Hanya Masa Lalu
Sebelum baca ke isi cerita, aku mau cerita dulu progress dari program defisit kalori yg aku jalani. Start 5 Maret 2022 sampai hari ini 11 Mei 2022, aku udah turun 11 kg. Alhamdulillah enjoy bgt dan gak berasa diet karena semua terasa seperti life style, udah jadi habit. Dulu sempat mikir apa ikut program diet berbayar ya atau beli korset2 pelangsing? Tapi akhirnya aku putuskan buat nyoba diet mandiri. Alhamdulillah kalau kita berusaha konsisten, pasti ada hasil.
Buat yg pingin liat menu2ku selama defisit kalori apa aja, bisa follow igku yg khusus untuk foods, akunnya gegeraha07, kalau ingin follow ig khusus karya tulisan bisa follow archaeopteryx21. Sebenarnya aku pingin rutin update semua judul, cuma karena aku udah masuk kul n ini semester akhir, banyak tugas, jadi aku harus bagi2 waktu. Padahal udah banyak ide yg bercokol. Pelan2 aja, yg penting aku usahain buat lanjut semua cerita ongoing.
Happy reading
Ghea menimbang nasi merah lalu mencatatnya di aplikasi yang dapat merekam catatan kalori harian. Ia ambil 100 gram nasi merah. Saat Ghea memasukkan nama makanan dan porsinya, keluar angka sebesar 110 kalori di aplikasi. Ia memilih nasi merah karena jumlah kalorinya lebih sedikit dibanding nasi putih yang memiliki kalori 129 kalori per 100 gram. Namun, sewaktu-waktu ia tetap makan nasi putih. Ia hanya perlu menyesuaikan dengan jumlah kalori yang ia konsumsi.
Awalnya, Ghea sedikit bingung dan tak tahu harus memulai dari mana. Namun, Samudera banyak membantunya dan perlahan Ghea memahami lebih banyak tentang pola makan sehat yang tengah ia jalani. Bayangan akan menu diet yang hambar dan membosankan pun lenyap. Ia tetap bisa makan menu yang bervariasi dengan gizi seimbang dan rasa yang enak.
Ghea selesai menyiapkan makan malamnya. Derap langkah Samudera menghampirinya dengan dua kantong belanja menggantung di genggamannya. Ekor mata Ghea melirik ke kantong belanja yang membuatnya penasaran.
"Apa itu, Mas?"
"Tadi aku mampir supermarket beli buah, beras porang atau nama bekennya shirataki, sama bahan-bahan makanan buat support diet kamu. Barang kali kamu kangen ngopi, pingin makan roti dioles selai, aku beliin kopi sama selai rendah kalori."
Samudera meletakkan kantong belanjaan itu di atas meja. Ghea tercengang menatap semua benda yang berjajar. Samudera begitu detail memerhatikan hal-hal yang dibutuhkan Ghea. Ia terharu karena Samudera begitu perhatian.
"Wah, makasih banyak, Mas. Kamu baik banget. "Ghea tersenyum sumringah. Ia menatap satu per satu makanan itu dengan binar mata yang memancarkan kebahagiaan.
Samudera bersedekap dengan satu senyum yang menambah kesan tampan. "Cuma makasih?" Satu alisnya terangkat.
Ghea balik menatap Samudera yang menatapnya lekat. Entah kenapa meski bukan pertama kali ini Ghea ditatap sedemikian intens oleh Samudera, dia tetap saja deg-degan.
Samudera mendekat ke arah istrinya. Ia memeluk pinggang Ghea dari belakang dan ini membuat Ghea semakin salah tingkah. Susah payah Ghea mencoba menetralkan debaran yang tiba-tiba melesak, tapi Samudera tetap dapat merasakannya. Ia seolah terhanyut pada irama detak jantung Ghea yang mendadak berpacu lebih cepat. Ia menyukai sikap Ghea yang tiba-tiba mematung, diam seribu bahasa. Samudera tahu, istrinya baru pertama kali ini disentuh laki-laki dan berinteraksi sedekat ini. Satu hal yang membuat Samudera merasa beruntung memiliki Ghea.
Ghea tertegun sekian detik. Matanya melirik telapak tangan Samudera yang mendarat di pinggangnya. Hembusan napas Samudera terasa dekat sekali, menyapu daun telinganya. Jantungnya seakan lepas. Ghea sadar benar, dirinya telah benar-benar jatuh pada pesona Samudera.
"Kamu nggak ingin ngasih aku sesuatu yang lebih dari makasih?"
Bisikan Samudera membuat telinga Ghea meremang. Tak hanya itu, ada yang bergetar hebat di dadanya bahkan seluruh bagian tubuhnya seakan tersengat aliran cinta yang membuatnya mati kutu. Sesaat Ghea bertanya, inikah rasanya menikah? Seperti jatuh cinta setiap hari dan berdebar-debar ketika Sang Suami mendekat padanya. Apa ini makna dari hubungan cinta yang sebenarnya? Yang terikat pernikahan sah dengan segenap rasa yang direstui semesta. Bukan seperti relationship yang dulu ia jalani bersama Devan. Hubungan yang berarah pada toxic karena Devan menuntutnya untuk memenuhi kriteria idamannya. Hubungan yang diwarnai percekcokan dan Ghea menyalahartikan perasaannya. Dulu Ghea berpikir ketika Devan memutuskan hubungan, semua tak akan lagi sama dan ia akan berlarut dengan kesedihan karena tak lagi bersama laki-laki yang dicintai sejak SMA. Dulu ia beranggapan jika tak akan ada yang lebih baik dari Devan. Semua tentang laki-laki itu. Parfum yang ia pakai adalah kesukaan Devan. Film yang ia tonton adalah film yang disukai Devan. Lagu favoritnya juga lagu kesukaan Devan. Di diary-nya bahkan di benaknya, tertulis nama Devan. Kini, sosok Devan telah pergi dan diganti dengan seseorang yang jauh lebih baik, yang terbaik di matanya. Samudera Biru, laki-laki itu penuh kejutan. Di awal memberikan kesan menyebalkan dan kaku. Namun, semakin Ghea mengenalnya, laki-laki itu terlihat semakin memesona dengan segala kebaikannya. Ghea jatuh cinta, jatuh cinta yang jauh lebih hebat dari semua rasa cinta yang dulu pernah ia rasakan pada Devan.
Ghea memberanikan diri untuk menoleh ke arah Samudera. Matanya mengerjap, mengamati ekspresi wajah suami yang tampak begitu manis seakan menunggunya bicara. Menatap wajah tampan Samudera terkadang membuatnya sedikit kikuk.
"Mas mau apa? Sesuatu yang lebih dari makasih itu apa?" Ghea tak ingin berspekulasi meski ia bisa menebak ke arah mana pembicaraan suaminya. Tak mungkin ia menebak secara gamblang jika yang diinginkan Samudera tentu saja segala yang berkutat dengan urusan ranjang. Berpura-pura polos dirasa paling aman bagi Ghea.
"Tebak, dong!" Samudera masih memeluk Ghea dan ia ingin sedikit mengulur waktu meski bibir ranum itu menggodanya untuk segera mendaratkan kecupan di sana.
"Kok main tebak-tebakan? Bilang aja langsung Mas mau apa?" Ghea tertawa kecil sementara Samudera semakin gemas dengan sikap Ghea yang masih malu-malu.
"Masa nggak bisa nebak? Aku ingin terus mengulang malam panas bareng kamu." Samudera bicara di dekat telinga Ghea lalu menelusuri sepanjang pipi Ghea dengan sentuhan ujung bibirnya.
Ghea tak bisa berkata-kata. Bukankah ia juga menginginkannya? Ia bahkan lupa dengan makanannya. Ghea mengalungkan tangannya pada leher Samudera.
"Aku juga ingin terus bareng kamu, Mas." Ghea menatap Samudera lembut.
Samudera tersenyum. Ia mengecup pipi Ghea lalu beralih memagut bibir istrinya lembut.
"Nggak makan dulu?" Samudera melirik menu makan Ghea. Ia takut Ghea sudah merasa lapar. Ia masih bisa menunggu.
Ghea menggeleng pelan. "Nanti saja."
Samudera menggandeng Ghea dengan senyum yang tak lepas. Keduanya melangkah menuju tangga dan masuk ke kamar tanpa rasa malu lagi. Dunia serasa milik berdua dan kamar itu lagi-lagi menjadi saksi atas dua insan yang tengah dimabuk asmara.
******
Pagi ini Ghea merasa begitu bahagia. Ada seorang pembeli yang memesan dagangannya dengan nominal cukup banyak. Pembeli itu minta COD. Produk-produk yang ia beli adalah produk skincare yang harganya cukup mahal.
Ghea menyiapkan dagangan yang akan ia bawa, sementara Samudera bersiap diri untuk berangkat ke kampus.
"Kamu mau COD? Banyak pesanan, ya?" Samudera mengamati produk-produk yang sudah dikemas oleh Ghea. Satu kelebihan Ghea yang mungkin tidak disadari oleh orang-orang di sekitarnya, dia ulet dan mau capek bolak-balik buat COD, rajin promo-promo dagangannya.
"Iya, Mas. Alhamdulillah ada yang pesen banyak. Yang dipesan juga produk skincare yang cukup mahal."
"Alhamdulillah, mau berangkat bareng?" Samudera menawarkan diri. Selama ini istrinya sering kali mengendarai motor untuk bertemu dengan pelanggan, kali ini ia ingin mengantar Ghea sampai tujuan.
"Aku berangkat sendiri aja. Nanti kalau ikut Mas Sam, aku pulangnya mesti naik kendaraan umum. Mas 'kan hari ini ngajar, nggak mungkin juga nanti jemput aku. Aku juga cuma bentar di mall." Ghea menyunggingkan satu senyum yang begitu manis.
"Okay, deh." Samudera duduk di sebelah istrinya dan menatap lebih tajam. Ia genggam tangan Ghea erat.
"Aku minta maaf ya soalnya belum sempat ngajak kamu ke mana-mana. Pengantin baru, tapi di rumah terus. Kita belum sempat liburan."
Ghea dapat memahaminya karena Samudera juga belum bisa mengambil cuti dan ia tak bisa sesukanya libur. Ada tanggung jawab pekerjaan yang harus ia jalankan.
"Nggak apa-apa, Mas. Kalau mau jalan-jalan tipis, weekend kita bisa jalan ke mana gitu. Nggak harus liburan ke tempat jauh."
Samudera mengusap pipi Ghea masih dengan senyum yang masih merekah.
"Baik, weekend nanti kita jalan-jalan. Mungkin makan malam atau ke bioskop."
Ghea mengangguk senang. Ia merasa begitu diayomi dan disayang luar biasa oleh suaminya. Samudera tak pernah sungkan untuk sekadar mengusap rambutnya, mengelus pipinya, memeluknya, menciumnya, di kesempatan apa pun laki-laki itu tak sungkan menunjukkan perhatiannya. Sebagai anak yang merasa kurang dekat dengan orang tuanya, jarang curhat pada orang tua, jarang punya teman dekat, memiliki suami seperti Samudera adalah anugerah yang luar biasa untuk Ghea. Ia merasa memiliki bahu untuk bersandar dan menumpahkan segala yang ia rasa. Dan laki-laki itu tak pernah menghakiminya dengan beragam prasangka serta asumsi negatif seperti yang sering dilontarkan orang lain terhadapnya.
******
Ghea duduk di salah satu pojok di food court. Ia menunggu kedatangan pembeli produk dagangannya. Seingat Ghea, pembeli ini baru pertama kali membeli produknya. Sebelumnya ia sudah mengirim pesan pada pembeli tersebut bahwa ia sudah tiba di mall, tengah menunggu di food court dan menyebutkan ciri-ciri pakaian yang ia kenakan, terutama warnanya.
Ghea tersentak kala salah seorang menyapanya.
"Ini owner Ghea Beauty, 'kan?" Seorang wanita tersenyum hangat. Wajahnya cantik dan pakaian yang ia kenakan juga begitu modis serta cocok dikenakan olehnya yang bertubuh langsing semampai.
Ghea mengangguk. "Iya, saya Ghea Beauty. Anda Kak Shara, 'kan?"
Wanita itu mengangguk. "Iya, saya Shara."
Ghea tersenyum sumringah. "Silakan duduk, Kak. Ini pesanannya."
Shara menarik mundur kursi lalu duduk. Ia mulai memeriksa barang pesanannya. Sesekali ia mengamati Ghea yang duduk tenang dengan wajah yang berbinar. Ia mencari-cari, apa yang sebenarnya membuat Samudera tertarik padanya? Memang, baginya Samudera adalah masa lalu. Namun, ia cukup penasaran untuk mengenal sosok istri mantan kekasihnya.
Tak sulit baginya untuk mengetahui aktivitas Ghea. Ia lihat akun Ghea dari akun Samudera. Akun Ghea tidak diset privat dan ia menuliskan link akun online shop miliknya. Dari sinilah, Shara memutuskan untuk membeli produk dari online shop Ghea. Kebetulan produk yang ia pakai ada di online shop milik Ghea.
Satu hal yang sangat disesali Shara adalah meninggalkan laki-laki sebaik Samudera. Sosok laki-laki yang ia pilih untuk menggantikan Samudera ternyata tidak sebaik yang ia kira. Rumah tangganya bermasalah. Suaminya berselingkuh. Sungguh ia menyesal. Dulu sewaktu masih berpacaran dengan Samudera, laki-laki itu tak pernah mengkhianatinya.
"Lengkap semua, tapi ini ada sheet mask, padahal saya nggak pesan." Shara mengambil dua bungkus sheet mask dan menunjukkan pada Ghea.
"Itu untuk bonus, Kak. Soalnya Kakak udah pesan banyak." Ghea memang terbiasa memberikan bonus untuk pelanggannya.
"Wah, makasih banyak, ya. Bakal jadi langganan, nih. Harga produknya juga lebih murah dibanding olshop lain." Shara tersenyum cerah, "pembayarannya bisa via transfer, nggak?"
Ghea mengangguk. "Bisa Kak." Ghea memberi tahu nomor rekeningnya.
Shara segera mentransfer dan Ghea pun langsung mengecek. Transaksi selesai, tapi agaknya Shara belum ingin menyudahi pertemuannya dengan Ghea.
"Oya, kamu suka makan seafood, nggak? Kalau suka kamu bisa mampir ke resto seafood saya. Belum lama buka dan masih ada harga promo." Shara tersenyum tanpa menunjukkan gelagat bahwa sebenarnya ia tahu siapa Ghea dan ia mengenal Samudera.
Lagi-lagi Ghea tersenyum lebar. Ia senang bertemu dengan pelanggan yang ramah seperti Shara. "Boleh, Kak. Kebetulan weekend aku pingin jalan sama suami. Nanti kami mampir ke resto Kakak."
Shara tersenyum sekaligus sedikit gugup membayangkan Samudera akan menyambangi restoran miliknya. Sebenarnya ia hanya ingin mengenal Ghea, bukan bertemu dengan Samudera. Ia hanya penasaran akan sosok yang dipilih Samudera untuk menjadi istrinya.
"Saya tunggu, ya. Nama restonya Dunia Seafood di jalan Semangka, bisa dicari di google map. Nanti saya siapkan menu yang spesial."
"Makasih banyak, Kak, udah membeli produk saya. Jangan kapok untuk order lagi, ya. Insya Allah weekend nanti saya mampir ke resto Kakak," balas Ghea.
Shara mengangguk. "Sama-sama, senang bertemu denganmu. Saya pamit dulu, ya."
Ghea mengangguk. "Hati-hati di jalan, Kak."
Setelah Shara berlalu, Ghea duduk sejenak dan memesan salad buah. Iseng ia update status di whatsapp.
Alhamdulillah habis COD. Yuk, yang ingin beli produk di Ghea Beauty, silakan pilih-pilih. Ada diskon dan bonus sheet mask.
Ghea terkejut ketika Devan mengirim balasan untuk statusnya.
Masih jualan? Udah jadi nyonya dosen masih jualan juga? Apa suamimu nggak mencukupi?
Membaca rentetan kata-kata yang diketik Devan membuat emosi Ghea naik seketika.
Memangnya salah tetap berjualan meski suami sudah mencukupi? Toh, aku jualan udah lama. Sayang kalau dihentiin, pelanggan olshopku udah banyak. Alhamdulillah suamiku juga nggak melarang.
Satu balasan datang dari Devan.
Iya lah nggak dilarang, orang dapat cuan. Kalau aku nanti menikah, istriku nggak bakal aku suruh cari duit. Aku yang bakal cukupi semua kebutuhannya.
Ghea semakin meradang. Entah kenapa Devan menjadi begitu menyebalkan.
Suamiku juga mencukupi semua kebutuhanku. Hanya dia tahu kalau passionku memang di jualan. Dia tahu dagang membuatku bahagia, makanya dia nggak nglarang. Dia nggak pernah nanya berapa yang aku dapat, apalagi minta. Dia bukan tipe suami yang ngandelin istri buat cari duit.
Devan belum ingin kalah. Ia membalas lagi.
Syukurlah kalau gitu. Uang yang kamu dapat bisa kamu pakai buat ngurusin badan. Cowok itu makhluk visual. Mereka lebih suka lihat cewek yang badannya ideal.
Ghea ingin membalas lagi, tapi ia urungkan. Rasanya ia hanya akan menurunkan kelasnya jika meladeni kata-kata pedas Devan. Namun, Ghea masih ingin membalas dengan pernyataan yang tak kalah pedas.
Kamu nggak bahagia? Soalnya masih aja julid dan body shaming. Suamiku menerimaku apa adanya.
Tak ada balasan dari Devan. Untuk sesaat, Ghea merasa menang. Ia bersyukur lepas dari Devan dan mendapatkan pengganti yang jauh lebih bijak dan mampu berpikir dewasa. Bagi Ghea masa lalu adalah masa lalu. Masa lalu yang pahit tak perlu diungkit. Yang terpenting baginya adalah masa sekarang dan masa depannya bersama Samudera.
******
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro