Chapter 4
"Aku adalah peri" ujar Mavis tersenyum lebar. Mata Lucy melebar,mulutnya masih menganga,dan tubuhnya bergetar.
"P-"
"Ya?"
"PERII?!!" teriak Lucy. Mavis menutup telinganya.
"Shtt,bisakah kau tidak teriak? Ini sudah malam,kumohon jangan sampai ada yang tahu kalau aku peri"ujar Mavis dengan puppy eyes. Lucy bersweatdrop sambil menunjuk dirinya sendiri. Sebelah alis Mavis terangkat.
"Aku tidak mengerti maksudmu" ucapnya bingung.
"Hadeh~ aku,aku tahu kalau kau itu peri" ujar Lucy. "Kau yang mengatakannya tadi" lanjutnya.
"Iya juga ya... Ash,pokoknya selain kamu tidak ada yang boleh tahu!" bentak Mavis kesal. Lucy terkekeh.
"Bukankan peri hanya khayalan saja? Yah,itu hanya dongeng untuk anak-anak" ujar Lucy sedikit tidak percaya. Mavis menyipitkan matanya.
"Apakah kau percaya?" tanya Mavis memastikan. Lucy mengusap dagunya.
"Hm,sepertinya tidak" ujarnya lalu tersenyum. "Sudah kubilang,itu hanya dongeng untuk anak-anak"
"Dan kau masih tidak percaya jika ada ini dan ini?" tanya Mavis lagi dengan menunjuk tongkat kecilnya lalu sayapnya.
"Apakah kau sedang bercosplay?" tanya Lucy polos. Mavis menepuk jidatnya.
"AKU MEMANG PERI SUNGGUHAN,BAKA!" teriak Mavis yang sudah mendidih. Lucy tertawa keras.
"Ahahahaha,aku hanya bercanda" ujar Lucy sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa berlebihan. Mavis menatapnya datar.
"Jadi,apa keperluanmu di sini,nenek peri?" tanya Lucy. Mavis mengembungkan pipinya.
"Jangan panggil aku nenek!" teriak Mavis kesal.
"Bukannya umurmu 400 tahun ya?" tanya Lucy bingung. Mavis mengangguk.
"Memang benar umurku itu 400 tahun,tetapi umur segitu di dunia peri itu masih muda,bukannya nenek-nenek!" teriak Mavis. Lucy tertawa kaku.
"Oh,benarkah? Maaf,aku tidak tahu" ujarnya tersenyum kikuk. "Jadi aku harus memanggil dengan apa? Ibu peri?" tanya Lucy. Mavis menggeleng. "Jaa,bapak peri kalau gitu" ujarnya lagi.
"Udah-udah,panggil aku kakak saja!" teriak Mavis yang kesabarannya sudah habis.
"Kau ingin ke pesta dansa kan?" tanya Mavis. Lucy menundukkan kepalanya lalu mengangguk. Senyum Mavis sedikit terangkat.
"Aku akan membantumu" ujarnya bersemangat. Lucy langsung memandangnya bingung.
"Dengan apa?"
"Tentu saja dengan sihir" jawab Mavis sambil memainkan tongkatnya. Lalu ia berjalan ke kebun sayur milik Lisanna.
"Hm,apa ya,kau butuh kendaraan kan? Sebentar, apa kau punya sesuatu yang bentuknya seperti mobil?" tanya Mavis. Lucy menggeleng.
"Baiklah,aku akan menggunakan buah atau sayuran saja" ujar Mavis pasrah. "Ini pertama kalinya aku menggunakan sayur dan buah,biasanya sih menggunakan mobil mainan" tambahnya sambil mengecek sayur-sayur yang cocok.
"Hm,bayam? Tidak mungkin. Kol? Uh,tidak. Kangkung? -_-... Kau punya selain ini tidak?" tanya Mavis. Lucy berpikir sebentar.
"Sepertinya aku mempunyai labu-"
"Aha!" potong Mavis sambil mengangkat tongkatnya ke wajah Lucy hingga Lucy sedikit terkejut.
"Pakai itu saja" ujar Mavis dengan senyuman termanisnya. Lucy sedikit memandangnya jijik lalu mengangguk dan segera mengambilkannya.
Sementara itu
"Kyaa,aku tidak sabar untuk bertemu dengannya,Mira-nee!" teriak Lisanna girang di mobil. Mira hanya tersenyum.
"Sabar, kau pasti akan bertemu dengannya" ujar Mira sambil mengelus puncak kepala Lisanna. Cana mengangguk setuju.
"Akan kupastikan dia memilihmu sebagai calon istrinya" ujarnya senang dan percaya diri.
"Maaf,nona-nona,ini sudah sampai sejak 10 menit tadi jadi tolong segera keluar. Aku harus melanjutkan pekerjaanku" ujar sang sopir taxi dengan halus.
Tinn tinn
"HOY,JANGAN BERHENTI DI TENGAH JALAN,KAMI JUGA MAU MASUK!" teriak mobil di belakangnya. Sang sopir tadi membuka kaca mobil.
"Ano,maaf,tunggu sebentar" ujar sang sopir.
"Benarkah? Aku tidak sadar, baiklah putriku,kita keluar" ujar Cana lalu membuka pintu mobil. Mira dan Lisanna juga segera keluar dari mobil. Pak sopir itu menggaruk belakang kepalanya.
"Etto,maaf nona,anda belum membayar" ujar sang sopir. Cana mengambil dompetnya lalu mengeluarkan uang sebesar 1000 jewel. Lalu uang itu ia berikan ke pak sopir.
"Ambil saja kembaliannya" ujarnya sambil mengibaskan rambut. Sang sopir bersweatdrop lalu segera memacu mobilnya.
"Baiklah, ayo kita masuk ke gedungnya" ajak Mira lalu diangguk oleh Lisanna.
"Ya kak"
Di dalam gedung
Natsu mondar-mandir kesana-kemari seperti orang yang sedang mencemaskan sesuatu.
"Hoy salamander,kau itu kenapa? Harusnya kau senang karena sebentar lagi akan bertemu banyak gadis yang mau menjadi calon istrimu,gihee" ujar pemuda berambut gondrong, Gajeel Redfox.
"Dasar kepo,ini urusan pribadiku" jawab Natsu ketus. Gajeel sedikit kesal dengan jawaban Natsu.
"Ck,mukamu mirip pantat ayam saja. Rasanya ingin sekali menamparnya berulang-ulang" ujar Gajeel lalu meninggalkan Natsu. Natsu berdecih lalu melihat ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 08.30 malam.
'Kenapa kau belum datang juga...'batinnya.
Balik ke Lucy
"I-ini labunyaa!" ujar Lucy lalu meletakkan labu yang sangat besar di depan Mavis. Mavis tersenyum lebar.
"Nah,aku akan segera mengeluarkan sihirku. Jangan kaget lagi ya" ujarnya sambil menatap tajam labu yang tidak bersalah itu. Lalu ia mengarahkan tongkat itu ke labu.
"Pim pim pom!" (Author : Up*n Ip*n,kaukah itu?)
Buhh
Tidak terjadi apa-apa. Ya benar,tidak terjadi apa-apa. Lucy menatapnya heran. Mavis pun juga begitu.
"Kau tidak sedang bercanda, kan?" tanya Lucy sweatdrop. Mavis lalu mengambil buku mantranya.
"Aku tidak bercanda! Sebentar, apa aku salah membaca mantranya ya?" ujar Mavis sedikit bingung. Lucy pun mendekati Mavis. Spontan saja Mavis langsung menarik bukunya agar tidak dilihat oleh Lucy.
"Jangan dibaca! Ini rahasia para peri!" teriak Mavis. Lucy hanya mengangguk pasrah.
"Oh iya!" teriak Mavis sambil menutup bukunya dengan keras. Sebelah alis Lucy terangkat.
"Kenapa? Kau butuh baterai baru untuk tongkat mu?" tanya Lucy ngasal lalu tertawa.
"Tepat!"
"He?"
"Aku lupa mengecasnya tadi,aku sungguh pelupa. Aku harus menelpon suamiku" ujar Mavis lalu mengambil smartphonenya. Dalam pikiran Lucy kini penuh dengan pertanyaan.
'He? Tongat ajaib perlu dicas dan tadi dia bilang suami? Satu lagi,di dunia peri ada teknologi juga ya?'batin Lucy.
Tutt
"Halo,sayang" ujar Mavis dengan 'suami'nya. Lucy sedikit merasa risih saat Mavis mengatakan sayang ke suaminya dengan nada manis yang dibuat-buat.
"Ya,ada apa,Mavis?"
"Ne,bisakah kau ke sini? Tolong bawakan tongkatku yang satunya dong,yang ini lupa kucas" ujar Mavis.
"Tentu saja aku akan segera ke sana,alamatnya di mana?" Mavis langsung menengok ke Lucy sambil berbisik.
"Hei,ini alamatnya di mana?" tanyanya.
"Kota Fiore,Jalan Fairy Law,rumah no. 3" jawab Lucy. Mavis mengangguk.
"Pokoknya di Kota Fiore,Jalan Fairy Law,no.3" ujar Mavis.
"Okay,tunggu sekitar 5 menit ya"
Tutt tutt
"Nah, kita tunggu saja" ujar Mavis lalu duduk di bawah.
5 menit 30 detik kemudian
Ada seorang pemuda berambut hitam yang sedang mengendarai sebuah sapu ajaib dengan cepat layaknya sedang menaiki seekor kuda. Dia tersenyum lebar saat melihat Mavis yang duduk bersebelahan dengan Lucy.
Zeref : Thor,kenapa lo buat gue jadi kayak orang aneh begitu?!
Author : *bayangin Zeref naik sapu ajaib* HAHAHAHA*disihir Zeref*
(Sedikit info : Zeref itu penyihir dan Mavis itu peri :v)
"Mavis!" teriaknya memanggil Mavis. Mavis langsung menengok ke atas.
"Ah itu dia,Zeref! Aku di sini!" teriak Mavis sambil melambaikan tangannya. Pemuda bernama Zeref tadi langsung turun ke bawah. Dia sangat bersemangat sampai-sampai nyungsep di tong sampah akibat terlalu cepat mengendarai sapunya.
"Zeref! Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Mavis panik.
'Jadi ini akibatnya kalau balapan liar di langit -_-'batin Lucy.
Zeref mengeluarkan tongkat kecil yang ia simpan di sakunya (muat ya?). "Ini tongkatnya" ujarnya tersenyum hangat. Mavis tersentuh lalu segera memeluknya.
"Huaa,Zeref, arigatou"
'Aku merasa seperti melihat sinetron secara live'batin Lucy sweatdrop.
Skip time
"Baiklah, aku sudah siap sekarang" ujar Mavis bersemangat. Ia lalu mengarahkan tongkatnya ke labu. Labu itu bergetar,lalu keluar cahaya di sekelilingnya. Setelah itu meledak sampai membuat mata Lucy dan Mavis hampir keluar.
Labu itu berubah menjadi sebuah kereta kuda dengan warna emas yang berkilauan. Bentuk kereta kudanya juga sangat indah.
"Okay,keretanya sudah. Kau butuh kuda untuk menariknya" ujar Mavis lalu mengarahkan tongkatnya ke tikus-tikus. Seketika tikus-tikus tadi berubah menjadi kuda putih yang cantik. Lucy terperangah.
"Kau juga butuh kusir dan pelayan" lalu Mavis mengubah seekor kadal menjadi pelayan Lucy dan seekor ayam menjadi kusir kereta kuda.
"Kendaraan sudah,ayo cepat nanti keburu pestanya selesai" ujar Mavis lalu menyuruh Lucy untuk segera masuk ke kereta kuda.
"Tunggu dulu,kak" ucap Lucy.
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Mavis. Lucy memandang gaunnya yang sudah robek sana-sini.
"Aku tidak bisa memakai ini ke sana" ujar Lucy. Mavis menepuk jidatnya.
"Ya ampun,aku lupa lagi"ujar Mavis. "Aku akan menggantinya" lanjutnya.
"Etto,bisakah kau memperbaikinya saja karena gaun ini adalah gaun peninggalan ibuku" ucap Lucy. Mavis menatap Lucy sedih.
"Aku hanya memperindahnya saja" ujar Mavis tersenyum hangat lalu mengarahkan tongkatnya ke gaun Lucy. Muncul cahaya gemerlapan di sekeliling tubuh Lucy. Gaun yang robek tadi berubah menjadi gaun yang indah. Warna gaun tadi berwarna pink dan berkilauan. Rambutnya yang berantakan tadi berubah menjadi rapi dan ada hiasan seperti bandana di kepalanya. Lucy tersenyum bahagia.
Sedikit illustrasi :v yah,gaunnya tidak lebih seperti ini
Gomen jika tidak begitu mirip,bagaimana? Lucy cantik tidak? :v
"I-ini,sungguh indah!" seru Lucy gembira sambil berputar-putar dan membuat gaun yang ia kenakan mengembang dengan indah. Mavis tersenyum.
"Sudah sudah,sana cepat" ujar Mavis sambil mendorong Lucy masuk ke kereta kuda, tetapi saat Lucy hendak menaikinya,Mavis melihat sepatu Lucy yang lusuh dan kotor.
"Tunggu,kau memakai itu? Tidak ada yang lain? Yang lebih bagus dan berkilaulan gitu?" tanya Mavis. Lucy menggeleng dan tersenyum.
"Tidak apa,mereka tidak akan mengetahuinya dan mungkin mereka juga tidak peduli" ucap Lucy.
"Tidak bisa!" bentak Mavis. "Aku akan menggantinya dan ini juga sebagai hadiah dariku" ujar Mavis lalu mengarahkan tongkatnya ke bawah dan muncul sepasang sepatu kaca yang indah.
"Nah,cepat pakai!" perintah Mavis. Lucy mengangguk dan segera memakainya.
"Oh iya,bagaimana jika saudari tiriku dan ibu tiriku mengetahuiku?" tanya Lucy cemas.
"Akan kupastikan mereka tidak akan mengetahui dirimu" ucap Mavis lalu mengarahkan tongkatnya ke Lucy. "Sa,pergilah,pesta dansa sudah menunggumu" ujar Mavis. Lucy segera memasuki kereta kuda.
Saat hendak pergi,Mavis teringat sesuatu. Ia berlari menghampiri kereta kuda untuk mengatakan sesuatu kepada Lucy.
"Lucy, kau harus tahu jika sihir tidak akan bertahan lama. Sihirku hanya bisa bertahan sampai pukul 12 malam jadi semua akan kembali menjadi normal setelah itu. Kau harus kembali sebelum pukul 12,ya?" jelas Mavis. Lucy tersenyum manis.
"Ya,sampai pukul 12 malam itu sudah lebih dari cukup" ujarnya. "Terima kasih untuk semuanya" tambahnya. Kereta kuda itu melaju ke gedung pesta dengan cepat.
"Nikmati pesta dansanya!"seru Mavis sambil melambaikan tangannya.
••••
Sebuah kereta kuda memasuki gerbang gedung pesta. Semua penjaga di sana terheran-heran ssat melihat kereta kuda itu. 'Siapa pemilik kereta kuda itu? Bukannya zaman modern sudah jarang ada yang memakai kereta kuda?'begitu pikir mereka.
Kereta kuda itu berhenti tepat di pintu masuk gedung. Seorang pelayan yang tadinya seekor kadal segera membukakan pintu untuk Lucy. Semua penjaga tadi terperangah saat melihat Lucy, wajar saja karena Lucy terlihat begitu cantik dan anggun.
Lucy sedikit grogi saat memasuki aula pesta. Ia menarik napas lalu ia hembuskan perlahan. Ia mencoba untuk berani dan lebih percaya diri. Akhirnya, Lucy memasuki aula pesta dengan hati-hati.
Semua tamu menatapnya dan itu membuatnya semakin gugup. Semua orang tengah berbisik tentangnya. Ia merasa seperti menjadi tamu special. Tamu special yang datangnya terlambat.
"Mira-nee, dia siapa?" tanya Lisanna.
"Aku tidak tahu,tapi dia sangat cantik" jawab Mira tanpa menatap Lisanna. Jawaban kakaknya sedikit membuatnya kesal dan jengkel.
"Aku belum pernah melihat gadis itu. Dia sangat cantik,ya kan,Erza?" tanya seorang gadis berambut biru dengan bandana orange. Erza mengangguk setuju.
"Oy Flamehead,kau kenapa?" tanya Gray bingung dengan tingkah Natsu. Natsu sedaritadi hanya terdiam saat Lucy memasuki aula pesta. Semburat merah tipis sudah terlihat di pipinya. Ia sangat terpesona oleh kecantikan Lucy.
Illustrasi lagi :v
Natsu berjalan dengan sedikit perasaan gugup. Ia menelan ludahnya sendiri. Setelah sampai di belakang Lucy, ia menepuk bahu gadis itu.
"Akhirnya kau datang juga" ujar Natsu dengan cengiran khasnya. Lucy menoleh ke arahnya lalu keluar semburat merah tipis di kedua pipinya.
"Ya" ujar Lucy tersenyum manis. Natsu mengulurkan tangannya ke Lucy.
"Shall we dance?" tanya Natsu lembut. Lucy mengangguk dan segera menerima tangan Natsu.
Suara alunan musik terdengar,Natsu dan Lucy berdansa di tengah-tengah aula pesta dengan lihai. Senyuman Erza sedikit terangkat. Lalu ia mengajak kekasihnya,Jellal Fernandes, untuk berdansa bersamanya. Gajeel berjalan mendekati Levy.
"Hei udang,kau mau berdansa tidak?" tanya Gajeel dingin. Levy mengembungkan pipinya.
"Mou,bisakah kau menanyakan itu dengan sedikit romantis?" tanya Levy kesal.
"Tch,sudahlah yang penting dansa saja" ujar Gajeel malas. Lalu mereka juga ikut berdansa bersama. Semua tamu tersenyum lalu juga ikut serta dengan ketiga pasangan tadi.
TBC
Author baper sendiri waktu ngetik ini😍 bagaimana? Bagus tidak? Hehe gomen kalau kurang puas dengan ceritanya.
Zeref : AUTHOR, GUE MASIH BELUM IKHLAS DAPET PERAN PENYIHIR ANEH KAYAK GITU!
Author : Ada yang marah nih. Sudahlah, peranmu juga lumayan bagus kok *sambil membaca ulang naskah*
Zeref : GUE KUTUK LO,THOR!
Author : Waa! Minna,gomen,aku harus melarikan diri. Sampai jumpa di chapter selanjutnya, byebye!*lari secepat super dede*
Zeref : THOORR!!
Mavis : Minna,jangan lupa beri vote dan comment ya~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro