Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 7

'Aku ingin menghapus 100% ingatanku, namun hanya 20% yang terhapus sepenuhnya'

(^._.^)ノ(^._.^)ノ(^._.^)ノ

Nara melihat kertas kosong di depannya. Apa yang harus ia gambar? Rasanya semua sama saja. Hampa dan penuh kesunyian. Sama seperti kertas yang belum ia gambar itu.

Dua minggu sekali pak tua itu- pak Chandra selalu mengajaknya ke taman ini. Dengan alasan agar konseling Nara. Padahal itu alasannya agar bisa lari dari kantor.

Nara melihat seorang anak berseragam SMP yang berlari dengan menggendong tas merah. Rambutnya terurai berwarna kecoklatan ketika tertimpa cahaya matahari. Senyum lebar menghiasi bibirnya. Dia tampak polos dan lugu. Di belakangnya ada dua temannya. Anak laki-laki beralis tebal, dan anak perempuan berkucir dua. Entah apa yang mereka bicarakan, namun terlihat jelas itu sangat menyenangkan.

Hanya anak perempuan ber tas merah yang senang sekali. Ia berjalan lebih cepat dari yang lain. Melompat ke sana kemari. Dan  memutar tubuhnya. Yang dia lihat dunia penuh warna seperti permen gulali atau pelangi. Ia tak tahu bahwa teman yang di belakangnya, sebenarnya adalah serigala berbulu domba. Yang ketika si anak perempuan bertas merah itu berhenti melompat dan berjalan cepat, serigala itu akan menerkamnya.

"Kamu mau gambar apa?" Tegur Vito yang di samping Nara.

Nara menoleh ke Vito. Dia menjawabnya dengan kedua bahu ke atas. lalu memalingkan kepala lagi.

Vito mendengus ketika menerima jawaban Nara. Vito masih heran kenapa dia mau ikut ke acara yang sangat membosankan ini. Lebih baik tadi dia pergi, mencari lowongan kerja untuk menyambung hidup, atau mengerjakan makala Minggu depan.

'Bodohnya aku,' gumamnya dalam hati.

(^._.^)ノ(^._.^)ノ(^._.^)ノ

Nara berjalan lebih dari dari Vito. Vito sendiri sedang di sibukkan dengan pak Chandra yang ngalur ngidul ngomong gak jelas. Tentang pasien baru, banyak pengunjung buang sampah sembarang, sampai yang gak penting kayak mbak-mbak yang jaga warteg depan RSJ bening plus glowing bunget.

Vito tetap tersenyum simpul dan sesekali menyipitkan matanya. Walau sebenarnya dia sama sekali tidak tertarik dengan yang di bahas pak Chandra.

"Oh kamu kenapa nolak jadi guru Nara?  Gajinya lumayan buat bayar kuliah lo," ujar pak Chandra.

"Ohh… belum bisa jadi guru pak," jawab Vito. Sebenarnya dia malas berurusan dengan Nara yang akhir-akhir ini membelokan ketenangannya.

"Hmmm… ya wajar saja. Nara memang spesial."

'Spesial nyusahin' ingin sekali kata itu terlontar dari mulut Vito. Namun itu bakal merusak imagenya. Juga 3 prinsipnya:

-Yang gak perlu diomongin gak usah diomongin.
-Yang gak perlu dilihat gak usah dilihat.
-Yang gak perlu didengar gak usah didengar.

Lalu 3 prinsip tambahan jika berhadapan dengan hal yang tidak diinginkan:

Jalani => Nikmati => Syukuri

Semua itu ia dapatkan sejak ibunya masuk RSJ. Dan dia jadi anak buangan di rumah bibinya. Belum lagi semua parttime yang ia lalui agar bisa hidup sampai sekarang.

Hidupnya berbeda dengan Nara. Walau Nara dibuang semua orang, dia masih bisa makan enak, tinggal di tempat nyaman, dan tak mengeluarkan keringan untuk sebuah kertas.

"Lalu kamu mau kerja apa?" Tanya pak Chandra.

"Belum tau pak, hehehe."

Pak Chandra menggaruk kepala belakangnya. Dia memikirkan sesuatu. "Hmmm… bagaimana kalo di cate book punya Anggun?"

Mendengar nama kakak iparnya di sebut, Nara melirik sedikit ke belakang.

Vito terkekeh lalu menyipitkan mata. Dia mengangguk kepala 3 kali. Menandakan dia setuju dengan keputusan itu.

(^._.^)ノ(^._.^)ノ(^._.^)ノ

Vito kini bekerja di cafe book dengan nama cafe sama dengan nama sang pemilik, Anggun. Sift ini hanya ada Melisa dan Vito. Karena ini cafe book, jadi suasana benar-benar tenang dan damai. Orang ke sini untuk belajar atau sekedar istirahat. Tak banyak yang bisa di kerjakan, selain menghidangkan makanan dan menata buku. Juga tugas wajib bersih membersihkan.

Melisa sedang menatap buku. Dan Vito memegang nampan berisis dua jus buah, berjalan menuju meja pengunjung. Ada Keke dan Gita yang di temani laptop masing-masing. Melihat Vito datang, Keke berhenti mengetik dan memaparkan senyum manis pada Vito. Keke dan Gita masih memakai jas almamater. Mungkin ada acara sebelum mereka ke sini.

"Bagaimana kerajanya, lancar?" Tanya Keke.

Seperti biasa Vito menyengir dan menyipitkan mata, "Lancar," jawabnya singkat dan jelas.

Vito membalikan badan dan menuju ke dapur. Dia tal sadar Keke terus memperhatikannya, hingga ia masuk ke dapur.

Vito duduk di bangku kecil dalam dapur. Anggun sedang menggoreng kentang untuk pesanan. Mata Vito mendelik ke arah tumpukan kertas yang ada di sebuah meja dekat penerimaan pesanan. Vito berdiri dan mendekati itu. Kertas HVS dengan tulisan tangan yang sangat rapi. Dari halaman pertama jelas ini sebuah cerita. Atau sebuah novel?

"Mbk ini punya pelanggan ketinggalan?" Tanya Vito.

Anggun menoleh dan tersenyum kecil. "Itu punya Nara," ujarnya dengan suara agak keras.

Haaa? Nara bisa menulis semenarik ini? Itu yang Vito pikirkan saat membaca halaman pertama.

Anggun meniriskan kentang gorengnya. Lalu berjalan mendelati Vito.

"Nara yang sekarang tidak. Tapi dulu, saat dia masih jadi princess kecil kesayangan semua orang. Aku dapat itu dari Rifky. Kalau Nara lihat pasti udah di bakar," jelas Anggun.

Vito terkekeh kecil lalu menaruh kertas itu ke tempatnya. Ia mengambil kertas pesanan, dan menuju gelas kosong untuk membuatkan pesanan yang ia baca tadi.

"Peri kecil yang bahagia?" Gumam Vito mengingat judul cerita itu.

Tak lama gadis berjaket hitam, berok pendek di atas lutut berwarna pink masuk ke cafe. Rambutnya yang pink dan penampilannya, membuat beberapa cowok kampus melirik.

Melisa tergesa-gesa masuk ke dalam dapur, dengan raut ketakutan. Anggun yang dari tadi di depan dapur tahu siapa yang baru saja datang. Anggun menghela nafas, lalu melirik Vito. Dengan ayunan tangan, Anggun mengisyaratkan Vito keluar dan mengawasi agar tak ada masalah.

Vito dengan terpaksa tersenyum, dan keluar dari dapur. Keke melihat Vito keluar, dia pun tersenyum dan melambaikan tangan ke Vito. Vito membalasnya dengan hal sama.

Nara menuju rak paling ujung. Dan di sana isinya hanya komik-komik jepang lama. Vito beranjak dan perlahan mendekati Nara.

Nara berjinjit, dan mengulurkan tangan mengambil komik paling atas. Dia berhasil mendapatkan komiknya dengan sedikit usah. Nara membuka halaman  komik itu dengan cepat, sampai ia mendapat bagian yang menurutnya menarik. Ia berhenti di part komik, ketika tokoh utama berciuman dengan pasangannya. Nara melihatnya dengan senyuman di bibirnya. Fiks, ini merusak gambaran dari semua orang bahwa Nara itu gadis polos yang kesepian.

Ia tak sadar Vito tak sengaja melihat, dan memperhatikan apa yang di lakukan Nara. "Ooh, kamu suka yang begituan ya?"

Suara Vito mengagetkan Nara. Nara buru-buru menutup komik. Lalu gelagapan dan menatap Vito dengan canggung. Rona merah bersemi di pipinya. Dia mundur beberapa langkah menjauh dari Vito.

"Aaa, k.. kaaau?"

(^._.^)ノ(^._.^)ノ(^._.^)ノ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro