Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kendala


Sekolah ternama dengan fasilitas mewah tentu S.t Monica menjadi pilihan terbaik untuk memasukan anak mereka mulai dari Tk-SMA, bahkan S.t Monica mempunyai Universitas swasta bagi yang ingin meneruskan di bangku perkulihan. S.t Monica hampir setara dengan JIS, sekolah para anak orang kaya serta orang berdarah campuran, mengunakan aksen dari negara mereka bahkan acap kali sering berbahasa inggris.

Bell berdentang mengintrupsikan para anak Tk ini masuk mempersiapkan diri dibangku masing-masing, wajah manis mereka antusia saat bu Sisca, membawa sosok wanita asing mengikuti langkahnya.

"Pagi, my baby ... salam pagi, ya. Sebagai gantinya Ibu bawakan guru baru buat kalian, kenalkan namanya... ."

"Panggil saja Ar—"

"Jangan itu, agak kampungan," bu sisca menyengol lengannya.

"Rini?"

"Malah tambah kampungan, nama belakangmu Grace kan?"

"Iya."

"Pake itu saja," pinta wanita dengan lipstick merah menereng.

"Nah, anak-anak perkenalkan namnya Ibu guru Grace, dia dari New York loh," ujar Sisca memberitahu, Arini menyengir kikuk, seenak jidat menganti nama orang lain.

"Silakan semua hormati Bu Grace ya, Ibu tinggal," katanya berlalu dari ruangan warna-warni.

"Hallo, Mrs. Grace." Cetus anak lelaki dengan topi baret hitam dengan pin silver, Arini meyakini jika sosok anak bule itu ketua kelas, hanya dia yang punya pin.

"Hallo, son. Can you speak Indonesia?"

"Yes I do." Balas si agak ragu, sebagai anak keturunan Swiss dia lebih fasih mengunakan bahasa dari ayahnya

Anna sedari tadi hanya memperhatikan guru barunya yang berwajah bule banget ternyata dengan lancar mengoceh bahasa Indonesia.

Anna masih terdiam di tempat, diam-diam mengigit bibir bawahnya menahan perasaan tak rela, tempat Bu Iren telah di gantikan oleh wanita berambut pirang yang ternyata masih keturunan indonesia darah dari ibunya

Semua anak di kelas 1-B tengah menikmati acara mengambar sembari diiringi suara bunyi jam memutar.

"Hi, kenapa kau ambil pensil warna, Anna!"

"I borrowed!" hardik si gadis berambut kepan.

"No!"

"Hey, Girl. Kenapa marah-marah?"

"he took my colored pencils, I don't want things from my mother to be used!"

Okay Arini memahami kontek permasalah mereka akhirnya, yang meminjam dan yang tak mau meminjami, Arini akhirnya menengahi perdebatan ini.

"Anna, you should apologize and you should also apologize Stefani too," terang Arini, matanya melirik ke dua anak tersebut nampak saling ingin menyerang satu sama lain, wajah anak kecil terlalu polos untuk menutupi kekesalan mereka.

"Kalau kalian tak ingin pelajaran selanjutnya kalian kena masalah," kata Arini menegaskan, Stefani yang akhirnya minta maarf pertama kali.

"Anna, I'm sorry."

Anna membuang muka kesal namun delikan lucu dari guru Garace memaksa dirinya untuk berdama dengan temannya.

"Okay, Stefani." Anna menyalami serta memeluk tubuh berisi anak keturunan jepang tersebut.

* * *

Sebulan sudah Arini bekerja menjadi guru Tk dadakan, tentu sebenarnya dia hanya ingin berlibur dan tinggal sementara di Indonesia dalam kurun waktu tak di tentukan, sebuah tawaran pekerjaan jadi guru magang dadakan akhirnya Arini terima, tapi dalam waktu ini dirinya malah dibuat pusing oleh sosok anak kecil bernama Anna, wajahnya mengemaskan namun kadang selalu memulai pertengkaran ataupun ngambek, membuat kepala dingin Arini langsung panas mendadak.

Arini memilih melipir mampir ke rumah pamannya sekedar untuk mendinginkan kepala, menjadi guru tak semudah Arini bayangkan.

"Siang tante,"

"Astaga, sayang. Kenapa baru mampir sekarang, eoh." Tantenya mencebik, bergegas mengajak keponakannya ke dapur.

"Repot, tan."

"Kau tuh di sini liburan, kenapa repot, dan kau dateng setelah sebulan kau pulang, dasar ponakan kurang ajar." Grutu Tante, wanita berumur itu tetap mempersilakan ponakannya menyicipi masakannya.

"Siapa itu, Bun? Loh, Arin!" Gion, ponakan Arini sudah beranjak dewas menghambur ke pelukan sepupunya, "Lo, balik kapan?"

"Udah sebulan, tapi baru mampir sekarang," jawab Tante ibunda Gion setengah menyindir

Arini hanya bisa nyengir saja jadi bahan bullyan, memang salahnya menjaanjikan untuk sambang tapi malah kebablasan.

"Maaf Tan, udah dong nyindirnya, paman kemana, tan?"

"Ayah itu lagi asik kerja, pulangnya malem." Itu suara Gion menyahuti, pria itu mengambil jus apel milik Arini di habiskan setegahnya.

"Ih, setan. Ngabisin punya orang,"

"Lah, gak papa sekali-kali, lo juga salahnya gak diminum keburu di lalerin,"

"Di rumah mu ada laler?"

Gion mendnegus kalah omongan, "Ya ngak, cuman kiasan."

"Terus kenapa lo dateng-dateng dari luar negri gak bawa oleh-oleh, dateng malah muka kuyu, abis disiram boraks."

Gion memang mulutnya tak bisa di rem, mungkin olinya udah abis kali.

"Aku lagi pusing nih, makannya mampir ke sini,"

"Giliran ada masalah mampir ke sini, kalau-kalau inget mampirnya." Cibir Gion menghabiskan donat dipiring.

"Maaf, namnya juga jadi guru Tk, sabarnya buat pusing." Tukas Arini berkilah.

"Kamu jadi guru?!" suara Tante terdengar kaget, Gion juga melirik sepupunya tak percaya.

"Beneran itu?" tanya tante kembali memastikan.

Arini menganguk, "Iya," satu keping donat masuk ke mulut Arini, "Di tawarin Sella, dari pada liburan ongkang-ongkang kaki gak tau ngapain, kerja aja sekalian kali ya, kan." Jelas Arini tak mau membuang kesempatan emas.

"Terus masalahnya dimana wajahmu kuyu gitu, gak kuat jadi guru TK?" ejek Gion.

"Iyain, emang susah, aku kira ketemu anak kecil lucu-lucu apalagi anak blestaran kan imut, tapi ada satu anak yang bikin aku puyeng setengah mampus."

Gion tertawa lepas mengejek cerita nelangsa Arini

"Emang enak." Ledek Gion

"Hushh, jangan di gituin, kamu dulu juga malah pulang nangis setelah acara sukarelawan jadi guru, tuh." Bela Tante Arini.

"kamu pernah jadi sukarelawan?"

"Iya, dulu Gion pertama- tama sok banget mau jadi vlonter buat jadi guru anak jalanan, eh pulang nagis gara-gara anaknya nakal, sekarang mah udah gak pernah lagi."

"Beneran!"

"Iya, dulu aku mau PDKT sama pacar, jadilah aku mau ikutan blusukan. Nakal semua anak-anaknya gak ada tempat mereka buat didik makannya kurang etikanya, tapi lama kelamaan aku jadi kasian, pengen bikin mereka bisa punya motivasi belajar, malah lupa niat PDKT-nya." Kat Gion menjelaskan.

"Berarti dapet ngak tuh Ayang-mu?"

"Gilak, udah usaha, ya dapet lah." Bangga Gion menepuk dada bidangnya.

"Eh, kau mau ajarin aku buat ngajarin anak-anak, biar lebih deket sama aku?"

"Tiba-tiba?" beo Gion masih kaget.

"Yaudah, lo ceritaain dulu latar anak didikmu kayak apa, sejauh apa kamu udah kenal mereka."

"Beneran, mau nih." Mata Arini berbinar

"Kalau lo tanya sekali lagi, gua batalin nih," ancam Gion yang malah geli sepupunya bergaya sok imut.

"Iya mau, jangan di batalin ya." Mohon Arini akhirnya di setujui Gion, Tante bahkan setuju usulan barusan.

"Jadi kapan dimulainya?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro