Sebelum baca, pingin absen aja, di antara kalian yg sedang program diet atau baru wacana menurunkan bb siapa aja ya? Kenapa ingin menurunkan bb? Apa karena kesehatan, ingin lebih ramping, sering dibully atau disindir, atau biar baju2 lama pada muat?
Jangan lupa vote n comment ya buat penyemangat. Kalau kita udah update, tapi pada males vote n sepi komen, jujur itu menurunkan semangat dan jadi males buat lanjut lagi atau mungkin nyoba dipindahkan ke pf lain. Jadi cerita ini lanjut atau gak tergantung respons kalian juga ya. Sepakat ya? Oya, satu lagi, cerita ini konsepnya lebih ke slice of life, jadi kayak cerita sehari2 dan ringan, jangan berekspekstasi lebih akan ada konflik wow atau gmn hihi.
Happy reading ....
Ghea duduk berselonjor setelah selesai mengepak barang pesanan pelanggan. Kurir ekspedisi langganan juga sudah mengambil barang-barang siap kirim itu. Ghea mengawali usaha jualan online-nya sejak kuliah. Awal berjualan dia hanya punya sedikit pelanggan, lama-lama usahanya semakin berkembang dan sudah memiliki banyak pelanggan. Ia tak hanya menjual di market place, tapi juga pemasaran melalui media sosial lainnya bahkan ia kerap melakukan COD jika pembelinya berdomisili di dalam kota.
Ghea tersenyum menatap etalase berisi dagangan yang ia tempatkan di ruang tengah. Dulu salah satu impiannya adalah menyewa ruko untuk berjualan offline juga, tapi setelah memperhitungkan semua benefit termasuk risiko kerugian, Ghea memutuskan untuk berjualan online saja karena bisa menghemat biaya sewa. Sewa ruko terlalu mahal bagi Ghea, lebih-lebih jika tempatnya strategis dan di pusat kota. Ia juga tak mau merepotkan Samudera. Sebagai pasangan baru menikah, keuangan mereka belum benar-benar stabil. Ghea memahami gaji suaminya yang harus dialokasikan ke banyak pos. Ghea pun tak berani meminta lebih dan ia bersyukur Samudera bertanggung jawab menafkahinya. Baginya, memandang beberapa etalase berisi barang dagangannya itu sudah cukup untuk saat ini. Samudera tengah merencanakan untuk membuat satu ruangan khusus sebagai tempat untuk menyimpan barang dagangan.
Tiba-tiba Ghea ingin makan martabak. Ghea melirik jarum jam. Sudah malam, di jam segini ia terbiasa berhenti makan. Namun entah kenapa setiap kali PMS, dia seperti ngidam makan makanan manis dan berkalori tinggi.
Samudera yang baru saja selesai mengoreksi skripsi memperhatikan Ghea yang terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Ada apa, Sayang? Melamunin apa?"
"Mas, aku kok tiba-tiba pengin martabak ya. Biasa PMS, suka ngidam makanan manis-manis."
"Apa mau go food? Atau kita motoran muter-muter sambil nyari penjual martabak. Biasanya ada yang suka mangkal depan minimarket dan enak rasanya."
Rasanya tawaran dari Sang Suami begitu sayang jika ditolak. Namun, Ghea takut jika makan martabak karena kalori yang cukup tinggi, banyak kandungan gulanya, dan tentu ini akan menghambat progres dietnya.
"Tapi martabak kalorinya tinggi banget, Mas. Nanti aku makin lama mencapai goal. Cuma aku pengin banget, gimana ya, Mas?"
"Ya kalau emang pengin, ya udah nggak apa-apa. Sesekali makan martabak nggak masalah. Toh, kamu udah lama nggak makan martabak."
"Beneran nggak apa-apa, Mas? Kalau nanti berat badanku naik lagi gimana? Jatah kaloriku sudah habis. Nanti aku jadi surplus kalori."
"Sesekali nggak apa-apa. Makan banyak sehari nggak akan langsung bikin gemuk. Buat nambah satu kilo, paling tidak harus makan 7700 kalori, dan ini kan banyak banget. Kalaupun besoknya berat naik, biasanya yang naik ini massa air. Kalau besoknya back on track lagi, berat badan akan kembali lagi ke semula. Yang penting jangan setiap hari makan berlebih."
Ghea sedikit tenang meski masih ada keraguan. Menahan godaan makanan enak dan berkalori tinggi itu tidak mudah. Terkadang Ghea berhasil menahannya, terkadang ia menyerah. Kali ini ia ingin sekali makan martabak.
"Ya, udah kita cari martabak naik motor. Siapa tahu mood jadi lebih baik setelah makan martabak." Ghea tersenyum lepas.
"Okay, mood dan mental health juga perlu diperhatikan. Jangan sampai diet yang kamu jalani justru bikin kamu stres atau malah terlalu takut makan, merasa bersalah jika makan berlebih. Jangan sampai mengarah ke eating disorder. Enjoy saja, Ghea." Samudera tersenyum dan mengacak rambut istrinya.
Malam itu kedua insan itu berboncengan sembari melihat-lihat pemandangan di kanan kiri jalan. Sederhana, tapi bagi Ghea begitu berkesan apalagi malam ini begitu cerah dan bertaburan bintang. Ghea memeluk pinggang Samudera erat. Sesekali jemari Samudera mengusap tangan Ghea yang melingkar di perutnya. Dunia serasa milik berdua.
Mereka berhenti di salah satu kedai baru yang menjual aneka menu cemilan berat seperti martabak, sandwich, roti bakar, burger, pisang goreng, dan pizza. Banyaknya motor dan mobil di area parkir membuat Ghea dan Samudera penasaran. Mereka berpikir jika menunya pastilah enak-enak karena banyak didatangi pengunjung.
Ghea dan Samudera memilih duduk di sudut kanan dekat jendela kaca agar bisa memandang panorama di luar. Saat Ghea mengedarkan pandangan ke meja samping, ia terkejut melihat Daren dan pacarnya baru saja datang dan duduk di meja sebelahnya. Kenapa semesta selalu mempertemukannya kembali dengan Devan. Sejak putus, laki-laki itu semakin julid dan sering mencari masalah dengannya. Segala yang ia unggah di media sosial atau story whatsapp-nya tak luput dari kejulidan Devan. Ya, meski itu juga jadi pelecut bagi Ghea untuk membuktikan jika usahanya akan berhasil dan orang-orang yang dulu kerap body shaming akan terbungkam.
"Lho, Ghea?" Devan mengernyit. Sementara Samudera pun menoleh ke arah Devan. Ia bersikap biasa saja, tapi ia bisa merasakan jika Ghea kurang nyaman bertemu dengan mantan kekasihnya itu.
Ghea memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. Ia juga menoleh ke arah Shakila, pacar Devan dan tersenyum mengangguk. Pacar Devan ini juga tersenyum. Kali ini senyum Shakila sedikit tertahan karena ia baru tahu jika cewek yang dulu tak sengaja bertemu di butik itu adalah mantan kekasih Devan.
"Katanya lagi diet, kok ke sini? Di sini makanannya manis-manis dan kalorinya tinggi, lho," celetuk Devan.
"Ya lagi diet bukan berarti nggak boleh makan martabak dan makanan lain yang berkalori tinggi dan manis. Sesekali nggak apa-apa, kok. Aku mah diet santai dan nggak terlalu ketat," balas Ghea. Ia sudah menduga jika cowok satu itu pasti akan berkomentar tentang dietnya.
"Nanti sia-sia dong dietnya. Kalau beratnya nambah lagi, gimana? Nuruninnya aja udah setengah mati dan masih harus nurunin berapa kilo lagi," cetus Devan lagi.
Ghea hendak menjawab, tapi Samudera segera membantu Ghea untuk menjawab.
"Tidak ada yang sia-sia. Makan makanan kurang bernutrisi sehari saja tidak akan merusak pola makan sehat yang sudah dijalani sejauh ini. Besok back on track lagi, itu tidak masalah. Sama halnya makan sehat sehari nggak akan bikin berat badan langsung turun, begitu juga makan kurang sehat sehari, nggak akan langsung bikin gemuk. Yang penting itu ya proses, waktu, kesabaran, konsisten, dan kesehatan mental juga perlu diperhatikan. Jadi diet jangan dibikin menyiksa." Samudera menjelaskan begitu lengkap.
Devan speechless. Ia hanya mengangguk dan tak bicara lagi.
Shakila tak banyak bicara. Ia menyadari jika Devan mungkin belum sepenuhnya move on dari Ghea, terlihat benar dari cara Devan yang kerap membandingkannya dengan Ghea. Ketika mereka makan berdua dan dirinya makan sedikit, Devan membandingkannya dengan Ghea, katanya Ghea makannya banyak, tidak gengsi, dan tidak susah mengajak makan di mana saja karena segala makanan dia doyan. Devan mengeluhkan dirinya yang pilih-pilih makanan. Devan juga kerap membandingkan pekerjaannya dan pekerjaan Ghea. Ketika sedang tidak ada project, Shakila memilih bersantai di rumah atau jalan-jalan. Ada kalanya ia sepi tawaran. Shakila menekuni dunia model dan MC, tapi dia lebih banyak menjadi MC di berbagai acara. Devan membandingkannya dengan Ghea yang selalu tekun berjualan online dan hanya libur di hari Minggu saja. Shakila tidak suka dibandingkan dan terkadang ingin menyudahi hubungan mereka, tapi ia masih mencintai Devan dan belum siap kehilangan Devan.
Ghea dan Samudera memesan satu porsi martabak coklat-keju, kopi, air mineral, dan kentang goreng. Sedangkan Devan dan Shakila memesan martabak, boba tea, dan pisang goreng.
Sesekali Devan mencuri pandang ke arah Ghea yang terlihat begitu berseri dan tampak jelas aura bahagia terpancar dari wajahnya. Ia melihat sosok Samudera yang juga begitu mengayomi Ghea. Ia tak segan mengelap sudut bibir Ghea yang terkena coklat.
Devan memperhatikan Ghea lebih lekat. Badannya memang sudah terlihat lebih ramping dan wajahnya juga semakin terawat dan cantik. Mungkin jika ibunya melihat Ghea yang sekarang tidak akan ada kata-kata yang menyebut badan Ghea seperti gajah bengkak. Ah, tapi ia sadar jika Ghea sudah menikah. Ia tak bisa mengharapkan Ghea lagi. Devan menatap Shakila yang tampak tenang. Gadis itu menyantap menunya tanpa berbicara sepatah kata pun. Shakila memang baik, tapi bagi Devan, ia belum bisa sebaik Ghea dalam memahaminya. Shakila terlalu pendiam dan kurang perhatian, tidak seperti Ghea yang sering kali cerewet, tapi sebenarnya penuh perhatian.
Devan cemburu melihat keromantisan Ghea dan Samudera. Ghea seakan tak peduli dengan keberadaannya. Wanita itu hanya fokus pada menu di hadapannya dan juga pada suaminya.
******
Esok hari, Ghea sedikit takut mengambil timbangan. Ia terbiasa menimbang badan saat bangun tidur dalam keadaan perut kosong, setelah BAB dan BAK. Ia takut berat badannya bertambah lagi setelah semalam makan martabak dan kentang goreng.
Ghea meletakkan timbangan di atas lantai yang datar. Ghea menaikkan kakinya di atas timbangan. Benar saja, ia shocked melihat angka timbangan yang melonjak 1,5 kg.
"Kok bisa naik banyak banget, ya. Kemarin 71, sekarang 72,5." Ghea menggerutu kesal. Ia pun menyesal karena kemarin makan martabak dan kentang goreng terlalu banyak.
Ghea duduk bersungut-sungut. Samudera yang sedang mengancing bajunya menatap Ghea dengan pandangan bertanya.
"Kenapa kamu, Sayang?"
"Gara-gara makan martabak dan kentang goreng, berat badanku jadi naik 1,5 kilo. Kok bisa banyak banget, sih."
"Berat badan kita memang berfluktuasi. Tapi tenang, bisa aja itu adalah retensi air. Apalagi kamu bilang lagi PMS, 'kan? Sebentar lagi haid. Biasanya kalau PMS atau haid, berat badan memang sering kali naik karena retensi air."
Ghea beruntung, suaminya ini tahu banyak hal. Ia belajar banyak hal baru dari Sang Suami.
"Kok bisa ya, Mas?"
"Ya karena hormon progesteron mengalami penurunan, akibatnya setiap sel tubuh menyimpan tambahan air. Jadi wajar aja kalau berat kamu naik. Berat tambahan air ini bisa sampai lima kilogram lho. Nanti kalau kamu selesai haid, berat akan kembali seperti semula. Yang penting kamu tetap makan sehat, olahraga."
Ghea manggut-manggut tanda mengerti. "Makasih, Mas. Aku jadi tambah wawasan."
"Udah nggak panik lagi,'kan?" Samudera menyeringai.
Ghea menggeleng pelan. "Udah agak tenangan. "
"Mau masak apa hari ini?" tanya Samudera lagi.
"Apa ya, Mas? Aku bingung mau masak apa."
"Masak bareng, yuk. Gimana kalau masak capcay aja?"
Ghea tersenyum senang. "Boleh, Mas."
Suasana dapur selalu ceria tatkala keduanya menghasilkan waktu masak bersama. Ghea bersyukur memiliki suami yang sangat memahami dirinya dan rajin membantu pekerjaan rumah tangga. Ia juga belajar banyak dari Samudera tentang bagaimana menyikapi setiap masalah yang datang. Bahkan suaminya juga yang menjadi support system terbaik yang selalu siaga mendukung program diet yang sedang ia jalani. Rasanya Ghea tak menginginkan apa-apa lagi selain tetap bahagia dan penuh rasa syukur dalam menjalani hari bersama Sang Suami.
******
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro