Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍁 7 🍁

"Sialan!" Giandra mengumpat seraya melemparkan gawainya hingga remuk kala membentur dinding dengan keras.

Mengacak rambutnya frustasi, ia menghempaskan tubuhnya ke sofa single yang ada di kamar tidur. Pemandangan kota Batu yang mendung, menambah mendung suasana hati Giandra.

Allegra benar-benar perusak mood-nya nomor satu. Wanitu itu juga yang membiat Giandra kehilangan mood untuk melakukan apapun. Ia hanya bisa bermalas-malasan dengan membayangkan Allegra sedang menggoda dirinya, yang berujung dengan permainan solo di kamar mandi.

Sialan!

Sudah berapa kali ia mengumpat dalam seharian ini? Ini semua gara-gara Allegra. Bahkan tak bisa konsentrasi dalam pekerjaannya.

Bukan tanpa tujuan Giandra datang ke salah satu kota di Jawa Timur ini. Selain melihat proyek pembangunan resort yang ia bangun, ia juga sedang melakukan negosiasi dengan perusahaan yang akan menjadi penyuplai barang-barang seperti: sabun, sampo, body lotion, body scrub, dan yang lainnua.

Kebetulan pemiliknya juga sedang berada di kota yang sama, jadi lebih memudahkan Giandra untuk membahas kerja sama lanjutan mereka. Sayangnya mereka belum sempat bertemu, karena terakhir mereka bertukar kabar sang pemilik sedang menghabiskan quality time bersama putrinya.

Sebelum itu, Giandra memilih berjalan-jalan di kota yang sejuk ini. Banyak tempat wisata yang ditawarkan kota yang terkenal dengan penghasilan apel hijaunya, walau rata-rata kebanyakan menyajikan wahana-wahana permainan yang bersanding dengan wisata alamnya tak urung membuat Giandra bisa sedikit melepaskan penat.

Tanpa sengaja ia bertemu dengan teman lamanya, dan mengajak Giandra ke tempat hiburan malam yang berujung dengan pertemuannya dengan Allegra.

Kenapa, sih? Ujung-ujungnya Allegra yang ia pikirkan. Giandra mendumel dalam hatinya. Untuk pertama kalinya hanya seorang Allegra yang bisa membuatnya sepenasaran ini.

Pertunjukan pole dance yang disajikan malam itu terlihat biasa saja, karena di tempat asalnya ia terbiasa melihat hal yang lebih erotis dan vulgar daripada ini. Namun ketika seorang wanita dengan jubah satinnya itu berdiri tanpa melakukan apapun, membuat Giandra mengernyitkan dahi.

Lucu rasanya melihat wanita itu hanya berdiri diam dengan menatap kesekelilingnya. Hingga tatapan mereka bertumbuk, seketika membuat jantung Giandra serasa berhenti berdetak.

Wanita itu hanya menunjukan tatapan datar, anehnya justru terlihat sensual dan meneduhkan sekaligus membuat saraf Giandra seketika menegang. Mengabaikan tatapan sang penari, Giandra mencoba memalingkan wajahnya dan kembali mengobrol dengan teman sejawatnya.

Sayangnya itu tak berlangsung lama, mata Giandra kembali menelisti sosok sang wanita yang kini tengah menggerakan tubuhnya dengan sangat erotis. Sialnya, ia mulai merasa terangsang hanya dengan melihat tarian tersebut. Apalagi sesekali mereka kembali bersitatap, semakin mengoyahkan gairah Giandra yang sudah ia tahan semenjak mereka saling bertemu pandang.

Selain itu,gerakan wanita itu yang selalu menepis tangan para lelaki hidung belang saat ingin menyentuh tubuhnya yang berkilat akan keringat semakin membuat Giandra mengingkannya.

Dan untuk pertama kalinya seorang Giandra Janari Basukiharja di tolak, membuat ego laki-laki itu tersentil dan tak terima.

🌲🌲🌲🌲🌲

Pijar tak bisa mendeskripsikan bagaimana rupa perasaannya hari ini. Namun kebahagiaan itu lebih mendominasi, meski sudut hatinya terasa menyesakkan.

Andai dulu ia lebih menyadari kekeliruannya akan tuduhan perselingkuhan Suri dan Martin, mungkin  putrinya akan baik-baik saja. Keiyona akan menjadi anak gadis yang ceria tak peduli jika suaranya secempreng Suri, paling tidak gadis kecilnya itu bisa menyuarakan apa yang ada dipikiran dan hatinya atau mungkin merengek manja kepada dirinya akan sesuatu hal.

Sayangnya waktu tak bisa diputar kembali, ia hanya bisa menyesali keadaan yang sekarang menimpanya. Seumur hidup Keiyona akan menjadi gadis cacat.

Keiyona menuruti semua perintah yang diucapkan Suri sebelum mereka pergi, putrinya itu tidak berlarian. Antusiasme tercetak jelas di wajahnya. Mereka berjalan-jalan santai, menyusuri setiap jalan yang sudah ditentukan oleh pihak pengelola. Meski hanya mengunjungi kebun binatang, gadis kecilnya itu terlihat bahagia.

Beberapa kali mereka berhenti hanya untuk beristirahat agar Yona tidak terlalu kecapekan, karena perjalanan mereka masih panjang.

Pijar sempat melihat tatap menerawang putrinya pada beberapa pasangan keluarga kecil yang nampak bahagia dengan acara piknik mereka. Perihal hal tersebut, sisi hatinya tercubit.

Seperti anak-anak lainnya, Keiyona juga menginginlan sebuah keluarga lengkap. Seketika perasaan berasalah menyergap Pijar, karena tak bisa mewujudkan keinginan tersebut.

Ia tak mungkin rujuk dengan Suri, karena talak tiga yang ia ucapkan saaat sisi emosionalnya mendominasi kala itu. Sekarang Pijar tahu kenapa para orang tua selalu berkata jika harus berhati-hati dengan lidah kita, karena akibat dari apa yg diucapkan dampaknya akan terasa dikemudian hari.

Tepukan di punggung tangannya, membuat Pijar tersadar dari lamunannya. Pria berpakaian casual itu hanya bisa tersenyum, terlebih ketika Yona menyodorkan buku catatan yang selalu dikalungkan pada lehernya.

"Ayah nggak makan?"

"Ayah nggak lapar. Yona aja yang makan. Liat kamu makan udah bikin ayah kenyang." Pijar membelai surai hitam yang sedikit lepek karena terkena keringat.

"Yakin, Yah. Masakan Ibuk paling enak, lho."

Sekali lagi Pijar hanya tersenyum saat membaca tulisan putrinya yang berumur tujuh tahun tersebut. "Habisin aja, jangan lupa habis itu minum obatnya." Pijar hanya memesan kopi dan beberapa camilan di kafetaria tempat mereka mengistirahatkan kakinya yang cukup lelah karena berjalan tadi.

Yona hanya mengangguk kecil, kemudian kembali menyuapkan bekal makan siangnya.

"Bisa minta tolong ambilkan obatku di tas, Yah?"

Dada pijar kembali menyesak ketika meraih tas punggung milik Yona. Tas yang warna telah pudar dan beberah bagian memperlihatkan sobekan kecil berserat karena terlalu sering dipakai, membuat Pijar tak mampu menahan gejolak di dadanya. Semiskin apa hidup Suri, sampai-sampai ia tak bisa membelikan tas yang layak untuk putrinya? Sedangkan keponakannya setiap beberapa bulan membeli tas baru, hanya karena bosan memakai tas itu-itu saja.

Pijar membuka resleting dan sedikit kesulitan menemukan botol obat milik Yona. Lagi-lagi ia merasakan ada yang meremas kuat dadanya melihat botol plastik berisi obat tersebut, anaknya harus selalu mengkonsumsi obat kimia ini hanya untuk bertahan hidup.

Penyesalan itu kembali mengedornya. Kali ini tak main-main, menggulungnya dan menenggelamkan langsung hingga ke jurang terdalam dan tak mungkin ia bisa kembali ke permukaan.

Tarikan di kaos membuat Pijar menoleh cepat ke arah Yona yang sudah menatapnya intens, karena melihat bendungan bening di sudut mata Pijar.

"Ayah kenapa?"

Seolah mengetahui bahasa isyarat yang berikan Yona, Pijar menengadahkan kepalanya agar airmatanya tak berjatuhan. "Ayah nggak apa-apa, kok."

"Beneran?"

Pijar mengangguk kecil dan menyerahkan botol obat tersebut kepada Yona, kemudian membuka air mineral dan memberikannya sesaat putrinya menenggak obatnya.

Seolah tahu akan pemikiran sang ayah, Yona menyodorkan buku catatannya.

"Aku udah biasa, Yah. Jangan sedih!"

"Gimana ayah nggak sedih, kalo putri ayah bergantung terus pada obat-obatan ini." Pijar kembali memegang botol obat Yona. Ada ribuan jarum yang menghujam dadanya. Mengingat jika seumur hidupnya Yona akan bergantung pada obat tersebut, hanya agar tetap bertahan dengan jantung yang tak benar-benar bekerja dengan baik.

"Buktinya aku baik-baik aja."

"Ayah yang nggak baik-baik aja." Tak urung airmata Pijar menetes dari ujung matanya.

"Selama ada ibuk dan nenek Santi, Yona bakalan baik-baik aja. Apalagi setelah Yona ketemu Ayah."

"Maafkan, Ayah. Ayah baru tahu keberadaanmu." Yona menggeleng dan menuliskan sesuatu.

"Kata ibu, Ayah mungkin udah punya keluarga sendiri. Jadi Yona nggak boleh berharap lebih. Hari ini adalah hari terbaik dan terindah dalam hidupku, karena bisa ngabisin waktu sama ayah. Meski gak sama-sama ibuk."

Pijar tak sanggup lagi menahan sesak dalam hatinya. Meraup tubuh kecil putrinya, ia mendekap erat Keiyona dan mengecupi puncak kepalanya beberapa kali. Tak peduli jika dikatakan drama oleh para pengunjung lainnya, ia hanya ingin mendekap gadis yang seharusnya ia bahagiakan hidupnya.

Yona mengurai pelukan Pijar, meski pria itu tak rela melepaskan pelukan dari putrinya. Pijar kebingungan dengan bahasa isyarat yang ditunjukan oleh Yona.

"Dia bilang kalo dia menyanyangimu," ucap seorang ibu-ibu yang duduk tak jauh dari tempatnya.

Yona tersenyum mendapati ada orang lain yang mengetahui bahasa isyaratnya. Pijar kembali kebingungan saat Yona dan wanita itu berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

Percakapan mereka berakhir dengan derai tawa dari wanita paruh baya tersebut, membuat pijar yang sedari tadi melemparkan pandangannya bergantian dari Yona ke wanita tersebut hingga beberapa kali.

"Dia bahagia karena akhirnya bisa bertemu denganmu. Dia juga bilang akan menceritakan pada teman-temannya kalo dia pernah pergi piknik bersama ayahnya. Terakhir dia tanya, apa ayahku tampan?"

Mau tak mau Pijar meringis malu mendapati pertanyaan itu diajukan oleh Yona, ia bahkan mengusap lehernya yang tak gatal hanya karena canggung.

"Dia bilang ... dia bangga punya ayah sepertimu." Pijar menoleh cepat ke arah Yona.

Letupan kebahagiaan membuat dada Pijar seakan mau meledak, tapi sekaligus menyakitinya. Ia Seorang ayah yang tega mengusir ibunya ketika mengandungnya, bahkan melayangkan tendangan yang jelas-jelas akan terasa menyakitkan bagi seorang wanita.

Lalu kini putrinya mengatakan kebanggaanya karena mempunyai ayah seperti dirinya. Apa yang patut dibanggakan dari Aksadaru Pijar Mahameru?

🍁🍁🍁🍁

Makasih untuk komentar dan vote kalian. Maaf kalo belum bisa balesin komentar kalian, bukan karena aing sombong dan congkak, tapi sibuk karepe dewe.

Meski gak bisa bales, tapi kubaca satu persatu kok komennya. Don't worry, emak masih merhatiin komenan kalian.

Team Suri-Giandra

Team Suri-Pijar

Hayo kalian pilih yg mana?

Kira2 kalian ada gambaran gak sih, siapa yg cocok buat meranin si Giandra? Emak belum nemu nih. Bisik-bisik dong kalo ada yg tahu. Hihihi

Oke Marimar.

Emak mau tidur dulu. 😘😘😘😘 ketjup basah dulu. Bye Esmeralda.

Sori for typo, emak habis ngetik lgsg post. 😁😁

Sidoarjo, 16 November 2019
-Dean Akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro