Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 3

'Something inside me has dropped away'

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

RSJ Kotak Pelangi, di ruang isolasi gadis berambut pink- Nara sedang terlelap menggunakan gaun tidur berwarna putih.

Di pintu tertulis kalimat

"Jangan di ganggu!"

Vito duduk di bangku panjang depan ruangan itu. Dan pak Chandra bersandar di tembok sampingnya. Pak Chandra menusukan sedotan kecil, ke gelas kemasan air mineral. Baru ia masukan sedotan itu ke mulutnya.

"Jadi dia pasien bapak itu?"

Mendengar pertanyaan Vito, pak Chandra buru-buru menelan air di dalam mulutnya. "Aaa, Nara. Jika dihitung sudah 2 tahun aku merawatnya. Pasien yang paling menyusukan bagiku, hehehe."

"Bukankah dia lebih aman di sini. Baik untuk dirinya dan orang lain. Kudengar dia menyodongkan piasu ke bos cafe book di sebelah apartemen," Vito terkekeh, seperti baru saja menceritakan sesuatu yang lucu.

"Hmmm... dia itu spesial," ujar pak Chandra dengan wajah yang agak serius. "Aku justru tak tega dia di samakan dengan pasien yang lain."

"Kenapa? Bukannya dia, hnm... maaf, agak gila?"

"Yaaaa... Nara gila. Sekarang sangat," pak Chandra menghela nafas panjang. "Tapi itu bukan salahnya."

"Salahnya gimana?"

Pak Chandra menoleh ke arah Vito. "Dia sama sepertimu. Orang tuanya meninggalkannya."

Mendengar itu, Vito terteguk sesaat. Wajahnya menjadi datar. Dan dadanya entah kenapa terasa sedikit sesak. Dia mengepal kedua tangannya rapat-rapat.

"Siapa yang tidak gila jika dalam sesaat kehilangan kelurga, sahabat, bahkan seorang kekasih. Belum lagi nilai norma dalam masyarakat, yang tanpa tidak sadar membuat seseorang itu merasa tertekan. Walau sebenarnya dia tidak bersalah," jelas pak Chandra.

Pak Chandra kembali menghisap air dalam gelas itu. Dan Vito tertunda dengan hawa yang suram.
Pak Chandra mendekati pintu ruangan itu. Ia mengintip ke sebuah jendela kecil yang ada di pintu. Memastikan Nara masih terlelap tenang, walau itu karena reaksi obat yang tadi pak Chandra berikan.

"Ini udah kesekian kali dia mencoba bunuh diri. Jika tadi tidak kamu hentikan, dia tinggal nama sekarang," ujar pak Chandra.

Ini sudah pukul 2 malam. Suasana horor di rumah sakit ini memang sangat terasa. Belum lagi suara teriak dari pasien yang mengamuk. Membuat suasana mencengkeram makin terasa.

Pak Chandra pamit untuk kembali tidur. Setelah Vito menyelamatkan Nara, Nara sempat mengoceh. Sebelum dia pingsan. Saat itu Vito menelpon pak Chandra yang sudah mulai bermimpi indah dalam tidurnya. Jika itu bukan Vito, pasti dia sudah mengumpat terus menerus.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Seminggu berlalu setelah kejadian itu. Vito kembali menjalani hidupnya sebagai mahasiswa kupu-kupu. Pulang pergi kampus.

Namun akhir pekan ini berbeda. Para anggota BEM yang baru sedang mengadakan bazar di lapangan kampus yang cukup luas. Tiap kelompok mendirikan stand dan menawan barang bagus untuk di jual.

Keke kebetulan salah satu dari mereka. Dia dan dua temannya membuat stand yang menjual buket bunga. Keke tampak memukau. Walau hanya memakai jas almamater dan bawahan rok panjang. Dengan makeup tipis ala korea. Rambut yang di semir coklat muda menambah nilai plus baginya. Keke gadis yang aktif di kelas dan aktif di organisasi. Wajar saja walau maba, Keke cukup di kenal. Berbanding dengan Vito.

"Ke pacar lo datang!" Panggil Gita teman Keke.

Keke yang sedang sibuk merangkai bunga terpanggil dan mendekt ke Gita. Gita mendelikan mata ke arah seorang pemuda yang memakai jaket hitam dengan rambut yang agak berantakan, namun itu menambah kesan coolnya.
Keke tersenyum malu. Rona merah terlihat di pipinya.

"Cieee... cieee... pepet terus neng," goda Gita sambil membentuk jari-jari menjadi love.

"Hish apaan sih loe, norak," tegas Keke.

Keke mendekti Vito yang sedang membawa kantong plastik berisi ayam geprek pesanan Keke. Walau Vito terlihat cool dari penampilan. Tapi dia sebenarnya baik. Jika ada temannya minta tolong, pasti Vito langsung gass berangkat. Sayangnya karena Vito lebih suka ngerjain tugas dari pada nongkrong, jadi temannya hanya sebatas teman kelas, dan Keke.

Hampir seharian ini Keke sibuk ngurus stand. Dan kebetulan Vito ngchat Keke, dan nawarin Keke makan. Niatnya sih Keke bercanda, jadi di iyain aja. Eh tahu-tahu betulan di beliin.

"Ku kira kamu bercanda," seru Keke dengan tersenyum lebar ke Vito.

Vito menyengir sambil menggaruk kepalanya. "Ambil aja kamu belum makan dari tadi pagi katanya." Vito menyodorkan kantong plastik itu ke Keke.

Dengan wajah malu-malu, Keke mengambilnya. "Yuk makan bareng," tawar Keke.

Vito menyipitkan matanya dan tersenyum, "Gak usah aku ada urusan. Sekalian mau makan di sana aku.'

"Urusan apa. Ketemu dosen?"

Vito tak menajwab pertanyaan itu. Dia malah menunjukkan jari ke sebuah buket bunga mawar putih di depannya. "Aku beli itu ya."

Keke sedikit kesal pertanyaannya tak di jawab. Dia menghembuskan nafas dengan berat. Lalu memutar kedua bola matanya. Lalu kembali tersenyum pada Vito yang dari tadi hanya menyengir di depannya.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄ƷƸ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Vito berjalan di lorong RSJ. Buket bunga mawar putih ia pegang di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya membawa kantong plastik berisi 2 box makanan.

Rencana buket itu akan ia taruh di samping ranjang ibunya. Karena Sindy sangat suka dengan bunga mawar putih. Lalu 2 box makan, akan ia makan bersama pak Chandra.

Langka Vito berhenti. Ketika ia melihat Nara duduk di bangku taman sendirian. Matanya lurus ke depan, tepatnya pada air mancur yang ada di tengah taman. Kulitnya yang putih pucat, sedikit kemerahan karena terpapar panas matahari. Sudah berapa lama dia di sana? Dalam hati Vito menanyakan itu.

Vito mendekat ke arah Nara. Mendengar suara langkah Nara pun menoleh ke belakang. Ia melihat pemuda yang kemarin telah menggagalkan upanya bunuh diri. Wajahnya terlihat masam. Walau tak mengenal orang itu, Nara tetap kesal padanya. Karena berkatnya, dia masih hidup di dunia yang ia benci ini.

Vito menyengir melihat Nara yang dengan jelas membencinya. Sebagiaj orang pasti juga akan ikut kesal jika ada orang yang menatapnya tidak suka. Namun entah napa Nara yang seperti itu lucu bagi Vito.

"Kamu benci padaku ternyata?" Vito terkekeh kecil.

Nata tak menjawab. Dia malah memasang wajah angkuh dengan mengangkat dagunya. Lalu kedua tangannya bersila di depan dadanya. Alisnya yang tebal saling berdekatan. Ia mendengus kesal terus menerus.

Vito malah semakin di buat geli. Vito menarik salah satu bunga mawar di buketnya. Lalu memberikannya ke Nara.

Nara terkejut Vito malah memberinya bunga mawar. Wajah kesalnya berubah jadi bengong saat melihay bunga mawar putih di sodongkan padanya. Nara pelan-pelan merah bunga itu. Saat sudah di tangannya, Nara mencium bunganya. Lalu wajahnya berubah menjadi lesu dan muram.

Vito menaikan alis. Dia sedikit kecewa dan bingung. Ekpresi Nara tak sesuai dengan yang ia harapkan

"Aku pernah melempar bunga mawat putih kelaut. Kukira aku akan mengapung di laut bersama bunga itu. Lalu pergi dari dunia ini. Nyatanya aku masih hidup," ujar Nara dengan suara serak.

Vito menghela nafas mendengar ucapan Nara. Lalu Vito berganti menyodorkan kantong plastik di kanan kirinya. Nara mengangkat kepala, dan kembali bengong. 2 box makanan yang ada di dalam plastik tipis berwarna putih. Nara ingat, ia lari ke taman karena menolak makan dan minum obat. Walau sebenarnya dia sangat lapar sekarang.

"Ayo makan bersama," ajak Vito.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro