White Knight and Devil's Maid
Tap, tap, tap, suara langkah kaki cepat menyusuri koridor sembari membawa sekeranjang pakaian kotor, pelayan itu tidak membawa pakaian kotor langsung ke tempat laundri, dia masih terus berkeliling istana, masuk ke kamar orang-orang penting istana untuk dia ambil pakaian kotornya.
Setelah 10 kamar dia datangi, keranjang kayu yang dia bawa kini segunung kain kotor, dia membawanya dengan lihai dan semua kain itu berhasil masuk ke ruang laundri.
"Ya! Terima kasih Sena!" ucap seorang gadis berambut biru penuh semangat.
"Ini sudah menjadi tugasku, ada yang harus kubawa kemari lagi?"
"Tidak usah Sena, mungkin kamu bisa antarkan roti untuk para penjaga gerbang kerajaan," saran Suzuna pada Sena.
"Baiklah, aku akan mengantarkannya, aku pamit pergi untuk melanjutkan tugas." Sena menundukkan tubuhnya sedikit lalu berlari keluar ruangan laundri.
Suzuna meloncat kegirangan bak cheerleader dan menyemangati Sena.
Sena berjalan menyusuri lorong sembari menyapa satu persatu orang yang dia temui, sapaan berjalan lancar sampai ketika suara sang raja menggelegar mengisi lorong yang sedang dia lewati, tanpa segan-segan Sena dipanggil "Cebol sialan" oleh raja itu. Panggilan itu langsung membuat Sena bergidik ngeri ketakutan, suara yang menggelegar itu bagaikan takdir mengerikan baginya. Glek, Sena menegak ludah, lalu tubuhnya berputar balik dengan kaku, ekspresi wajahnya yang imutnya berubah pucat pasi.
"Oi, cebol sialan lu ga denger gua manggil?" tanya sang raja berwajah menyeramkan, rambut pirang seperti landak, ditangannya menggenggam senapan api, giginya tajam seperti hiu. Raja ini dikenal dengan kebengisannya, tukang gertak dan juga mengancam orang-orang tetapi dia sangat dicintai rakyatnya.
Raja ini bernama Hiruma Youichi, memiliki istri bernama Anezaki Mamori.
Kita persempit lagi masalah sang raja yang kejam ini dicintai oleh rakyat. Rakyatnya ini aslinya lebih mencintai sang ratu, dimana-mana manusia bertampang malaikatlah yang dipuja bukan manusia bertampang setan.
"De ... denger kok Yang Muli--AH!" Sena menjerit seraya bokongnya ditendang oleh raja itu, Sena pun roboh, jatuh ke lantai, setitik air mata keluar dari mata kanannya. "Urrgghh ... Yang Mulia Hiruma memang menyeramkan," tangisnya lirih.
"Cebol sialan, lu mau kemana? Bikinin makan siang buat gua sama bini gua."
Sena pun bangkit, lalu menghadap Hiruma sembari sedikit membungkuk. "Anu ... Yang Mulia saya mau nganterin makanan buat penjaga gerbang kerajaan."
"HAA? Nganterin makanan?" Hiruma menodongkan senapannya pada Sena. "MEREKA ITU BUKAN ANAK KECIL LAGI CEBOL SIALAN! JANGAN MEMANJAKAN MEREKA!"
Raja pirang ini menembaki lantai secara membabi buta, Sena seperti bisa mencoba untuk menghindari tembakan peluru, dan ketika tembakan itu berhenti sang raja mendekati Sena, seringai khas menyeramkan sang raja muncul, seringai itu seperti tahu niat terselubung Sena padahal Sena tidak memilikinya.
"Hoo ... atau kamu ingin bertemu dengan penjaga bernama Shin itu? Kekekeke."
"Heee? E ... ENGGA KOK YANG MULIA! Aku ... beneran hanya ingin ... memberikan cemilan saja ... sebagai tanda terima kasih sudah menjaga kerajaan dari orang asing."
Seringai di wajah sang raja tidak hilang setelah mendengar penjelasan pelayan imutnya ini, apalagi suaranya kecil seperti yang sedang ketakutan, siapa yang tidak takut dengan raja yang hobi membawa senapan kemana-mana?
"Benarkah? Kukira kalian mempunyai hubungan lebih."
Kedua tangan Sena seketika bergerak ke kiri dan kanan cepat. "TIDAK TIDAK TIDAK ITU TIDAK MUNGKIN!" jeritnya panik dalam satu tarikan napas.
"Yasudah kalau begitu, sana bawakan roti yang masih bagus dari gudang makanan ke mereka." Sebagai ucapan perpisahan bokong pelayan imut ini mendapatkan hadiah tendangan lagi dan sang raja pun melengos pergi, mulai menembaki pelayan atau penjaga yang leha-leha.
"Adududuh ... sakit banget," rintih Sena sembari mengelus bokongnya, pantas saja bagian sebelah sini tepos, terlalu sering kena tendang rajanya.
Sena pun beranjak ke gudang penyimpanan suplai makanan sedikit terbungkuk, efek tendangan itu merubah posturnya menjadi seorang nenek-nenek. Di depan gudang dia bertemu dengan Monta dan Yukimitsu, teman baik Sena sejak pelatihan masuk sekolah yang berdedikasi untuk menghasilkan pelayan yang sangat setia membabu dibawah naungan sang raja.
"Yo Sena ada apa kesini?" tanya temannya yang mirip monyet dan sedang memegang pisang yang setengahnya sudah habis.
"Mau minta beberapa roti untuk para penjaga gerbang istana."
"Kemauanmu itu di-acc Hiruma?" tanya teman satunya lagi yang memiliki dahi kinclong dan super pintar.
Ada beberapa pelayan yang emang tidak punya rasa hormat pada sang raja tapi siap membabu seumur hidup. Yukimitsu salah satunya dan ada lagi yang lebih parah dari Yukimitsu.
"Iya, untungnya ... hahaha ...."
"Yasudah ambil saja di dalam sendiri."
Sena membungkukkan badannya, lalu memasuki gudang, di gudang Sena bukannya langsung ke bagian roti malah keliling dulu bak sedang berada di dalam gedung taman bermain. Kalian mau isi pikirannya? Mari kita curi dengar.
Bahan makannya banyak banget!
Aku jadi kepikiran masakin Shin-san stew!
Tapi aku juga harus mikir menu makan malam Raja dan Ratu! Hiii! Bagaimana ini?! Aku tidak kepikiran apa-apa!
Ah roti--bagaimana ini?! Sepertinya aku akan ditendang lagi ....
Aku harus memilih roti untuk para penjaga gerbang, dan juga untuk ... Shin-san, rona merah muncul di pipi Sena, pelayan imut namun penakut ini menangkup wajahnya lalu badannya berayun ke kiri dan kanan seperti orang kasmaran.
Shin-san ... aku heran kenapa orang sekuat dia hanya menjadi penjaga gerbang kerajaan, bukankah yang kuat biasanya selalu berada di dalam istana?
Tiba-tiba saja kepala Sena menggeleng, lalu memukul kedua pipinya dengan keras. "Aku kesini untuk mengambil roti." Kedua tangan Sena berpindah ke rok, mengangkat sedikit rok tersebut dan mulai melangkahkan kakinya cukup cepat menuju rak yang berada di belakang, rak itu berisi penuh keranjang roti.
Tanpa pikir mau mengambil keranjang yang mana, Sena langsung mengambil secara acak dan lari keluar gudang sembari meringis kesakitan, tadi kakinya menabrak meja, untungnya bukan bagian sepatu yang melindungi jari kelingking melainkan jempol.
Rasa sakitnya tidak terlalu dashyat.
Sekarang Sena seperti orang pincang, kakinya yang masih terasa ngilu dipaksa tetap memijak tanah, tingkahnya itu menarik beberapa perhatian warga saat Sena harus menyusuri bagian market kerajaan.
Bruk! Sena tak sengaja menubruk seseorang memakai baju zirah, tubuh Sena yang hampir jatuh ke tanah ditahan pinggangnya oleh lelaki yang memakai baju zirah tersebut. Jadilah adegan ala di film drama. Keranjang roti masih tergenggam erat oleh Sena.
Kalau keranjang itu jatuh dan roti loncat berceceran, penjaga neraka akan datang padanya.
Sena ketakutan dibagian itu, pokoknya properti milik istana itu harus tetap mulus kalau tidak mau dilabrak dadakan oleh sang raja.
"Anda tidak apa?" tanya si pemuda dengan lembut, namun wajah nampak datar dan ekspresinya sangat serius.
Sena melihat wajah pemuda itu, kedua pipinya langsung merah, tak menyangka akan bertemu dengannya lebih cepat dari perkiraannya.
"Anu ... iya gapapa kok Tuan Shin."
Posisi keduanya masih tetap sama seolah posisi itu posisi ternyaman yang pernah ada.
"Saya ... saya bawakan roti untuk anda dan teman penjaga gerbang lainnya ...," ucap Sena lirih, malu-malu, lirikan matanya berpindah-pindah seiring berbicara.
"Terima kasih."
Mereka berdua sampai diliat banyak orang akibat posisi yang masih sama, bagai mereka sedang syuting di scene yang sama berulang kali.
"Anu ... Shin-san ... banyak orang yang ngeliatin ...."
Shin pun membantu Sena berdiri dengan sempurna namun sayang, kekuatan seorang penjaga gerbang ini cukup kuat dan malah membuat Sena menempel pada baju zirahnya, kedua tangan Sena memeluk karena takut jatuh, kakinya sangat lemah jadi takut jatuh saat bertubrukan lagi dengan logam baja yang sangat keras.
"Maaf ...," ucapnya sembari bergerak mundur selangkah.
"Gapapa kok gapapa." Sena pun memberikan sekeranjang roti ke Shin.
Bertepatan dengan itu sebuah toa di puncak menara istana mengeluarkan suara dengan keras.
"YA-HA! CEBOL SIALAN CEPET BALIK KESINI! BINI GUA LAPAR NIH! SI KAKEK SIALAN KAGAK BECUS MASAKNYA!"
Pengumuman itu bak jam dinding yang berdenting sebagai tanda waktu sudah habis untuk seorang Sena bak cinderella yang harus cepat pulang sebelum sihir ibu peri hilang.
"Shin-san aku pergi dulu!" Sena langsung cabut dari tempat itu dengan cara jalan pincang, ternyata ketika memijak tanah kakinya yang terbengur meja tadi masih sakit. Kali ini Sena loncat-loncat menggunakan satu kaki.
Kasian banget dia, semoga aja sampai istana tidak ditendang oleh sang raja.
"Tunggu, sepatumu ketinggalan."
Pemuda itu mengambil sepatu hitam Sena bak pangeran yang menemukan sepatu kaca.
"Sepatunya bau, besok saja kukembalikan," gumamnya.
Cerita pun selesai diakhiri dengan Sena yang harus masak makan siang untuk raja dan ratu.
.
.
.
Tadinya mau bikin fluff malah komedi ¯\_(ツ)_/¯
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro