🍁 27 🍁
Janaka diam bukan berarti dia tidak ingin melemparkan banyak pertanyaan pada dirinya. Suri tahu jika Kakak kandungnya itu sedang menahan hasrat untuk mencari tahu.
Menghela napas panjang, Suri memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Janaka tentang Giandra.
Bagian mana yang bisa diceritakan? Kalau pada kenyataannya ia hanyalah istri simpanan, yang bahkan seluruh keluarganya tidak mengetahui ikatan tersebut ada, bahkan untuk sekedar memberi restu.
Ia bahkan melewatkan Heru sebagai walinya.
Tidak mungkin Suri mengakui jika pria tadi adalah suaminya. Suami siri.
Suri bahkan tidak berani menatap wajah kakak semata wayangnya, karena takut diinterogasi panjang.
Ia belum siap membongkar semuanya. Setidaknya hingga Giandra sendiri yang mencampakannya.
Dicampakkan, ya.
Secuil hatinya tak terima jika kembali ia akan dibuang. Kecil harapannya kalau hubungan mereka akan bertahan seumur hidup, menua bersama dengan anak-anak mereka, mungkin juga dengan para cucu.
Terlihat muluk, kan? Walau hampir setiap wanita di dunia ini menginginkan hal yang sama, tapi sayangnya tidak untuk Suri. Jadi...wanita itu lebih memilih hanya ingin dicintai dengan sepenuh hati saja.
Kalau sudah begitu, Suri akan kembali menjadi manusia serakah yang menginginkan Giandra untuk dirinya sendiri. Meski tak menampik jika sulur-sulur rasa itu merambat perlahan.
Nyeri itu kembali menerjang, meski hanya secuil tapi Suri tahu jika lambat laun hal ini akan membesar. Seiring dengan berkembangnya perasaan yang ia punya, akan semakin besar pula kesakitan itu.
Sama seperti dulu.
Suri terlena. Kebersamaan mereka dan perasaan yang Giandra tunjukkan tanpa tedeng aling-aling membuat sisi hatinya menghangat. Ia merasa begitu dicintai oleh Giandra, juga merasa dibutuhkan sebagaimana ia selayaknya pria membutuhkan wanitanya. Suri benar-banar tersanjung akan hal itu. Ia bahkan mulai menguntungkan hidupnya pada Giandra, sedang ia buta akan sosok suaminya selain pria itu seorang pengusaha perhotelan. Setidaknya itulah prasangka Suri, kala menemukan Pijar di rumahnya.
Karena yang Suri tahu, Pijar merupakan produsen perlengkapan hotel seperti sabun, shampo, body lotion, dan yang lainnya tentu dengan emblem hotel yang bekerja sama dengannya.
Lagi-lagi Suri mendesah lirih. Kenapa jalan hidupnya serumit ini? Ia hanya ingin hidup berbahagia dengan Keiyona, tanpa harus melibatkan diri dalam urusan orang lain.
Tapi rupanya Tuhan tidak mendengarkan keinginannya, melainkan apa yang Suri butuhkan. Dan...ya, ia membutuhkan seorang pria sebagai tempat ia bersandar.
"Mas...," panggil Suri pelan.
"Mas bakalan diem, nunggu kamu siap buat cerita siapa pria tadi."
Janaka dan kedewasaannya. Suri memeluk sang Kakak dari samping, seraya melabuhkan kepalanya di pundak kokoh Janaka. "Aku belum siap, Mas. Secepatnya aku bakalan cerita sama Mas Naka."
"Ambil waktu sebanyak yang kamu mau, Dek. Asal jangan menghilang lagi seperti dulu. Rumahmu akan selalu nyambut kamu, sejauh apapun kamu pergi...rumah adalah tempat di mana kamu harus pulang. Karena di sana ada keluarga yang selalu nungguin kamu."
Ucapan Janaka membuat Suri tercenung di tempatnya, tanpa menyadari jika ada setitik air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.
"Aku...bakalan pulang, Mas, jadi tungguin aku, ya." Lirihan Suri direspon Janaka dengan pelukan erat, di depan pintu kamar paviliun Keiyona.
******
Seharusnya sudah menjadi hal yang biasa mendapati Keiyona kolaps tiba-tiba tanpa rambu apapun. Selayaknya ibu kebanyakan yang ada, tidak ada seorang ibu yang sanggup melihat kesakitan sang buah hati, Suri pun merasakan hal itu. Kalau boleh ia memilih, akan lebih baik dirinya saja yang kesakitan.
Sebanyak apapun ia memohon, itu sama sekali tidak akan mengubah apa yang sudah digariskan untuknya.
Keiyona kolaps dihari kelima Giandra menghilang tanpa kabar. Tiba-tiba saja tubuh gadis ciliknya membiru dengan irama jantung tidak beraturan, pun dengan napas yang putus-putus nyaris melemah.
Suri yang kebingungan, bergegas ke rumah sakit di antar oleh supir yang disediakan Giandra. Menghubungi suaminya saat perjalanan pun tak membuahkan hasil, ponsel Giandra nyala tapi tidak diangkat.
Suri terpaksa memakai kartu kredit yang pernah Giandra berikan, untuk membayar biaya administrasi rumah sakit agara Keiyona segera ditangani. Sedikit gamang dan sungkan menggunakannya, karena selama ini ia hanya membelanjakan kartu tersebut hanya untuk kebutuhan rumah. Meski suaminya memberikan kebebasan untuk memakainya.
Sedangkan di dalam kamar paviliun lainnya, Ratih yang melihat ponsel putranya menyala berkedip membuat ia mengurungkan niat untuk bebaringan.
Mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dengan kabel charger tercolok sempurna. Notifikasi pesan terpampang sempurna di layar yang mengabarkan sebuah transaksi kartu kredit sebesar dua belas juta. Tak ayal hal tersebut membuat mata Ratih membulat sempurna.
Dasar wanita licik! Umpat Ratih dalam hatinya, seraya melemparkan ponsel Giandra kembali ke tempatnya semula.
Dada Ratih benar-benar bergolak penuh amarah. Apa yang ada dipikiran Giandra, sehingga ia tega menyelingkuhi Vanila dengan wanita pengejar kekayaan itu.
Apa kurangnya Vanila? Apa yang salah pada rumah tangga putranya? Kenapa Giandra melakukan hal sejauh itu.
Ratih merasa gagal mendidik putranya. Harus seperti apa ia bertatapan dengan Vanila setelah ini, pun dengan keluarga menantunya itu. Ia malu jika bertemu dengan besannya dan mengatakan kebobrokan Giandra. Anak lelaki kebanggaannya benar-benar mencoreng nama baik keluarga Basukiharja.
Menghapus jejak air matanya, Ratih tidak benar-benar bisa membenci putranya. Ia hanya kecewa dengan apa yang dilakukan Giandra.
"Ma," panggil Giandra pelan yang tahu-tahu sudah duduk di pinggiran kasur pasiennya.
"Kenapa sampe sejauh ini, Ndra? Kenapa?" tanya Ratih dengan nada serak, sarat akan kekecewaan.
Giandra sendiri hanya bergeming di tempatnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan yang dilontarkan sang Ibu.
"Andra nggak tau, Ma."
"Kamu selingkuh, Ndra?"
"Ya?"
"Sejak kapan?"
"Pas di Malang."
Ratih memukuli pundak putranya, jebol sudah pertahanan yang sedari tadi ia tahan. Ratih meraung sejadi-jadinya, meluapkan segala emosi yang sudah ia tahan semenjak tau perselingkuhan putranya.
"Kenapa kamu jahat sama Vanila? Apa salah dia sama kamu? Apa kurangnya Ila sama kamu? Tega kamu, Ndra."
Sebagai seorang anak, Giandra hanya bisa diam dan ikut menangis kala Ratih mencecarnya dengan pertanyaan yang ia sendiri sukar untuk menjawabnya secara gamblang.
Ia tahu perselingkuhannya dengan akan meninggalkan luka bagi banyak orang terdekatnya, tapi Giandra sendiri tak kuasa menolak keinginan hati yang menginginkan Suri untuk berada di sisinya.
Ia mencintai janda beranak satu itu.
Ada banyak waktu bagi Giandra untuk menelaah perasaannya.
Berdekatan dengan Suri adalah hal yang paling dibenarkan hatinya, meski ia tahu jalan yang diambilnya salah. Tapi berjauhan dengan Suri membuat sebagian hati dan pikirannya tertuju pada sosok Suri.
Ia seperti pulang ke rumah, kala Suri menyambut kedatangannya dan memberikan pelukan serta ciuman di kening sebagai ucapan Terima kasih karena telah pulang ke rumah dengan selamat.
Surilah tempat ia pulang, bukan Vanila.
"Aku cinta dia, Ma, tapi aku nggak bisa cinta sama Vanila. Aku nggak bisa anggep dia istri aku, karena di dalam sini...," Menunjuk ke arah dadanya. "Nggak ada detakan kuat buat Vanila, nggak ada rindu yang menggebu-gebu kala kita berjauhan. Vanila sama seperti Nuria. Aku nggak bisa nyentuh adikku sendiri, Ma. Andra nggak bisa."
Tangisan Ratih terdengar semakin menyesakkan. Bukan pengakuan ini yang ingin didengarnya. Ratih ingin Giandra meminta maaf dan meninggalkan jalangnya, kemudian berusaha membenahi keutuhan rumah tangganya bersama Vanila.
Mau tidak mau Giandra memang harus mengakui hal ini. Ia tidak bisa lagi dipaksa berdekatan dengan Vanila, karena hatinya sudah menjadi milik Suri.
"Maafin Andra, Ma."
🍉🍉🍉🍉🍉
Okeh. Done!
Maaf kalo gak ada chemistry-nya. Wkwkwkwkwkwk
Semoga suka ya.
Makasih yang udah nungguin.
Tanya dong. Kalian mau akhir kisah ini cem mana?
Dahlah, aku mau bobok.
Siyusun. Bay. 😘😘
Surabaya, 27 Oktober 2020
-Dean Akhmad- (00.13)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro