Setiap hari adalah awal yang baru,
Dan aku selalu terbangun,
Di pagi hari dengan rasa yang semu,
Berharap sakit ini semua akan berlalu.

Katamu, tidak pernah ada kata terlambat,
Apa lagi untuk memulai sesuatu yang belum terlumat
Namun bagiku, semua sudah mengerat,
Membuat perih juga nyeri yang teramat.

Setiap hari aku terbangun dan berharap,
Perlahan hati ini tak lagi senyap,
Siapa tahu waktuku untuk bahagia belum lenyap,
Dan semua kesakitan ini bisa ditelan pengap.

Bagaimana mungkin kamu baik-baik saja,
Sementara aku merindu juga merana.

Bagaimana mungkin secepat itu kamu lupa,
Sedangkan aku tersiksa dalam ingatan raga.

Kecuali jika semua hanya drama,
Rasa dan asa yang kamu ungkap percuma,
Hanya lelucon di kala senggang menyapa,
Lalu terlupakan seiring waktu menapak.

Aku ingin baik-baik saja, sungguh.
Apa kamu pikir mengiba begini tak membuatku malu?
Bahkan untuk memandang cermin pun aku tak lagi mampu.
Karena di sana terpantul sosok seorang gadis rapuh penuh pilu yang tak tahu diri berharap temu.

Ajari aku melupakan sepertimu,
Ajari aku menyakiti sebisamu,
Ajari aku menyayat hati sesukamu,
Karena aku sama sekali tak sanggup lakukan itu.

Ini obsesi semata,
Atau cinta?
Kenapa aku tak sanggup melupa?
Puaskah kamu melihatku kini menderita?

00.27 a.m
October, 28 2017