Dongeng Putri Senja (versi novel)
(Versi novel hal 134-137)
•
•
“Aliyyah!” Aku menghentikan langkah saat akan meninggalkan kamar. Berbalik kembali menghampirinya.
“Ya? Anda perlu sesuatu?”
“Kau … maukah kau menemaniku hingga tertidur?” pintanya dengan tatapan memelas. Dia tertunduk seolah menyembunyikan rasa malu. “Mimpi itu … datang lagi,” lanjutnya dengan suara pelan.
Aku mendekatinya, lalu menunjuk ranjang, meminta izin untuk duduk di sampingnya. Kemudian duduk perlahan setelah dia mempersilakan dengan anggukkan.
“Hmm, kau tahu? Aku merasa kurang nyaman dengan sebutan ‘Anda’, terasa seperti sedang di kantor menghadapi kolega.”
Aku terkikik seraya mengangguk. “Iya, saya pun merasa begitu.”
“Jadi, jangan terlalu formal kepadaku.”
Aku mengangguk tak membantah.
"Hmm, mau kuceritakan sebuah kisah?" tawarku, berharap apa pun kisah yang kuceritakan akan membuatnya tenang.
Dia menatapku ragu. Manik cokelat terangnya berpendar seolah bertanya. Aku tersenyum seraya berkata, "Dongeng sebelum tidur sangat ampuh mengusir mimpi buruk. Kau mau mencobanya?"
Dia mengangguk sangat pelan, hampir tidak kentara.
"Oke, hmm..." Aku berpikir sejenak, dongeng apa yang bisa kuceritakan padanya. Lalu sebuah ide muncul.
"Pada suatu masa, hidup seorang gadis cantik berambut hijau. Gadis itu bernama Putri Senja. Dia memang bukan seorang putri kerajaan, tapi menurut ayahnya, gadis itu merupakan titisan Dewi Langit. Maka dari itu, dia dinamai Putri Senja. Suatu hari, karena masalah ekonomi yang mendesak, gadis itu memutuskan untuk mencari pekerjaan. Tanpa disangka, dia diterima bekerja di sebuah istana kerajaan. Kerajaan hmm … Greenvic yang dipimpin oleh Raja ... hmm, Tino. Raja Tino yang terkenal sangat kejam. Jubahnya saja terbuat dari surai singa."
Rupanya dia tertarik dengan ceritaku. Terlihat dari caranya menatap dengan antusias. Begitu mirip Manda, Arnold versi gadis kecil.
"Entah, Putri Senja harus bersyukur atau mengeluh saat dirinya dinyatakan diterima bekerja. Dia memang sedang membutuhkan sejumlah uang, tapi dirinya juga takut pada kekejaman Raja Tino. Terpaksa, dia harus bekerja di Istana dengan perasaan tak nyaman.”
Mengarang sebuah ceritanya nyatanya tidak mudah. Otakku berpikir dua kali lebih keras dari biasanya.
"Suatu ketika, Raja Tino memerintahkan para pelayan untuk membuat jamuan makan malam, karena keluarga Kerajaan Stewy akan datang. Semua pelayan sibuk, tak terkecuali Putri Senja. Peluhnya bercucuran membantu menyiapkan makanan. Dia juga harus membereskan ruangan yang saaangat besar sebagai tempat pertemuan. Meja panjang ditata rapi dengan serbet yang terbuat dari serat emas."
Matanya menatapku tak berkedip.
"Putri Senja sangat terpesona pada ruangan besar yang indah itu. Hiasan patung dan lukisan besar terpajang di setiap sudut ruangan. Saking terpesonanya sampai dia tidak menyadari kehadiran Raja Tino. Untuk pertama kalinya, Putri Senja melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana rupa sang Raja. Dia pikir, Raja Tino itu seorang pria tua setengah botak dengan kumis dan jenggot yang lebat. Tapi ternyata ...."
Aku sengaja menggantung cerita, menunggu reaksinya. Apa dia akan menyambung ceritaku atau hanya diam? Kutunggu beberapa saat, hingga dia berkata, "Tapi ternyata, Raja itu seorang pria tampan dan Putri Senja jatuh cinta. Cerita yang mudah ditebak," desahnya enggan.
Aku tertawa melihat ekspresinya, memutar bola mata seraya mencebik.
"Kau salah, Raja Tino memang tampan, tapi Putri Senja memiliki fobia terhadap laki-laki. Dalam waktu sekejap saja, Putri Senja berlari menghindar dari sang Raja. Bersembunyi di kamarnya yang gelap demi meredakan ketakutannya.”
"Fobia laki-laki? Penyakit macam apa itu?"
"Penyakit ajaib yang hanya ada di Negeri Dongeng." Aku melirik jam tangan. Waktu telah menunjukkan pukul 21.21. "Waktunya tidur," lanjutku seraya membenarkan letak selimut.
"Kau belum menyelesaikan dongengmu," protesnya.
Aku menarik napas dalam lalu menjawab, "Akan kulanjutkan di versi full novel."
Apa kau juga penasaran dengan kelanjutan dongeng Putri Senja?
Kau pasti sudah bisa menebak bukan, siapa Putri Senja dan Raja Tino?
Segera pesan novel kami ke marketer terdekat. Aku pastikan, kau akan terkejut dengan jalan cerita kami. Tidak sama dengan versi medsos, karena aku ingin cerita yang mengharu biru hingga membuatmu merasakan apa yang kurasa.
wa.me/628966791503
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro