Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍁 13 🍁

Menginjakan kaki ke Jakarta membuat Suri harus kembali menapaki dosa-dosanya yang ia tinggalkan delapan tahun lalu. Berdebar dan ketakutan bercampur aduk, membuat perut Suri serasa di aduk dan mual tanpa sebab.

Jakarta itu luas, terdiri dari lima kota. Jadi ... bolehkah sedikit berharap jika ia tak dipertemukan oleh jejak masa lalunya.

Delapan tahun mengasingkan diri di kota orang, tak serta merta membuat Suri melupakan keberengsekannya dulu. Bagaimana dengan kejamnya ia memanipulasi keadaan, hingga memudahkannya untuk menyingkirkan segala penghalang niatnya memiliki Pijar.

Gejolak kawula mudanya membuat orang terdekatnya hancur, tanpa terkecuali. Ia tahu sekecewa apa orang tuanya, mendapati obsesinya terhadap Pijar yang membuat Suri tak mau mendengarkan segala jenis saran dan masukan agar menghentikan usahanya. Salahkan saja sifat keras kepala, juga ajaran sang papa untuk tidak mudah menyerah dalam meraih sesuatu yang diinginkannya. Dan Suri teramat sangat menginginkan Pijar, hingga membuatnya menggila.

Setelah delapan tahun, bagaimana kabar orang tuanya juga kakak semata wayangnya itu? Baik-baik kah mereka sekarang?

Meringis dalam hati, Suri mencoba membenarkan asumsinya jika keluarganya akan selalu baik-baik saja tanpa dirinya. Tanpa anak perempuan yang sudah membuat keluarganya kecewa sekaligus malu, karena sifat kemaruknya.

Andai dulu ia tak jatuh cinta pada pijar, mungkin ia takkan terobsesi sampai menggila.

Andai dulu ia mendengarkan saran dari kedua orang tuanya, mungkin sekarang ia akan menjalani hidup normal.

Andai dulu ia tak memaksakan perasaannya, mungkin kini ia hidup bahagia bersama suami dan anak-anaknya.

Terlalu banyak perandaian yang Suri gumankan dalam hatinya, termasuk andai dulu ia tak memutus ikatan sakral tersebut mungkin putrinya akan menjadi gadis normal pada umumnya.

Tarikan di ujung kaosnya, membuat Suri kembali ke realita. Di sisinya ada Keiyona yang tengah memandangnya dengan tatapan bingung.

"Ibuk ngelamun?"

Suri tersenyum sumir, mendengar perranyaan putrinya. "Iya, maafin, ibuk. Kenapa, Sayang?"

Yona menggelang dan menunjuk ke arah luar jendela. Mobil yang membawa dirinya serta Keiyona dan Ibu Santi berhenti tepat di depan sebuah rumah bergaya minimalis berlantai dua.


Suri hanya mengangguk patuh mendapati sopir yang sudah disiapkan Giandra mempersilakan dirinya memasuki rumah.

Ia hanya menuruti perintah Giandra yang menyuruhnya juga Keiyona dan bu Santi untuk segera berkemas, dan terbang ke Jakarta sore hari.

Sebenarnya ia keberatan, tapi status sebagai istri tak urung membuat ia harus mengiayakan keinginan suami sirinya tersebut.

Bagi lelaki itu, hal seperti ini adalah seseuatu yang bisa dia lakukan tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu. Semua bisa terlaksana hanya dengan menjentikkan jari, karena uanglah yang sebenarnya bekerja.

Orang kaya mah bebas.

Dan di sinilah ia sekarang. Memasuki rumah berlantai dua, Suri disambut dengan wanita paruh baya yang hanya memakai daster batik dengan beberapa rambut beruban menghiasi rambutnya.

"Saya Saibeh, Nya. Pembantu di sini, kalo itu suami saya, Suwarno. Sopir sekaligus tukang kebun dan juru bantu-bantu."

Suri hanya mengangguk seraya tersenyum kecil. "Suri, Bik. Ini anak saya Keiyona, dan ibuk saya namanya Santi."

Tanpa disuruh, Keiyona berjalan mendekati Bik Saibeh, dan mencium punggung tangannya.

"Eh, Non... jangan begini." Wanita yang umurnya lebih tua dari bu Santi jelas kaget mendapati perlakuan hormat dari putri sang tuan rumah.

"Nggak apa-apa, Bik. Yona selalu begitu sama orang yang lebih tua," sambung Suri melihat raut wajah tidak enak sekaligus canggung.

"Oh, iya ... bibik lupa nganter ke kamar."

Suri dan Yona jelas menepati kamar yang ada di lantai dua, sedangkan bu Santi ada di lantai bawah. Total memang ada empat kamar yang tersedia, yang paling belakang ditempati oleh bik Saibeh dan pak Warno--suami sekaligus sopir dan tukang kebun.

Suri kembali ke kamarnya setelah makan malam dan membersihkan piring kotor yang terpakai, ia terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sekarang. Jadi ia mewajibkan Bik Saibeh menyudahi tugas tepat setelah pukul lima sore. Setelahnya Suri sendiri yang mengambil alih.

Suri mengembalikan gelas kosong yang tadinya berisi susu hangat milik Yona, gadisnya itu sudah tertidur setelah meminum susu berperisa vanila. Pernah suatu kali ia memberikan susu raas coklat, dan Yona memuntahkan hampir seluruh isi perutnya dan mengatakan jika dia merasa mual dan enek setelah meminum susu tersebut. Sejak saat itu, Suri selalu memberinya susu berperisa Vanila atau yang lainnya daripada berasa cokelat tersebut.

Dan kesukaan Keiyona itu tak luput dari pemilik DNA yang mengalirinya. Like father like daughter. Pijar pun sama bencinya dengan susu cokelat karena itu membuatnya mual dan muntah. Sedari kecil juga Pijar terbiasa meminum susu hangat tersebut sebelum beranjak tidur, dan kini kebiasaan itu ditiru oleh putrinya.

Suara debuman pintu membuat Suri yang melamun di dapur terperanjat kaget. Meraih apapun yang ia lihat, Suri berjalan mengendap-endap dengan membawa sebuah panci bekas ia menjerang air untuk membuatkan susu.

Giandra menegakkan tubuhnya yang terkulai lemas di sandaran sofa, ketika lampu ruang tamu tiba-tiba menyala.

"Mas!" pekik Suri mendapati siapa si pembuat suara tersebut.

"Kenapa?" tanya Giandra kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, memejamkan mata seraya memijat keningnya.

"Aku pikir kamu nggak ke sini."

"Lalu aku harus ke mana?"

Entahlah. Kali aja dia pulang ke rumah aslinya.

Suri tak pernah bisa memprediksi apapun yang akan dilakukan Giandra. Baru kemarin ia menikah dengan lelaki itu, lalu kini dalam sekejap dirinya sudah berada di Jakarta. Kota yang mati-matian ia hindari.

Bagi Suri menikah bukanlah hal yang main-main, ada tanggung jawab besar terselip di antara ijab qabul yang diucapkan.

Suri bukan wanita bodoh. Hanya saja ia berusaha menerima takdirnya, yang lagi-lagi harus menjadi istri siri dari seorang pria. Menjadi wanita simpanan yang selamanya akan disembunyikan, menjadikan dirinya memang tak layak untuk diperkenalkan di muka umum jika dirinya adalah seorang istri.

Kenapa hidupnya harus seperti ini? Wanita yang mana mau menjadi simpanan? Sekalipun suaminya adalah pria single, tetap saja ia juga ingin diakui. Tapi sayangnya, apa yang ada dalam bayangan Suri tentang pernikahan berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan Giandra.

Lelaki itu hanya membutuhkan tubuhnya, guna menghangatkan ranjang dan penyaluran kebutuhan biologis. Tempat pembuangan spermanya, tanpa harus merasa berdosa karena dilakukannya dalam ikatan pernikahan bukan secara ilegal. 

Terlepas seperti apa status Giandra yang sebenarnya, Suri pun memantapkan hati untuk melayani Giandra selayaknya suami sungguhan, termasuk memanggilnya dengan panggilan sopan. Ia hanya ingin membiasakan diri, walau pada akhirnya akan dibuang jika pria itu sudah bosan terhadap dirinya.

"Apa ada makanan? Aku lapar." Ucapan Giandra membuat Suri yang melamun menoleh cepat. Apa dia nggak makan dari tadi? 

"Aku belum makan dari tadi siang, cuma makan roti. Itu juga yang disediain maskapai."

Suri beranjak dari tempatnya berdiam diri, meyakini jika pria yang masih menggunakan setelan kemejanya tadi pagi benar-benar merasa kelaparan.

Setelah menghangatkan makanan sisa tadi, dan menyiapkannya di atas meja. Suri kembali ke ruang tamu dan mendapati Giandra tengah tertidur dengan lengan yang menutupi mata dan sebagian wajahnya.

Tak tega membangunkan, Suri kembali ke kamarnya dan mengambil selimut. Menaruhnya di samping Giandra, Suri berlutut dan membuka sepatu suaminya pelan-pelan. Setelahnya ia melonggarkan ikatan ikat pinggang Giandra, dan membentangkan selimut dan menutupi tubuh kekar tersebut.

Suri memberanikan diri menyentuh puncak kepala Giandra dan mengelusnya pelan, tak tahu harus berkata apa kemudian memilih pergi meninggalkan Giandra.

🍂🍂🍂🍂🍂

Fix part geje ini. Sori for typo

Semoga aja kalian suka.

Makasih yg udah mau baca.

Dean akhmad
31/12/2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro