Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍁 24 🍁

Giandra berlarian di lorong paviliun rumah sakit yang sama tempat dulu Vanila di rawat, setengah jam yang lalu istri pertamanya itu menelepon jika Mamanya dilarikan ke UGD karena serangan jantung.

Tanpa pikir panjang Giandraa yang saat itu tengah berada di tengah-tengah rapat bulanan langsung pergi tanpa pamit. Dalam keadaan kalut dan gelisah, Giandra sempat mengabaikan bunyin klakson dan makian dari pengemudi lainnya hanya untuk segera sampai ke rumah sakit.

"Illa!" Merasa dipanggil, Vanila menegakkan punggungnya begitu melihat Giandra menghampirinya dengan napas yang terengah-engah. "Mama kenapa? Bukannya jantung Mama baik-baik aja selama ini?" cecarnya langsung.

"Semua gara-gara Abang!" jawab Nuriah dengan mata memerah menahan tangis dan amarah sekaligus.

"Maksudmu apa, Dek?" Bukannya menjawab, Nuria melemparkan ponsel yang sedari tadi ia genggam hingga membentur tulang belikat Giandra.

Giandra mengerutkan kening menatap ponsel yang dilempar adiknya dalam posisi terbalik di lantai. Memandang sejenak ke arah Nuria yang menatapnya dengan pandangan yang seakan membencinya. Giandra mengambil ponsel yang layarnya sudah menghitam, kemudian menekan tombol power hingga layarnya menyala. Giandra bingung dengan apa yang tengah terjadi saat ini.

Setelah menggeser kunci layar ponsel yang entah milik siapa ini, barulah Giandra tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun sesaat kemudian mata Giandra membola sempurna mendapati SUri tengah bergelayut mesra dengan seorang pria yang ditaksir seumurannya.

"Itu jalangmu, kan, Bang?" tanya Nuria dengan amarah tertahan.

"Dia bukan jalang, Nuria!" Geram Giandra yang tidak terima Maysuri dihina seperti itu.

Suri memang seorang penari stripties, tapi bukan berarti dia wanita murahan yang menjajahkan tubuhnya kesembarang pria. Dari pengakuannya dulu, hanya ia dan ayah kandung keiyona yang menyentuhnya.

"Tidak ada wanita baik-baik yang berhubungan dengan suami orang, Bang. dan jalangmu itu jelas bukan wanita baik-baik." Giandra mengatupkan bibirnya mendengar penuturan Nuria yang jelas menohok ulu hatinya. Mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jari memutih, hantaman rasa bersalah itu mencuat kepermukaan.

Di sini bukan Maysuri yang salah, tapi dirinya yang seharusnya menerima cacian dari Nuria pun keluarganya. Ia yang brengsek, bukan Maysuri.

"Dia wanita baik-baik, Nuria. Suri wanita baik." Lirih Giandra yang kembali menatap nanar ponsel yang layar sudah retak dibeberapa bagian itu. Di sana Suri tampak bahagia bersama dengan pria yang sudah ia kenal baik beberapa tahun terakhir ini.

Sebulan sekali para pengusaha dari berbagai bidang se DKI JAkarta akan berkumpul dalam satu tempat, selain untuk menjalin silaturahmi biasa menjadi sebuah kesempatan untuk melakukan kerja sama. Dari sanalah Gaindra mengenal pria itu. sempat beberapa kali mereka keluar bersama walau hanya sekedar ngopi bareng dan membahas pekerjaan yang sama-sama bergerak dibidang hospitality.

Sungguh ia tak pernah menyangka jika Maysuri ada hubungan dengan pria itu. Lalu apa arti semua kebersamaan mereka selama lima bulan ini?

.

.

.

Heru nyaris tersedak oleh sedu-sedan air matanya sendiri, karena yang ia lihat saat ini adalah keinginan yang selama delapan tahun ia pendam. Di lapangan kecil yang brada di belakang rumahnya ada tiga orang yang sedang berlarian menerbangkan layangan seraya bersenda gurau.

"Pa...putri kita kembali. Maysuri kita akhirnya pulang," bisik Hesti yang kembali memeluk samping tubuh kaku nang ringkih suaminya dari atas kursi rodanya. Meski tak ada balasan, tapi air mata yang keluar dari sudut mata yang keriput dimakan usia itu membuktikan segalanya.

"Yhaa...Uri khita...ulang...," jawab Heru terbata-bata (Ya, Suri kita pulang.)

Baik Heru maupun Hesti sama-sama berucap syukur dalam hati masing-masing. Setelah delapan tahun akhirnya sang putri yang hilang telah kembali. Walau bukan pulang secara harfiah, paling tidak putri semata wayangnya sudah mau mengunjunginya.

Satu yang Hesti tahu, jika selama ini putrinya tinggal di Malang dengan seorang janda tanpa anak yang mau menampung Suri bahkan ikut membesarkan cucu satu-satunya. Masih menjadi misteri Suri tinggal di mana semenjak dia kembali ke Jakarta.

"Aku masih punya kewajiban lain yang harus kupenuhi, Ma. Saatnya nanti, aku bakalan bener-bener kembali ke rumah."

Sejak saat itu Hesti tidak pernah menanyakan apapun pada Suri. Sudah mau berkunjung ke rumah saja Hesti sudah sangat bersyukur, Bahkan Janaka pun tidak tahu di mana dan dengan siapa adiknya tinggal selain dengan Bu Santi.

Jadi...biarlah seperti ini, paling tidak putrinya sudah tidak menjauh lagi dari keluarganya.

"Maaf, Buk. Ada tamu nyariin Ibuk sama Bapak." Interupsi dari sang pembantu rumah tangga membawa Hesti kembali ke realita.

"Siapa, Mbak?" tanya Hesti mengerutkan kening. Pasalnya ia sama sekali tidak ada janji apapun setelah suaminya keluar dari rumah sakit.

"Anu, Buk. Sepasang suami istri, katanya temen Bapak." setelahanya si mbak langsung pergi undur diri menuju dapur. Hesti berbisik pada Heru untuk menemui tamu yang katanya adalah teman suaminya itu.

Sepasang suami istri itu berdiri begitu melihat Hesti datang dengan mendorong kursi roda Heru, sedangkan sang pemilik rumah sangat terkejut dengan kehadiran dua orang yang memanglah kawan lama mereka.

"Eru...Ayu...."

"Hesti...Heru..."

Mahameru Danuarta tersenyum kecil melihat keadaan sahabat baiknya sedari SMP ini. Sungguh ia tak menyangka jika Heru harus mengalami stroke setelah kejadian delapan tahun lalu. "Maafkan aku, Heru. Maaf baru datang menjengukmu."

Setelah delapan tahun berlalu, pasangan Danuarta akhirnya mau datang ke rumah mereka. Hesti tidak kuasa menitikkan air mata yang kemudian dirangkul oleh Ayudia--istri Mahameru Danuarta--masing-masing sama terisaknya.

Eru menuntun kursi roda Heru mendekati sofa tunggal tempat ia duduk sebelumnya. Delapan tahun ia dan keluarganya masa bodoh dengan keadaan keluarga Sapta, apalagi setelah mengetahui hal keji yang dilakukan oleh Suri dulu. Meski sebagai Ayah dia tak membenarkan apa yang sudah dilakukan Pijar sama kejinya.

Butuh delapan tahun mereka saling menyembuhkan diri. Kesakitan itu bukan hanya milik Suri dan PIjar, tapi juga milik kedua keluarga mereka. Eru dan Ayudia sadar jika selama ini ia menutup mata pada kesalahan Pijar, dan menumpuhkan semua kesalahan di pundak Suri.

Hanya satu kebenaran yang mampu melindapkan segala amarah yang tertanam sejak delapan tahun yang lalu.

"Maafin aku, Her. Aku dan keluargaku juga salah," ucap Heru yang diangguki sekilas oleh Heru.

"Ahtas ama Uri...ahku uga inta af." (Atas nama Suri, aku juga minta maaf.)

"Ma...Pa...aku...." Nada terkesiap terdengar dari wanita yang keluar dari balik partisi dengan mengandeng seorang anak Kecil.

Eru dan Ayudia tercenung di tempatnya, sedangkan Suri yang merasakan otot-ototnya melemas sempat oleng ke belakang. untung saja ada Keiyona yang menahan bobot Suri meski tak seluruhnya.

"Suri!" Ayudia langsung saja berdiri dan memeluk tubuh mantan menantunya itu.

Kepala Suri mendadak kosong, tidak tahu harus berbuat apa. Telat jika harus menyembunyikan keberadaan Keiyona. Bagaimanapun darah Danuarta mengaliri putrinya.

"Tan-tante..."

"Mama...Suri...Mama...aku masih mamamu, tetap jadi mamamu." Ayudia tak kuasa menahan tangisannya.

Bisa memeluk Suri kembali adalah satu hal yang tanpa ia presiksi sebelumnya. JIka memang takdir yang mempertemukan mereka, maka biarkan untu kali ini saja ia ingin memeluk putrinya yang lain setelah badai itu meluluh lantakkan dunianya dulu.

"Maafin, Mama, Suri. Maafin, Mama...."


**********

Tiba-tiba saja mood ilang. hadeugh......

maap ya, yang belum kebales komennya. sebisa mungkin aku kebut nulis ini. kali aja bisa kekejar open PO barengan mantan suami. wkwkwkkwkwkkkwkwk.

btw, kayaknya open PO mantan suami bakalan diundur lagi. karena buanyak banget kendala di lapangan. maaf ya semua jadi mengecewakan.

semoga suka part ini. sorry for typo.

makasih bagi yang udah nungguin, ok bye! Nyai mau rebahan sambil nonton Wiro Sableng. (kira-kira cocok gak si pijar ini Vino G sebastian) muahahahhahhaha #plak #kaboooor

Sidoarjo, 21 Agustus 2020 (00.49)

-Dean akhmad-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro