Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 3

Bunyi detak sepatu yang menapaki halaman rumah Damian memecah keheningan yang terjadi saat itu. Ya, itulah langkah kaki Rayya. Rayya berjalan sambil sedikit melompat-lompat dengan riangnya, dia tidak peduli dengan mata-mata tetangga Damian yang kebetulan memandangnya dengan tatapan aneh. Rambut kuncir kudanya yang hanya sebahu ikut melambai-lambai mengikuti gerakan Rayya.

Rayya tiba di depan pintu rumah Damian. Ia berhenti sejenak, lalu mengetuk pintu. Lima menit, sepuluh menit, namun pintu belum juga dibuka. Rayya terlihat jenuh dan sesekali meniupkan rambut poninya. Rayya pun mengetuk pintu lebih keras lagi.

"Siapa sih yang ketuk pintu kencang banget? Gue lagi enak tidur juga," gumam Damian saat hendak membuka pintu. Pintu pun terbuka. Rayya mengembangkan senyumnya saat melihat pria yang berdiri di depannya saat itu. Damian mengambil sebungkus permen karet di kantung celananya, lalu ia membuka bungkusnya dan langsung mengunyah permen karet itu. Rayya hanya geleng-geleng kepala dengan kebiasaan Damian yang tidak bisa lepas dari permen karet.

"Lo baru bangun tidur ya? Dasar kebo," ledek Rayya diiringi tawaan.

"Lo mah yang ganggu gue, siang kan jam istirahat gue, apalagi gue kemarin habis selesai turnamen futsal, jadi gue perlu istirahat," jawab Damian dengan malas-malasan akibat baru bangun tidur. "Atau lo kangen sama gue?" sambung Damian lagi disertai senyum usilnya.

"Aish, kalau bukan karena mama, gue juga ga bakal kesini," jawab Rayya dengan sedikit tersipu.

"Yaudah, ada apa?"

"Ke rumah gue yuk? Adik gue lagi ultah, mama suruh gue ngundang lo, buruan, gue tungguin dirumah." Rayya kembali memutar balikkan tubuhnya untuk keluar dari rumah Damian dan kembali ke rumahnya sambil menunggu pria yang dicintainya.

Sejenak, Damian terdiam antara pilihan ke rumah Rayya ataukah dia harus melakukan check up. Ia bingung yang mana harus diprioritaskan, dia atau Rayya. Damian akhirnya memutuskan kali ini ia akan ke rumah sakit, karena sudah terlalu sering baginya memprioritaskan Rayya daripada dirinya.

***

Rayya melirik jam tangannya yang saat itu menunjuk pukul 14.00, namun Damian belum juga tiba. Rayya terlihat mulai sedikit gelisah, namun ia masih menunggu kedatangan Damian.

Sementara itu, ternyata Damian pergi menuju rumah sakit untuk melakukan check up terkait penyakitnya selama ini. 30 menit Damian menunggu hasil pemeriksaan dan akhirnya hasil pemeriksaannya juga keluar.

Damian menghembuskan nafas saat melihat lembaran kertas yang saat ini berada ditangannya. Sambil mengunyah permen karet Damian membaca baris demi baris dalam kertas itu. Terlihat kalimat yang bertuliskan Penyakit yang di derita : Leukemia Mielositik Akut

(LMA).

Damian kembali menghela nafasnya sejenak. Ternyata penyakit Leukemia yang dideritanya tidak pernah lari dari tubuhnya. Memang, Damian sudah memperkirakan bahwa itu tidak akan berubah mengingat apa yang dilakukannya selama ini. Bagaimana dia lupa minum obatnya karena terlalu larut dengan kebahagiaannya bersama Rayya. Tidak hanya itu, ia juga mengorbankan dirinya dengan memenuhi berbagai tantangan Rayya untuk dirinya.

*Flashback on

"Makan yuk?" ajak Rayya saat mereka sedang berjalan di salah mall di pusat kota.

"Yuk," Jawab Damian.

Mereka berjalan ke salah satu tempat makan yang ada di Mall itu. Mereka langsung mengambil tempat duduk yang berada disamping kaca untuk melihat pemandangan di luar. Mereka langsung memesan makanan yang ada.

"Gue mau pesan ice cream juga nih, lo mau ga?" tanya Rayya.

"Kaga mau kalau ice cream," jawab Damian.

"Yaelah, gue suka banget sama ice cream, kalo ice cream juga mungkin gue bisa bahagia," bujuk Rayya. "Lagian gue belum pernah liat lo makan ice cream," sambung Rayya.

Damian terdiam sejenak tanpa jawaban. Ia bingung harus menjawab apa, mengingat ice cream merupakan salah satu makanan yang dapat menyebabkan Leukemianya bertambah parah dikarenakan dapat menghambat peredaran darah.

"Yaudah, pesenin gue satu," jawab Damian dengan yakin bahwa ia tidak akan menyesal. Terlihat semburat senyuman dari bibir Rayya yang bahkan saat itu berhasil membuat Damian juga tersenyum. Setelah pesanan datang, merekapun saling memakan ice cream dan sesekali saling menyuapi satu sama lain. Terlihat dari raut wajah, bahwa Damian tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.

"Udah nyerah belum? Gue pesenin yang pedes ya biar lo sakit perut tar, hahaha," tantang Rayya lagi. Damian hanya mengangguknya. Ia bahkan lupa kalau cabai bisa menyebabkan kandungan oksigen dalam darah menurun yang tentunya berdampak buruk bagi Leukimianya. Tapi, cintanya terhadap Rayya telah membutakan hatinya untuk memprioritaskan Rayya lebih dari apapun, bahkan lebih dari pada dirinya sendiri.

*Flashback off.

Damian tersenyum mengingat hal-hal yang pernah dilakukannya bersama Rayya. Dia sadar kalau dia tidak akan bisa selamanya berada di sisi Rayya, jadi dia memilih untuk membahagiakan Rayya sebelum masa itu tiba. Karena baginya kebahagiaan orang yang dia cintai itu lebih berarti dari pada hidupnya sendiri. Dan Damian tidak akan pernah menyesal telah melakukan pengorbanan terhadap Rayya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro