Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2

Kalau biasanya sarapan adalah waktu yang menjengkelkan, hari ini justru terjadi di acara makan malam. Adiknya yang bernama Casey sedang merajuk. Karena sang pacar tidak bisa datang untuk berkencan padahal Casey sudah menyiapkan semuanya. Sepanjang tiga puluh menit, Cila berupaya menebalkan telinga mendengar rengekan adiknya.

"Kenapa harus ngomel-ngomel Casey. Jairo pasti punya alasan kenapa nggak bisa datang."

"Mama mana paham, sih? Aku tuh udah siapin semua. Gaun, sepatu, tas, dan segala macam. Mana bisa Jairo mengingkari janji gitu aja."

"Emangnya kalian mau kemana?"

"Ke rumahnya, mau dikenalin sama sepupu atau pamannya gitu. Jairo merasa kalau aku sudah waktunya dikenalin keluarganya."

"Wah, hebat itu. Sayangnya nggak jadi, ya."

"Hooh, pasti gara-gara Cila!" Casey tanpa diduga melampiaskan kekesalannya pada Cila yang sibuk makan. Meskipun lebih muda dua tahun tapi Casey enggan memanggil dengan sebutan 'kakak', padahal semestinya begitu. "Jairo tuh sebel kalau tiap kali datang lihat lo di rumah."

Cila mengangkat wajah, mengernyit pada adiknya. "Kenapa gue yang salah? Apa urusan gue sama hubungan kalian?"

"Banyaak urusannya. Gara-gara lo jomlo, nongkrong di rumah terus, Jairo jadi segan kalau mau ngajak gue pergi!"

Cila mendengkus, memutar bola mata karena sikap dramatis dari adiknya. Ia menyingkirkan piring, menatap adiknya dengan tatapan bosan.

"Lo sama dia udah tahunan pacaran. Masih juga gue dibawa-bawa. Bukan urusan gue kalau lo kagak dikenalin keluarganya!"

"Emang bukan urusan lo. Mana pernah lo ngerti perasaan gue? Yang ada di otak lo cuma kerja padahal gaji nggak seberapa. Napa lo nggak tiru si Mika itu. Dapat suami tajir, tampan, dan sekarang udah punya anak. Sedangkan lo bisa apa? Cuma jadi pembantu dan ngeribetin hidup gue!"

Cila membanting sendok dan garpu di piring. Kekesalannya memuncak. Ia ingin bangkit dan pergi tapi teguran sang mama membuatnya kembali duduk.

"Mau kemana kamu? Habiskan makanannya."

Cila menghela napas panjang. "Udah kenyang, Ma."

"Halah, kamu alasan aja buat buang-buang makanan. Emangnya kamu nggak tahu kalau harga sayur dan beras mahal? Emangnya kamu pernah ngasih duit mama buat belanja? Nggak'kan? Tetap duduk dan habiskan!"

Perkataan sang mama yang keras membuat Cila terdiam. Ia menahan diri untuk tidak menangis. Perlakukan sang mama sangat tidak adil padanya. Tak lama si papa yang sedari tadi makan dengan tekun tanpa bicara, mulai angkat suara.

"Cila harus bersiap-siap. Ada meeting dengan klien. Bukannya tadi kamu ngomong gitu, Cila?"

Perkataan sang papa membuat Cila tersadar lalu ternganga. "Ya ampun, aku nyaris lupa. Untung Papa ingetin. Aku harus pergi sekarang!"

"Hei, meeting apa malam-malam?" protes Cahrina pada anak sulungnya.

Cila tersenyum kali ini. "Mama kenal Antonius nggak? Designer terkenal dan hebat. Kita mau meeting sama dia. Karena itu, kenapa harus malam-malam. Bisa jadi saat siang mereka sibuk?"

"Alasan apa itu?"

"Pokoknya begitu. Aku siap-siap dulu."

Cahrina tidak berhenti mengomel saat Cila meninggalkan ruang makan. Diperparah oleh Casey yang juga menggumamkan protes untuk Cila. Untuk sekarang ini Cila tidak peduli karena yang terpenting adalah meeting dengan Antonius. Ia tidak percaya mendapatkan undangan itu. Padahal biasanya meeting dengan designer terkenal tidak mengajak pegawai sepertinya. Terlebih yang mengirim pesan adalah Flavia secara langsung.

"Konsep meeting informal, Antonius ingin mengadakan meeting yang terkesan sedang pesta. Pakai gaun hitam paling sexy yang lo punya. Dandan cantik, jangan bikin kita malu."

Kebetulan sekali Cila punya sepotong gaun rancangannya sendiri. Berbahan lace yang lembut tanpa lengan dengan leher berbentuk 'V', detil di bagian pinggang yang membuatnya terlihat langsing. Panjang gaun di bawah lutut dengan bagian kiri gaun membelah hingga ke pertengahan paha. Saat melihat bayangannya di cermin dalam balutan gaun hitam rancangannya sendiri, Cila merasa sangat puas. Ia berinisiatif mengambil foto dan mengirimkannya ke grup.

"Gimana? Cocok nggak gue pakai gaun ini?"

Yang pertama menjawab adalah Mika. "Ya ampun, lo langsing banget. Gaun itu cocok buat lo. Gue jadi ngiri, semenjak melahirkan jadi gemuk. Hiks!"

"Lo gemuk bukan cuma karena lahirin anak tapi juga karena banyak duit. Mika, kalau mau kurus lempar duitnya ke gue!" Cila membalas pesan Mika. Sahabatnya itu sudah punya anak berumur satu tahun lebih dan perlahan tubuh Mika kembali langsing. Hanya saja memang selalu melow kalau membahas berat badan.

"Ah, tega banget lo ama gue!"

Baskara muncul tak lama kemudian. "Cila, lo mau kemana? Apa nggak terlalu sexy gaunnya?"

Selalu over protektif padanya, Baskara tidak berubah seiring waktu.

"Bas, cakep kagak? Sebelum ngomel-ngomel jawab dulu."

"Cakep, kok. Tubuh lo kelihatan langsing tapi terlalu sexy. Ganti yang lain!"

Cila tidak punya cukup waktu untuk berganti gaun karena Flavia terus menerus mengirim pesan untuk memintanya datang. Ia merasa heran, meeting dimulai pukul sepuluh sedangkan sekarang baru pukul delapan. Kenapa ia dikejar seolah terlambat datang? Agar lolos dari tatapan tajam keluarganya, Cila memutuskan untuk menutupi gaun sexy yang dipakainya dengan outer panjang warna hitam juga. Membawa tas hitam dan sepatu senada, Cila bergegas menuruni tangga.

"Cila, jangan pulang malam-malam." Sang papa memperingatkan saat Cila melewati ruang tengah.

"Iya, Pa. Siap!"

Secara kebetulan tidak ada Casey dan sang mama di ruang tamu. Cila berjingkat dengan cepat, berharap tidak bertemu keduanya hingga tiba di mobil. Doanya terkabul, hingga mobilnya melewati gerbang tidak ada yang menghentikannya. Ia melaju cepat menuju tempat untuk meeting.

Cila dibuat terkejut saat melihat tempat meeting. Alih-alih ballroom, atau rumah seperti yang ada dalam pikirannya, ternyata meeting diadakan di klub malam. Cila anak ibu kota, ke tempat hiburan malam sudah beberapa kali. Biasanya bersama Baskara dan Mika ke lounge atau bar, sekedar menikmati coctail dan mendengarkan live music. Sedangkan klub yang ada di depannya sangat megah, mewah, serta perlu akses khusus untuk masuk. Cila menunjukkan kode akses yang sudah diberikan Flavia pada penjaga. Melepas outer panjang dan masuk dengan gaun hitamnya yang sexy.

Klub didominasi oleh para pengunjung berpakaian rapi. Orang-orang berkumpul di tengah ruangan untuk menari di bawah siraman lampu LED dengan dua DJ perempuan berbikini. Banyak pasangan yang sedang bermesraan, baik di tangga, sudut ruangan maupun di sofa yang merupakan tempat VIP.

Cila terus berjalan mencari tempat Flavia dan yang lain berkumpul. Menemukan meja mereka terletak di sudut. Mata Cila melebar saat melihat Flavia memakai gaun supermini hitam yang menunjukkan dada membusung serta bagian bawah nyaris mencapai selakangan. Flavia yang biasanya terlihat rapi, kali ini seperti gadis muda yang ke klub pada umumnya. Cantik, modis dan menawan. Yang mencolok justru sikapnya yang terkesan genit pada Antonius.

"Selamat malam!" sapa Cila mengatasi suara musik.

Nilam yang memakai gaun merah dan sibuk berciuman dengan laki-laki muda, mendongak heran pada Cila. Rayi dan Putra yang berbincang pun ikut mendongak.

"Cilaa! Lo datang. Sini duduk!" Flavia berteriak, menunjuk tempat di sampingnya. "Buruan!"

Cila menunjuk tempat kosong di samping Rayi. Duduk di antara Flavia dan Antonius akan terasa tidak nyaman. "Nggak, gue di sini aja."

"Ngapain lo malu-malu! Bukannya mau ketemu Pak Antonius? Buruan sana!" Rayi dengan jengkel mendorong tubuh Cila hingga terantuk dan jatuh tepat di tengah Flavia serta Antonius.

"Sweet girl, i love you." Antonius menyeringai, melingkarkan lengan di bahu Cila. Berusaha untuk menciumi pipi serta leher Cila. Tindakannya yang tidak sopan dan kurang ajar membuat Cila jengkel.

"Tolong menjauh, Sir!"

Cila berusaha untuk berkelit tapi Antonius terus menyerang pipi dan lehernya. Tangannya mengepal ingin memukul Antonius tapi Flavia mencegahnya.

"Jaga sikap lo. Dia designer terkenal yang akan berguna bagi karir kita."

"Dia kurang ajar!"

"Halah, sok suci lo. Paling juga dicium dikit, digrepe-grepe doang, apa sulitnya."

Cila tidak menyangka kalau Flavia akan melakukan hal serendah itu hanya demi karir. Ia berontak, bersiap untuk pergi saat tangannya dijejali gelas oleh Flavia.

"Jangan kabur, hormati dia.Paling nggak bersulang!"

"Tapi—"

"Cila, cuma bersulang. Jangan bilang lo nggak mampu?"

Cila ketakutan sekarang, antara ingin pergi dengan Antonius yang berusaha untuk menciumnya. Flavia mendesiskan ancaman terus menerus sedangkan tiga lainnya berusaya merayu Antonius yang sekarang marah karena ditolak Cila.

"Cila, demi karir lo!"

"Cila, jangan sok suci!"

Tidak tahan lagi Cila akhirnya mengangkat gelas dan mengajak Antoius bersulang.

"Cheers, Cila!" teriak Antonius dengan wajah berbinar.

Cila menandaskan minuman beralkohol diiringi teriakan semua orang. Gelas pertama tandas, diikuti oleh gelas kedua dan ketiga. Antoinus semakin menggila, gini bahkan menggerayangi pahanya. Cila merasa tubuhnya panas dan keringat dingin, indra perasanya seolah tumbuh dan berkembang seiring dengan setiap sentuhan serta embusan napas. Tidak tahan lagi ia bangkit dan menerjang Flavia.

"Cila! Mau kemana lo!"

"Kamar mandi, mau muntaah!"

Cila menerjang para pengunjung yang sedang asyik masyuk, menahan gairah serta hasrat yang seolah meledak dalam dirinya. Ia harus ke kamar mandi, kalau tidak bisa-bisa tidur dengan laki-laki sembarang yang ditemuinya. Tiba di sudut lorong menuju kamar mandi ia menabrak seseorang dan hampir terjatuh.

"Cila? Ngapain kamu di sini?"

Cila mengangkat kepala, menatap Adiar yang malam ini tidak memakai kacamata. Dengan kemeja biru muda yang lengannya digulung hingga ke siku, Adiar terlihat tampan. Tanpa pikir panjang, Cila merangkul lehernya dan melumat bibir Adiar.
.
.
Di Karyakarsa update bab 15

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro