Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROLOG

Bismillahirrohmaanirrohim, bi idznillah. Saya kembali menerbitkan cerita di wattpad. Bagaimanapun, tujuan saya adalah mencurahkan emosi, ide, berkarya, dan bermanfaat. semoga bisa bermanfaat dan memberi motivasi untuk kita semuanya.

***

"Atau kita perlu untuk membubarkan komunitas kita ini?" tanya Zaydan frustasi pada Davin.

Davin mengernyitkan dahinya. Dalam hati, tentu saja Davin menolak pembubaran itu. Sebab komunitas yang selama ini mereka perjuangkan adalah usaha keras yang mampu memberi dampak positif bagi banyak orang. Tidak mungkin dibubarkan. Sebab jika dibubarkan, maka bubarlah semua kebermanfaatannya bagi masyarakat.

"Memangnya kamu yakin mau membubarkan komunitas ini?" tanya Davin untuk meyakinkan Zaydan.

Zaydan terdiam sejenak. Tentu saja hatinya sangat tidak yakin. "Mau bagaimana lagi, Vin. Hampir semua pengurus Komunitas Muslim Produktif mengndurkan diri, kecuali kita berdua sama si Eko, paling. Mau ngapain lagi, kita Cuma bertiga," ucapnya penuh kepasrahan.

Apa yang Zaydan katakan memang ada benarnya. Terlebih, mereka yang tersisa ini sudah tidak bersemangat untuk melanjutkan komunitas. Hambar, rasanya. Namun, Davin tetap optimis bahwa komunitas itu bisa bangkit Kembali, meskipun ia sendiri belum menemukan jawabannya.

"Ayo ikut, Dan!" ucap Davin agar Zaydan mengikutinya.

Saat ini mereka berada Yayasan Al-Muslimin. Yayasan yang cukup besar ini didirikan oleh orang tua Zaydan. Di sana, terdiri dari beberapa Lembaga Pendidikan; yang mana Zaydan dan Davin pun menjadi salah satu pengajar anak-anak yang ada di sana.

"Aku tahu banget Yayasan ini dari pertama kali didirikan sampe sebesar ini, sekarang. Kamu kira Abi kamu tidak menemukan kegagalan saat mempertahankannya?" tanya Davin, sambil Langkah mereka tidak berhenti untuk mengelilingi setiap bagunan yang ada di Yayasan itu.

Zaydan jadi teringat, usaha keras orang tuanya untuk mendirikan Yayasan Al-Muslimin ini. Tidaklah mudah. Bahkan dulu, Abinya tidak tahu akan mendapatkan uang dari mana untuk membangun madrasah bagi anak-anak sekitar yang ingin mengaji, bagi masyarakat-masyarakat sekitar yang ingin belajar ilmu agama. Alhasil, dulu mereka semua itu hanya mengaji di gubuk kecil yang tak sempurna atapnya. Jika hujan, kehujanan. Dan jika panas, kepanasan.

Namun, Allah Menolong Abinya dari arah mana saja yang tidak pernah diduga. Para donatur dari keluarga besar dan teman-teman pesantren abinya dulu membantu mereka, bahkan orang tua santri yang Abinya didik dulu pun ikut andil dalam pembangunan. Sehingga sekarang menjadi bangunan besar yang nyaman untuk dipakai mengaji. Anak-anak senang, dan masyarakat menjadi lebih semangat untuk mengaji.

Dan tidak secepat itu untuk bisa berkembang pesat seperti saat ini, yang santrinya sudah banyak dari luar kota bahkan luar pulau. Yang tenaga pendidiknya sudah berkualitas baik, dan sebagai lulusan-lulusan yang Amanah juga jujur. Sejahtera sekali Yayasan Al-Muslimin ini.

Lalu Zaydan meratapi komunitas kecilnya yang hampir hancur ini. Dia tidak bisa melanjutkannya seperti dulu, sebab jantungnya sudah tiada. Ustadz Ahmad, adalah alasan mengapa ia tidak mampu untuk melanjutkan perjuangan di komunitas itu.

Ustadz Ahmad adalah guru terbaiknya Ketika di pesantren dulu. Ustadz Ahmad lah yang menjadi pendampingnya untuk membentuk komunitas Muslim Produktif. Dengan landasan-landasan yang kuat, kenapa komunitas itu harus dibentuk dan harus memberi manfaat bagi orang lain, membuat Zaydan selalu bersemangat. Namun, saat guru tercintanya itu Allah panggil, siapa lagi yang bisa mendorongnya.

Dan kepergian Ustadz Ahmad untuk selama-lamanya itu pula awal mula dari bubarnya para pengurus komunitas satu per satu.

"Aku tahu, kamu pasti masih sangat terpukul dengan kepergian Ustadz Ahmad. Semangatmu mungkin hilang, dan satu per satu pengurus sudah pergi sebab tidak ada lagi beliau yang mendampingi. Lalu, apakah dengan begini Ustadz Ahmad akan bangga di surga sana?" Pertanyaan Davin itu berhasil membuatnya tertegun.

Zaydan menggelengkan kepalanya pelan.

"Jangan lemah. Setiap permasalahan itu ada sudah satu paket sama jalan keluarnya. Jangan berfokus sama masalahnya, tapi fokus buat cari solusinya. Kamu kecewa, itu boleh banget. Tapi jangan terlalu larut. Zaman semakin berkembang, anak-anak muda di luar sana banyak yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Dan mereka butuh peran kita untuk membantunya menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya. Jangan jadi anak muda yang lemah!"

Kali ini Zaydan merasa tertampar oleh perkataan Davin. Ya, Davin benar.

"Kepergian Ustadz Ahmad mengajarkan kita banyak hal, Dan. Khususnya tentang kemandirian. Kita dituntut untuk terus berjuang dan bertahan meskipun kita sedang hancur sebab kehilangan beliau. Kita akan belajar keikhlasan yang lebih dalam lagi setelah ini. Komunitas ini harus tetap bertahan, sampai manfaatnya bisa terasa juga oleh generasi-generasi setelah kita."

Zaydan tersenyum. "In syaa Allah, Vin. Kita berjuang lagi sama-sama, ya."


#20.04.2023



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro