Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17

Adiar hari ini menemani Haven bertemu dengan dua klien penting. Mereka membicarakan tentang rencana investasi, program kerja sama dan banyak lagi. Tercapai kesepakatan kalau PT. Bina Dana akan menerima proposal kerja yang diajukan dua klien.

Klien pertama adalah PT. Jalakarya yang bergerak di bidang rumah mode. Untuk pertama kalinya Adiar bertemu Marta yang selama beberapa Minggu ini banyak memberikan Cila pengalaman kerja. Ternyata Marta cukup bugar di usia yang hampir mencapai lima puluh tahun. Ia banyak mendengar tentang perempuan di depannya dari cerita Cila dan menurutnya sangat menarik.

"Saya harap kerja sama kita akan tercapai dengan baik, Pak Haven. Saya menunggu Anda datang ke rumah mode kami." Marta bicara dengan tutur kata yang halus dan sopan. "Sekarang ini rumah mode kami sedang berkembang. Kami berharap dalam beberapa tahun kedepan, dengan bantuan Pak Haven tentu saja, akan membuat rumah mode kami sejajar dengan butik ternama."

Haven mengangguk dengan tangan terlipat di depan tubuh. "Saya akan membuat jadwal berkunjung Bu, semoga dalam waktu dekat saya dan Wakil Direktur bisa datang ke Rumah Mode Beauty Soul."

Adiar mengangguk saat mendengar perkataan Haven. Mengingat akan bertemu Cila di rumah mode itu membuatnya tanpa sadar tersenyum.

"Dengan senang hati saya akan temani Pak Direktur berkunjung, Bu Marta."

Wajah Marta berseri-seri, menatap Haven dan Adiar bergantian. "Terima kasih, Pak Adiar. Saya menunggu dengan senang hati. Terus terang saya bahagia dan tersanjung diterima baik di kantor ini. Terima kasih sekali lagi untuk sambutannya Pak Haven dan Pak Adiar."

"Sama-sama, Bu. Semoga kerja sama kita berkelanjutan," ucap Haven.

Selesai pertemuan, Adiar mengantarkan Marta ke lobi. Mengobrol ringan tentang beberapa kegiatan dan juga perancang terkenal yang bekerja sama dengan Marta.

"Sekarang ini Antonius sedang ada di kota ini. Ada proyek kerja sama dengan kami."

Adiar mengingat tentang Antonius, laki-laki yang ingin meniduri Cila. "Apakah Antonius ini akan lama di kota ini?"

"Sepertinya, iya, Pak. Antonius sedang mencari designer baru untuk diajak kerja sama dan kebetulan ada beberapa orang di rumah mode kami yang menarik perhatiannya."

Benak Adiar berputar saat mendengar perkataan Marta. Apakah Antonius mendekati Cila karena design atau fisik? Kalau memang karena design, semestinya tidak perlu rapat di klub malam dan membuat Cila menelan obat perangsang. Kerja sana dengan Marta ini memberikan Adiar kesempatan untuk mencari informasi lebih lanjut. Ia akan menggali secara perlahan agar tidak ada yang curiga. Semua dilakukannya demi keselamatan Cila. Siapa yang bisa menebak apa yang diinginkan Antonius sebenarnya.

Setelah jeda makan siang dan minum kopi, tamu kedua datang. Kali ini ada tiga orang yang datang bersamaan. Satu laki-laki kurus dan tampan dengan jas abu-abu, membawa serta anak laki-lakinya dan si asisten perempuan.

"Kenalkan nama saya Doni, ini anak saya Jairo."

Doni tidak memperkenalkan asistennya, merasa tidak seharusnya seorang asisten diperkenalkan pada relasi penting.

Adiar memberikan setumpuk dokumen pada Haven. Menunjuk deretan kalimat dan juga angka-angka yang tertera. Tidak menyadari bagaimana wajah Jairo terlihat sangat senang dan bersemangat.

"Apakah ini proposal final, Pak?" tanya Haven dengan jari mengetuk-ngetuk permukaan map. "Sepertinya ada beberapa yang harus kita revisi."

Perkataan Haven membuat Doni tercengang, senyum lenyap dar bibir Jairo. Ayah dan anak itu secara serempak menatap Haven.

"Apakah ada pasal-pasal yang tidak berkena, Pak?"

Haven mengangguk. "Memang, bisa dibilang sedikit merugikan kami. Setelah ini Wakil Direktur akan memerikas sekali lagi dan revisi akan dikirim via email."

Doni menarik napas lega, mengalihkan tatapan pada Adiar dan mengangguk penuh hormat. "Mohon kerjasamanua Pak Wakil Direktur."

"Panggil saja saya Adiar, Pak."

"Ah, ya, Pak Adiar yang terhormat. Tentu saja saya siap untuk menerima saran serta usul dari Anda. Saya yakin kalau Pak Adiar punya pengalaman lebih banyak dari pada saya."

Doni menyeringai dan Adiar merasa diremehkan. Doni tidak terima kalau proposal kerja sama dirinya yang memeriksa. Kenyataannya memang begitu, bukan hanya dirinya tapi juga ada staf khusus dan Haven. Mereka bertiga yang akan mengambil keputusan apakah kerja sama dianggap merugikan atau justru sebaliknya, menguntungkan. Doni rupanya tidak suka kalau urusan investasi bukan ditangani langsung oleh Haven tapi malah ke orang lain. Adiar menambah sindiriannya dengan halus.

"Kalau begitu saya akan bekerja keras untuk mendapatkan hasil sempurna. Jangan kuatir, Pak. Saya punya penilaian yang adil dan berimbang. Selain menguntungkan perusahaan Pak Doni yang pastinya kamu juga nggak mau rugi. Siapa sih orang yang ingin rugi? Setiap sen itu sangat berarti!"

Doni tergelak mendengar perkataan Adiar. "Benar sekali, Pak Adiar. Saya juga mengharapkan kerja sama ini berjalan lancar. Sebelumnya saya sudah punya dua pabrik, dan pabrik ketiga ini akan dijalankan oleh anak saya. Jairo sudah besar, waktunya mengambil alih usaha keluarga."

Adiar menatap Jairo, berpenampilan necis, rapi, dan juga tampan. Jenis anak orang kaya yang mengerti bagaimana menggunakan previllege yang dimiliknya. Orang seperti Jairo akan sukses kalau menemukan jalan yang benar.

"Jairo masih kuliah?" tanya Haven.

Jairo menjawab cepat. "Saya kuliah bisnis semester akhir, Pak."

"Sebentar lagi sarjana kalau begitu."

"Benar, niat saya lanjut S2 sambil membantu Papa mengelola perusahaan."

Doni menepuk-nepuk pundak anaknya dengan rasa bangga di dada. "Makanya saya larang anak saya pacaran dulu, Pak. Biar fokus ke bisnis, pacaran itu bisa nanti-nanti saja. Perempuan mana yang nggak mau sama kita kalau kita punya uang. Perempuan sangat suka dengan uang dan benda-benda mahal. Bukankah begitu Pak Haven, Pak Adiar?"

Haven hanya tersenyum kecil melihat Doni terbahak-bahak, sedangkan Adiar sibuk membaca isi pasal. Ia tidak terlalu suka dengan kepribadian Doni, tapi kerja sama dalam bisnis akan menguntungkan kedua belah pihak. Ada kalanya harus menyingkirkan pendapat pribadi kalau demi bisnis. Adiar merasa kasihan pada sang asisten yang sepertinya dianggap pesuruh biasa. Sama sekali tidak ada rasa hormat dari Doni dan Jairo untuk perempuan itu.

"Doni itu tipe laki-laki yang mengatur semua hal, bukan hanya perusahaan tapi istri dan anak berada di bawah kendali. Tipe ayah seperti Pak Dandi, yang lebih suka anak laki-laki dari pada perempuan," gumam Haven setelah rombongan Doni pergi.

Adiar mengangguk. "Sependapat, Pak. Kasihan perempuan yang ikut kerja dengannya. Bisa-bisa tertekan karena sikapnya."

Haven menghela napas panjang. "Untungnya anakku nggak ikut sama kakek dan neneknya. Apa kamu tahu istriku melabrak Iyana?"

Adiar tentu saja tahu, tapi demi menghilangkan kecurigaan, memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

"Oh ya, kapan, Pak? Sama siapa melabrak?"

"Beberapa hari lalu, barengan Baskara dan Cila. Astaga, mereka bertiga itu kayak nggak terpisahkan, sampai-sampai melabrak orang pun harus barengan."

"Sahabat sejati, Pak."

"Bener banget."

"Hasil labrakannya gimana?"

Haven terkekeh, menunjuk Adiar dengan wajah geli. "Gatot alias gagal total. Kenapa? Karena Iyana malah berantem dengan Puji. Baskara punya rekamannya. Ya Tuhan, aku masih nggak nyangka Iyana akan berubah seperti itu."

Adiar juga sudah melihat rekaman itu dari Cila dan dibuat tercengang. Tidak cukup hanya berubah penampilan, ternyata dalam sikap pun jauh berbeda. Rupanya kemiskinan dan judi bisa mengubah orang dengan sangat drastis.

Sepulang kerja, Adiar mengirim pesan pada Cila. Mengingatkan tentang kencan mereka di Minggu pagi. Tadinya tidak ada harapan kalau Cila akan menginap ternyata rencana berubah.

"Pak, ketemu Sabtu siang bisa? Aku bisa nginap. Mama pergi ke luar kota."

Adiar dengan senang hati membalas pesan Cila. "Tentu saja, Cila. Makin lama kamu tinggal di apartemenku, makin suka aku."

"Diih, genit sekali Pak Adiar."

"Nggak genit, hanya kangen."

Adiar bicara sesungguhnya, kalau memang kangen dengan Cila. Bukan hanya kangen dengan tubuh tapi semua hal tentang gadis itu. Tawanya, cara bicaranya yang cepat, serta gerakannya yang tangkas, Cila adalah teman yang menyenangkan.

"Adiar, Jumat malam kamu ke restoran Padi Manis, mama mau ajak kamu makan malam."

Adiar tidak tahu apa niat sang mama mendadak mengajaknya makan malam. Namun, sebagai anak ia tidak ingin mengecewakan perempuan yang sudah melahirkannya itu. Sepulang kerja Adiar ke restoran yang terletak di dalam mall. Saat tiba di meja sang mama, dibuat tercengang karena kehadiran perempuan cantik yang sudah dikenalnya.

"Adiar, apa kabar?"

Namanya Safa, mantan pacar Adiar yang sudah lama tidak pernah bertemu.
.
.
PO hari terakhir.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro