itu. "Saat keadaan sudah jauh lebih terang, kita akan kembali memeriksanya."

"Kalian pergi saja duluan, aku akan mencari titik awal dari lukisan-lukisan ini," ujar Baekhyun. Saat pertamakali melihatnya Baekhyun langsung tertarik, entah mengapa lukisan ini seolah menyihirnya untuk mencari tahu lebih lanjut.

Lay dan Chen mengangguk, keduanya kembali menelusuri gua lebih dalam lagi. Setelah perjalanan yang cukup panjang, mereka akhirnya menemukan ujung gua. Di ujung gua terlihat cahaya kehijauan melintas di langit, pemandangan yang sangat indah itu sangat berbanding terbalik dengan pintu masuknya.

"Aurora? Sebenarnya kita di mana?" tanya Chen kebingungan.

Lay melompat ke pohon tertinggi untuk melihat sekeliling guna memastikan dugaannya. "Iceland."

Kalimat Lay merupakan jawaban, bukan pertanyaan, dan Chen mengetahui dengan pasti akan hal itu. Kini ia menjadi sangat terkejut, wilayah utara Inggris tempat mereka memasuki gua berada ribuan mil jauhnya dari tempat ini. Rasanya tak masuk akal.

"Apa gua itu memiliki portal teleportasi?"

.

.

.

Kai masih berbaring dengan lemas, vampire baru itu benar-benar hampir menghabiskan seluruh darahnya. Untung saja Juliana sangat membantunya dengan memberikan stok darah untuk diminum.

"Aku berhutang padamu Juli," ujar Kai.

"Bukan masalah besar, aku kenal dengan seorang vampire yang bekerja di bank darah, jadi mudah untuk mendapatkannya."

"Mengapa rasa haus vampire baru itu tak kunjung reda? Dia sudah menguras hampir seluruh darahku."

Juliana juga merasa heran karena rasa haus vampire baru yang tidak normal itu. Biasanya setelah minum tiga kali, rasa haus vampire baru saja tergigit akan berkurang drastis.

"Mengingat kemampuannya, kurasa ada sesuatu yang khusus pada gadis itu. Mungkin kau bisa melacak latar belakangnya," usul Julia.

"Ide bagus," aku akan minta tolong Xiumin untuk mencaritahunya.

Juliana berdecih, ia sudah mendegar dari Xiumin bahwa Kai adalah anggota paling malas dari anggota classified yang lain. Ditambah kemampuan teleportasinya yang sangat mendukung kemalasannya itu. "Salah satu anggota kelompokmu yang berada di dewan keamanan diserang."

"Chanyeol?!" spontan Kai bertanya.

"Apa yang terjadi, bagaimana bisa dewan keamanan diserang? Siapa yang menyerang mereka?" tanya Kai tanpa jeda.

"Entahlah, aku belum mencaritahu lebih jauh. Aku juga ingin mencaritahunya."

"Aku akan mengumpulkan kembali tenagaku, setelah itu ayo kita pergi ke markas."

.

.

.

Sesuai saran Luhan, Kris menuju ke perpustakaan hutan. Konon di tempat ini ada bagian yang menyimpan seluruh rahasia mengenai makhluk abadi, dan tidak semua makhluk abadi dapat menemukannya. Di pintu masuk ia bertemu dengan seorang  dryad si peri hutan yang tubuhnya menyatu dengan pohon. Kris hanya dapat melihat bagian pinggang ke atas dari makhluk itu, sedangkan tubuh bagian bawahnya sudah menyatu dengan pohon.

Para peri hutan memiliki dua pilihan, hidup menjadi dryad dengan tugas khusus yang tidak bisa mengubah bentuknya seperti penjaga perpustakaan ini, atau menjadi dryad penjaga hutan biasa yang bisa berubah bentuk layaknya manusia. Namun pada umumnya dryad akan menjalani profesi yang berkaitan dengan penjagaan hutan.

Aurelian kaum dryad merupakan seorang pengusaha pupuk sukses di dunia manusia yang mendonasikan sebagian besar hartanya untuk membangun sebuah balai konservasi untuk hutan lindung dan juga hewan yang hampir punah di kawasan Asia Tenggara. Rumor lain mengatakan kaum dryad memiliki pulau khusus yang berisikan hewan-hewan yang sudah dianggap punah oleh manusia untuk dilindungi dan dikembangbiakkan.

"Kemuliaan tertinggi adalah pengetahuan, tolong bukalah pintu pengetahuanku." Kris mengucapkan kata sandi untuk memasuki perpustakaan hutan.

"Seorang vampire rupanya," ujar dryad penjaga pintu. "Tidak banyak vampire yang datang kemari."

"Buka pintunya, aku sudah mengucapkan sandi," ujar Kris malas. Ia tidak suka berbasa-basi, terlebih dengan makhluk yang belum ia kenal.

"Angkuh dan congkak, sesuai dengan ciri khas kaummu," balas dryad itu.

"Tutup mulutmu dan kerjakan tugasmu untuk membuka pintu."

"Apa yang seorang vampire inginkan di tempat ini? Bukankah kalian telah memiliki semua pengetahuan kaum kalian di kediaman keturunan Sang Aldemaro?"

Kris tahu yang dimaksud dryad penjaga pintu ialah perpustakaan di Blasius Manor, tempat kediaman Lay yang merupakan tempat para vampire murni berkumpul.

"Jika masih mempersulit akan kuadukan kau ke keturunan Sang Aldemaro karena telah melanggar poin perjanjian agung." Kris mengancam. Sang penjaga pun berdecak dan kini dua pohon di sampingnya bergeser, menampakkan sebuah pintu di baliknya.

"Mereka harus mengganti sang penjaga pintu jika ingin para makhluk abadi menjadi cerdas. Apa-apaan tatapan menghakimi itu?" gerutu Kris kesal.

"Shhh... Kau harus tenang," tegur salah seorang penyihir di dalam perpustakaan. Ia sedang tenggelam menikmati bacaannya sampai Kris yang menggerutu datang.

"Maaf," ujar Kris singkat yang dihadiahi tatapan tidak suka dari makhluk lainnya yang berada di sana. Matanya memindai dengan saksama, perpustakaan hutan terlihat lebih luas dari perkiraannya.

Kakinya yangnpanjang terus melangkah untuk mencari bagian rahasia. Namun setelah ia berkeliling, ia sama sekali tidak menemukan petunjuk apa pun.

"Mencari sesuatu?" tegur seorang wanita yang tiba-tiba menghampirinya. Kris cukup kaget, namun ia tetap harus terlihat keren dan dingin untuk melindungi citranya sebagai seorang vampire.

"Apa kau tahu soal bagian rahasia?" tanya Kris pelan.

Wanita itu menutup bukunya dan tersenyum. "Sudah kuduga, seorang vampire kemari pasti bukan hanya untuk mencari buku biasa."

Kris menaikkan sebelah alisya. "Jangan bilang kau juga ingin menghakimiku seperti si penjaga pintu?"

"Tidak, hanya saja aku cukup senang untuk bertemu dengan vampire lainnya di sini."

"Ah, kau juga seorang vampire." Kris memganggukkan kepala. "Jadi Nona, bisakah kau membantuku untuk mencari bagian rahasia?"

"Ikut aku," ujar wanita itu.

Wanita itu membawa Kris ke ujung ruangan. Buku-buku di sana terlihat paling tua dan usang. "Apa kau melihat ada sesuatu yang aneh di sini?"

Krisnmemjndai deretan buku tua tersebut, sampulnya terbuat sari berbagai macam kulit binatang, kebanyakan terbuat dari kulit lembu, dan semua terlihat lusuh. Hanya ada satu buku yang masih bersih dan terlihat baru. Kris kemudian menatap wanita itu seolah bertanya. Wanita itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Kris menarik buku mencolok itu, dan buku-buku dari dalam lemari di sekitarnya mulai bergerak dan membentuk anak tangga. Wanita itu mulai menaiki anak tangga yang langsung Kris ikuti. Begitu sampai di ujung, terdapat sebuah pintu besi tua.  Di sampingnya terdapat beberapa kunci.

"Abaikan kunci tua yang lain dan ambil yang paling baru seperti buku sebelumnya," ujar wanita itu seraya memasukkan kunci yang paling baru ke pintu tersebut. Pintu terbuka dan memperlihatkan isi bagian rahasia yang jarang orang ketahui.

Ruangan rahasia ini tidaklah semencekam bayangannya. Tempat ini cenderung lebih terang daripada perpustakaan hutan tadi, dan juga di sini lebih hangat. Semua buku tersusun dengan rapi berdasarkan warna, membuat semua pasang mata yang memandangnya pasti takjub,

"Buku apa yang kau cari? Akubisa membantu, aku sudah membaca buku di bagian ini."

Kris membelalak dan membatin jika wanita itu pasti seorang kutu buku.

"Di saat kau tidak memiliki batasan umur dan tidak memiliki siapa pun dalam hidup, buku-buku ini merupakan penolong untuk mengusir rasa kesepian yang menyiksa selama menjalani kehidupan abadi ini."

"Aku ingin mencari buku tertua di sini, yang menjelaskan tentang para leluhur makhluk abadi."

Wanita itu melangkahkan kaki ke bagian kiri, di mana buku bersampul gelap berkumpul. Ia kemudian menarik secarik kertas hitam dari sana dan memberikannya pada Kris.

Kris menaikkan sebelah alisnya dan melemparkan pandangan apakah kau serius pada wanita itu.

Wanita itu kemudian memberikan sapu tangannya kepada Kris."Lap kertas itu dan taruhlah di lantai."

Kris hanya mengikuti apa yang wanita itu perintahkan dengan mengelap kertas dan menaruhnya di lantai, kemudian kertas itu berubah menjadi sebuah buku yang sangat tebal.

"Salah seorang leluhur penyihir pasti melakukannya agar buku ini tak tampak mencolok. Dan kalau kau tidak mengelapnya dulu, debu yang ada di buku itu akan menjadi sebuah masalah untuk baju putihmu. Aku bahkan terlihat seperti gelandangan yang belum mandi selama tiga bulan setelah berhasil membuka buku ini untuk pertama kali."

Kris masih merasa takjub, bukan dengan buku di hadapannya, tetapi dengan bagaimana memori wanita di hadapannya ini bekerja. Menghabiskan hidup dengan membaca buku di bagian rahasia perpustakaan hutan tak pernah terpikir di benaknya. Ia harus mengobrol banyak dengan wanita ini.

"Kurasa urusanku untuk mengantarmu sebagai teman vampire pertamaku di perpustakaan ini sudah selesai. Ada hal penting yang harus kuurus sekarang, sampai jumpa lain waktu!" Wanita itu kemudian berteleportasi ke dekat pintu dan keluar dari bagian rahasia dalam beberapa detik saja.

"Hei, Aku bahkan belum tahu namamu!"

Kris kemudian menatap sarung tangan di genggamannya, di sana terukir sebuah nama yang sangat familar di otaknya.

"Joanne Lambert? ternyata kau juga seorang vampire."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro