Teruntuk kamu yang menemukan untaian kata ini,
Biarkan aku mendongeng sesuatu yang sedikit membosankan,
Tentang hal gila nan lucu, juga penuh senyum abstrak dari seorang perempuan

Pernah ada luka yang terasa tidak terobati
Hingga membuat lupa diri
Nyaris, kuabaikan apa yang harus dinikmati
Menenggelamkan dalam sesal tanpa arti

Lalu,
Perlahan hadir sosokmu
Dengan lugu,
Membuatku diam dan terpaku

Awal canda, terasa tawa yang hampa
Pelan-pelan, nyaman ini mulai menyapa
Jerat luka, tiba-tiba terbias ditelan gurauan
Pilu yang jutaan, hilang terhisap nyata gelakan

Kamu,
Mengembalikan duniaku
Menghadirkan senyum,
Ketika ruang kosong memaksaku untuk membisu

Namun lalu aku tersadar sesuatu,
Kita ini palsu
Aku, kamu, semua yang terjadi, semu
Dunia kita bertemu, penuh dengan tipu

Lantas,
Apa rasa ini masih terasa pantas?
Apa nyaman ini tidak terlewat batas?
Bagaimana jika akhirnya aku menolak aras?

Selama ini,
Aku membentengi diri
Dengan apa yang terjadi
Bersikap layaknya adik, yang setia menemani

Hanya saja,
Kadang rindu menegur tanpa tahu dirinya
Memaksa mengakui jika sesekali ada lain yang kurasa
Tidak perlu khawatir, aku tetap akan menjadi adik manismu tanpa batasan

Semua ini terasa lucu,
Karena rasa, rindu, dan kata yang tidak terungkap, malu
Dunia kita hidup, sangatlah rancu
Apa lagi yang bisa kuangankan lalu?

Satu, pinta terakhirku
Jangan pergi, tanpa membiarkanku tahu
Biarkan aku, bersiap dahulu
Untuk kehilangan, apa yang kini menjadi senyumku

Sampai waktu itu tiba,
Bolehkah aku (lagi-lagi) meminta?
Jangan ada bosan,
Atau kebohongan selain hati dan rasa yang harus kita matikan

Teruntuk kamu yang menemukan untaian kata ini,

Tersenyumlah
Bahagialah,
Dan tetaplah menjadi kamu yang kukenal

Teruntuk kamu yang menemukan untaian kata ini,
Aku menyayangimu, dengan cara gila yang tidak biasa.

October, 18 2017
Bogor