Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01: Meet The Guest Star

Julia
.
🥀

.
"Kenapa kau begitu bernafsu?"

Perkataan itu kian terdengar dalam rangkain pakaian Julia.

Netra hijau limau kini menatap getir bangunan di depannya, rasa getir bercampur muak ia rasakan mengakar kuat menghantam sukma.

Hawa dingin  kota telah berhasil ia padamkan dalam balutan jas hitam tebal, serta tak lupa syal rajut yang melingkar di leher, tongkat bantu jalan ia teguhkan lagi pegangannya, mencoba mengambil kembali semangat padam dalam diri.

Ada suatu hal tak mengenakan, dan itu akan segera terjawab.

Tak perlu berbanyak tanya siapa atau di mana akan hadir. Gedung yang lebih sering disebut hotel cinta ini, tak lebih tak bukan sakadar tempat prostitusi biasa saja. Bangunan ber-arsitektur rendah dengan model warna, bentuk, serta ukuran yang cukup konvensional untuk hotel berlantai lima.

Meski kenyataannya, bangunan di depannya ini tak lebih dari sebuah apartemen.

...

"Anda ingin menemui madam?" tanya seorang resepsionis sedikit bimbang.

"Ya, tolong beritahukan hal itu, aku akan menunggu di sini."

Loby. Tak banyak hal untuk bisa dikomentari dari bagan terdepan dari bangunan satu ini, selain tempat yang luas disertai berbagai macam tempat duduk. Meskipun demikian, Julia tetap harus hati-hati.

Banyak dari sofa yang tersedia memberikan bau menyengat yang tak sedap di hidung, dan beberapa dari itu terdapat bekas-bekas cairan kental, pastinya...tak perlu lagi ditanya hal apa itu.

Sejam berlalu, tangan pucat itu terus memegang ujung tongkat berjalan, mata limau indah nan misterius terus memandangi ke seluruh penjuru lobby. Mengamati mungkin saja, tapi Julia bukan seorang pejalan kaki cacat biasa.

Bibir ranumnya mulai bersiul bernada rendah, sementara tongkat bantu mulai ia ketukan sebanyak tiga kali ke lantai ruangan. Ia bisa merasakan jika beberapa wanita penghibur mulai memandang ke arahnya dengan tatapan aneh, bahkan jika harus bertaruh si resepsionis pun juga melakukan hal sama.

Menganggap dirinya gila atau stress belaka.

Dua menit setelah hal itu, secara tiba-tiba seluruh lampu dan listrik tempat ini seketika padan, memecah suara kepanikan dan keluhan untuk semua orang di dalam sini.

Beberapa orang mulai menggerutu, beberapa mulai berteriak kecil karena takut akan kegelapan, sementara yang lain mulai berteriak memanggil tukang yang bekerja.

Ramai. Cahaya lilin. Suara penuh tanda tanya.

Julia lalu bangkit dari tempat ia duduk, dan mulai berjalan santai menuju lorong di sebelah meja resepsionis. Suara dencing tongkat mengangkasa, sementara langkah pincang dari Julia membumbung rasa waspada.

Dalam kegelapan, Julia secara rahasia telah memiliki cahaya.

Sebuah cahaya dalam matanya. Ia dapat dengan jelas melihat segala hal dalam kegelapan ini, bahkan aliran darah para pelacur yang mondar-mandir melewati sambil membawa lilin di tangan mereka.

Sayup-sayup pula suara maksiat ia juga dengar, bahkan jauh lebih keras dari seharusnya.

Julia lantas berbelok ke arah kanan di mana tangga menuju akses lantai atas berada. Dan begitu sampai di sana ia lalu kembali berjalan dengan tenang sambil mencari lagi akses tangga menuju lantai berikutnya, begitu terus hingga sampailah ia di lantai terakhir.

Lantai keramik berwarna putih, dinding-dinding krem dengan ornamen lampu penerang ala-ala Inggris Victoria, dan beberapa lukisan-lukisan surealis erotis terpampang begitu nyata di lantai terakhir ini.

Dua lorong menuju tempat lain telah terlihat, Julia lalu pergi ke arah kanan, ia memecahkan segala suara maksiat panas di dalam kamar-kamar lorong kecil yang dilalui, tak kurangnya satu jalan menuju lorong lain. Sementara di kanannya adalah ruangan luas dengan satu set sofa disertai meja yang menghadap ke arah jendela luar.

Akan tetapi, Julia ialah orang yang fokus.

Ia lalu berbelok ke kanan, suara tongkat besi mulai semakin riuh, nafas tak teratur secara tiba-tiba ia langsungkan, tangan kiri yang kosong mulai melakukan gerakan pemanasan awal, seolah-olah mempersiapkan segala hal berbahaya.

Sampai di pertigaan kembali, Julia lalu berbelok ke kiri dengan tujuan yaitu pintu bernomor 2021 yang terpampang jelas di depan.

Sinyal menyalak terjadi. Gigi putih nan mengerikan ditampakkan oleh Julia, langkah tenang ia arahkan menuju pintu tersebut.

Dan ketika sudah sampai di depan pintu, secara pelan serta sopan diketuk lah pintu itu dalam ritme tak beraturan.

"Ya?! Siapa?" tanya tak sudi dari orang di dalam kamar.

"Tamu yang ingin menemui madam," jawab Julia begitu dingin.

"Tamu? Sayang sekali aku tak mendapat panggilan tamu penting hari ini, silahkan datang esok hari saja. Aku sedang sibuk!"

Julia sekali lagi mulai merasakan gejolak emosi menjalari tubuhnya, tangan kiri lalu memegang gagang pintu kamar dengan begitu eratnya hingga...

Krak!!

Suara itu begitu nyaring terdengar. Julia sudah menghancurkan komponen kunci pintu kamar, namun ia tak buru-buru masuk ke dalam, ia lalu berkata dengan penuh penekanan amarah.

"Nona Daki. Apakah anda sudah lupa betul dengan suara wanita ini? Suara wanita yang telah kau siksa bertahun-tahun yang lalu. Dan jika kau masih ingat, izinkan saya untuk membawa masa-masa nostalgia kita, tanpa gangguan siapapun."
.
.
.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro