Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5

'Kenapa semua orang yang kuharapkan terus di sisiku malah menghilang?'

/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\

"Kamu kayaknya kenal sama anak itu?" Tanya Keke yang baru melangkah masuk ke lift.

Vito yang lebih dulu masuk lift, menatap ke arah Keke berusaha tersenyum. Vito gak mau Keke ngrasa curiga sesuatu atau mikir aneh-aneh. "Dia sering mampir ke cafe itu."

Vito menekan tombol lift. Lalu pintu lift itu tertutup.

"Btw besok kamu senggang?" Tanya Keke dengan mata berbinar dan senyum lebar.

"Hmmm… iya, kenapa?"

"Mau temenanin aku beli buku gak? Aku ngajak Gita tapi dia nolak. Mau gak?" Keke menyebut-nyebut nama Gita. Padahal Gita gak bersalah. Itu cuma alasan Keke biar Vito mau ikut dengan dia.

Vito menggaruk kepala bagian belakangnya. Memikirkan apa dia mengiyakan atau menolak. Besok sih dia senggang. Gak ada tugas. Dan gak harus jenguk ibunya.

"Hmm boleh," jawab Vito singkat.

Rona merah muncul di pipi Keke. Keke terlihat sangat senang. Vito yang melihat tingkah Keke aslinya merasa aneh. Tapi Vito hanya terkekeh ringan. Dan tak melontar kata yang membuat gadis berambut panjang itu tersinggung.
Tak berselang lama lift terbuka.

/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\

Nara melihat kamar apartemennya yang sudah di tata rapi ketika dia selama seminggu di RSJ. Barang yang pecah atau hancur di ganti baru. Juga ada beberapa bingkisan di atas meja. Sebuah buket bunga, coklat Silverqueen panjang, juga boneka kelinci berwarna ungu.

Nara menatap dingin bingkisan itu. Dia sudah tahu siapa pemberinya. Bukan orang yang spesial baginya. Bahkan orang itu meninggalkan Nara sendiri di sini. Dan semua pemberian ini tak lebih dari rasa kasian.

Nara mengambil buket bunga itu. Dan melemparkannya ke dinding. Bunga-bunganya pun berantakan ke sana kemari. Coklat Silverqueen Nara abaikan, dan tetap di sana. Sedangkan boneka ia peluk erat. Sembari ia merabahkan tubuhnya di sofa sebelah meja itu.

Air mata keluar dari matanya. Walau hanya satu atau dua tetes. Ruangan yang senyap dan gelap ini, dia hanya sendiri. Semuanya meninggalkannya. Mereka berfikir sebuah matrial bisa membuat Nara bahagia. Tapi itu salah besar. Mungkin Nara senang sesaat. Namun suatu hari dia akan merasa bosan dan membuang semuanya.

Ketika Nara membuka mata. Hanya ada putih abu-abu yang ia lihat. Bunga-bunga yang berserak itu dia lempar karena tak berwarna baginya. Dia selalu iri melihat orang-orang bahagia, tersenyum, bahkan tertawa. Karena Nara sudah lupa rasanya. Nara cuma berharap dia cepat mati. Dan semuanya berakhir. Namun kadang Nara merasa takut untuk melakukannya. Sekali dia punya keberanian, pasti ada seseorang yang menggagalkannya. Seperti Vito.

"Aku benar-benar bosan. Harus apa sekarang?"

/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\

Vito seperti biasa mampir di cafe book. Dia menghabiskan hampir seharian di sana. Duduk sendiri dengan kentang goreng, dan pop ice rasa taro. Akhir-akhir ini tugas semakian banyak. Berhubung Ujang semester semakian dekat.

Senja sudah malu-malu muncul. Makanan dan minuman Vito sudah habis semua. Walau tugasnya belum sepenuhnya selesai. Vito menenggelamkan tangan ke dalam lipatan tangannya. Lalu menarik nafas dari dalam sana.

Suara langkah kaki membuat Viti harus menganggap kepala. Anggun pemilik cafe ini mendekti Vito. Dengan tumpukan buku yang ia bawa. Jelas sekali itu buku pelajaran anak SMA.
Dengan senyuman lebar, Anggun menaruhnya di atas meja Vito.
Vito mengeluk senyuman. Walau dipikirkan ada sebuah tanda tanya besar.

"Boleh minta tolong?" Tanya Anggun dengan nada halus.

Vito menyipitkan mata, dan menyengir. "Apa mbk, apa?" Begitulah Vito memanggil Anggun yang 10 tahun lebih tua darinya.

Anggun duduk di kursi depan Vito. "Aku tahu, kamu yang bawa Nara ke rumah sakit waktu itu. Jadi kamu tahu kan soal Nara?"

Sengiran Vito berubah menjadi datar. Wajah ibunya justru yang teriang dalam fikirnya. Vito hanya mengangguk. Sambil mengigit sedikit bagian bibirnya.

"Soal kejadian kemarin, itu abaikan saja," ujar Anggun.

"Haaa, kemarin kenapa?"

Anggun menghela nafas dan mulai bercerita. Dia membahas saat Nara menyodorkan pisau ke Anggun, dan Vito datang.

"Itu salahku. Jangan salahkan Nara," lanjut Anggun dengan nada berat. "Sebenarnya aku kakak ipar Nara."

Vito agak terkejut dengan pernyataan Anggun. Vito bahkan tidak bertanya, dan bahkan sebenarnya tidak peduli untuk tahu hal-hal yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dia. Sebabnya Vito heran kenapa Anggun menceritakannya ke dirinya. Dan bukan hanya itu yang dia ceritakan. Tapi sedikit masalah tentang Nara.

Nara seharusnya masih duduk di bangku SMA sekarang. Dia masih 16 tahun, dan 17 tahun 2 bulan lagi dari sekarang. Dulunya Nara anak ceria, pintar, rama, bail hati. Dia bagaikan putri yang hidup bercukupan, dilimpahi kasih sayang, dan punya banyak teman. Saat itu dia mungkin anak paling bahagia sedunia. Numun bukan hidup kalau tidak ada duka.

Orang tua Nara bercerai, ibunya menikah lagi dan pindah ke luar negeri. Ayahnya seketika membencinya karena wajah Nara yang mirip ibunya. Teman-teman meninggalkannya. Karena sahabatnya sendiri menyebarkan rumor tak enak soal perceraian orang tua Nara, dan mengada-ada soal ayahnya yang membenci Nara. Bahkan, sahabatnya juga mengambil pacar Nara saat itu.

Kehilangan orang tua, kasih sayang, temam, sahabat dan kekasih yang berkhianat, membuat Nara hancur.  Dia masih punya kakak laki-laki, yaitu suami Anggun saat ini- Rifky. Keputusan Rifky untuk menikah dengan Anggun malah di tanggapi tidak baik oleh Nara. Ia berfikit bahwa Rifky juga akan meninggalkannya. Dan mulai saat itu Nara berubah jadi Nara yang sekarang.

Percobaan bunuh dirinya sesaat setelah Rifky dan Anggun menikah. Dia loncat ke laut dari dermaga. Untung pelayan di sana berhasil menyelamatkannya. Dia melewati UN, karena harus menjalani perawatan di Rumah sakit, dan berkahir di rumah sakit jiwa. Kondisi Nara saat itu bahkan tidak memungkinkan bagi Nara untuk masuk SMA. Jadi Rifky mutuskan, Nara berhenti sekolah umum. Dan lanjut Home Schooling. Selagi terus menjalai perawatan untuk mengembalikan Nara yang dulu.

Rifky berusaha semaksimal mungkin membiayai Nara. Karena dia merasa bersalah terhadap Nara. Tapi waktu tak bisa diulang. Nara kini tinggal di kota ini. Pak Chandra adalah teman Rifky, yang secara khusus merawat Nara sekarang. Anggun mendirikan cafe ini, sekaligus agar dia bisa mengawasi Nara.

"Sayangnya semua guru yang dikirim untuk Nara tidak kuat mengajar Nara. Jadi sekarang Nara benar-benar seperti anak putus sekolah. Ahahahha," setelah menceritakan hal yang cukup serius, Anggun malah melontarkan nada bercanda dan kekehan diakhir kalimat.

Vito dengan ekpresi khasnya, yang sering dikatain pak Chandra sebagai senyuman Joker. Mulut menyengir, dan mata menyipit. Bagi yang peka, pasti tahu itu ekspersi yang dibuat-buat.

"Pak Chandra bilang kamu butuh kerja part time." Anggun menatap tajam ke arah Vito. Dengan dagu atas kedua tangan yang sedang menyangga. "Vito, mau gak jadi guru Home Schooling Nara?"

/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\/ᐠ。ꞈ。ᐟ\

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro