Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48. The Truth

Vote dan komen ya jangan lupa ❤

Happy reading~

Sejak insiden terbonngkarnya surat itu, Candy merasa tiba-tiba dia melakoni sebuah drama. Gosip miring dan komentar buruk yang ditinggalkan di laman media sosialnya sudah menjadi konsumsi harian yang memuakkan.

Centil!

Tidak tahu diri!

Nggak punya kaca.

Dari komentar yang menyerang fisik, orang sekitar, hingga ancaman kematian didapatkannya sehingga terpaksa ia menutup akun. Juga, berusaha menutup telinga demi kesehatan mentalnya. Walaupun, sisi baiknya, Candy punya sahabat terbaik di dunia, yang selalu membela dan melindunginya. Deera, Selin, Alexa, Poppy, dan ... teman barunya, Veloxa. Sang kakak kelas tersebut mengiriminya pesan penyemangat tepat di hari isu itu tersebar, dan terus menyemangatinya hingga kini.

"Ada permen gatel lewat!"

Seseorang berceletuk ketika Candy lewat. Suaranya keras, seperti dimaksudkan untuk didengar oleh Candy dan semua orang. Dan sementara yang lain tertawa menanggapi, Candy mempercepat langkah.

Sayangnya, upaya untuk kabur seperti yang biasa ia lakukan pun tidak mempan. Karena tanpa Candy sadari, seseorang telah mengadang kakinya, mengakibatkannya tersandung dan jatuh terjerembab. Terdengar kikikan pelan dari orang sekitar.

Lalu, langkah-langkah kaki dengan cepat mendekat, dan orang-orang itu membantu Candy bangkit. Ia segera menyadari, Selin dan Poppy memeluknya sementara Alexa dan Deera berdiri di depannya seperti tameng.

"Mulut lo pernah robek, nggak? Mau nyoba?!" Ancam Alexa, tubuhnya yang tinggi dan wajahnya yang judes cukup untuk menciutkan orang-orang di sana.

"Iya, nih! Kalo Lexa udah gulung lengan baju, mampus lo semua!" Deera mengompori. "Lagian kalian ketinggalan update banget, deh! Udah basi, tahu!"

Kerumunan itu mengernyit, dan seseorang di antaranya punya nyali untuk balas bertanya.

"Maksudnya?"

"Belum pada cek website sekolah kan lo?! Ngakunya pada up to date! Cek deh, sana biar nggak ketinggalan gosip!"

Sebagian orang mengeluarkan ponsel, yang lain berpandangan ragu. Tetapi Alexa, menatap mereka dengan mantap. Ia mengulungkan lengan seragamnya.

"Gue hitung sampai tiga. Kalau dalam hitungan ketiga kalian masih di sini, gue nggak bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Satu ..."

Namun hitungan itu berhenti di satu, karena semua orang segera bubar secepat kilat, hanya menyisakan Candy dan teman-temannya. Candy yang terharu, setelah ketegangan itu, mulai menangis di bahu Selin.

"Huaaaa kaliaaannn!!!" Ucapannya sedikit teredam, oleh bahu Selin dan tangisannya sendiri. "Gue pikir gue sendirian... gue pikir kalian juga benci gue..."

"Ya nggak mungkin lah!" Deera seketika melompat untuk memeluk tiga sahabatnya yang sedang berpelukan itu, sementara Alexa berdiri canggung di sisi, yang kemudian juga ditarik Deera untuk bergabung.

"Kita semua sayang sama lo, Can. Nggak mungkin kita membenci lo. Kita akan selalu dukung lo, kok."

"Makasih ... semuanya," Candy terisak.

"Eh, tapi ada yang lebih penting sekarang!"

Pelukan teletubbies itu dengan cepat bubar dan Deera mengeluarkan ponsel.

"Candy! Lo udah liat belum?!"

Candy mengusut airmatanya dan mengernyit. "Liat apa?"

"Lo nggak cek grup atau web sekolah?" Selin ikut bertanya.

"Ponsel gue dicharge tadi, belum sempat gue liat."

Deera berdecak. Ia tampak sibuk mencari sesuatu di ponsel itu sebelum dengan cepat, memberikannya pada Candy. "Liat, deh! Web sekolah lagi heboh!"

Meski sedikit kebingungan, Candy menerimanya. Matanya segera berpindah dari keempat sahabatnya tersebut, kepada apa yang terpampang di layar ponsel Deera. Logo atasnya jelas menunjukkan itu adalah web sekolah, yang biasanya berisi pengumuman-pengumuman penting, event, bahkan hingga forum antar siswa yang ingin membagikan atau menanyakan sesuatu.

Tetapi judul artikel di forum kali ini berbeda dari biasanya.

Muka Asli Veloxa Si Malaikat, tertulis sebagai judul. Ditulis oleh pengguna anonymous alias tanpa identitas.

Kalian tahu Veloxa? Wakil ketua OSIS kita yang cantik dan baik hati? Kalian menyebut dia Malaikat Sekolah. Tapi maaf, hari ini, gue merasa perlu membongkar wajah aslinya.

Dia nggak lebih dari seorang tukang bully. Dia dan teman-temannya. Tapi jelas, dia melakukannya diam-diam, karena nggak mau image malaikatnya tercoreng. Bukti? Gue punya.

Terselip di web itu foto-foto buram kamera CCTV dan kamera ponsel. Menunjukkan sosok yang mirip Veloxa berdiri dengan teman-temannya mengelilingi seorang anak perempuan. Di salah satu foto, bahkan terlihat jelas ia tengah menjambak anak itu.

Kalian harus hati-hati. Karena bukan Cuma ngebully, dia juga punya sifat narsistik dan obsesif. Nggak percaya?

Kemudian, juga diupload sebuah tangkapan layar percakapan What'sApp. Nomor telah disensor.

Lo yang kirim surat ke Pandawa?

Lo dapat nomor gue dari mana?

Nggak penting. Yang penting adalah, lo jauh-jauh dari The Effect!

Kenapa?

Karena lo harusnya ngaca! Cewek rendahan kayak lo mana pantes. Apalagi Navy, ya. Lo berdiri satu meter deket dia, mampus lo!

???

Navy adalah milik gue. Cuma gue yang pantas buat dia. Dan siapapun yang deketin, akan gue buat hancur!

Candy tidak membaca sisanya. Karena serta-merta, semua puzzle yang berantakan tiba-tiba menyatu di kepalanya. Insiden toilet itu. Pesan berisi ancaman yang terdengar familiar itu. Ia dekat dengan Veloxa, cukup dekat hingga mungkin gadis itu dapat menebak apa yang dialaminya. Juga... untuk apa, gadis itu mendekatinya? Jika bukan untuk menjaga musuhnya tetap dekat?

"Jadi ... Kak Velo, yang ngunciin lo?" Selin bergumam di sampingnya, seolah mengonfirmasi isi pikiran Candy. "Sorry Can. Waktu itu gue dipanggil Kak Velo, suruh bantu di kelas jadi gue duluan. Tapi gue tungguin, lo dan kak Velo nggak muncul-muncul lagi. Gue pikir kalian pulang duluan atau apa."

Insiden itu... Candy menceritakan beberapa hari setelahnya. Namun saat itu, baik Selin maupun Candy tidak mencurigai Veloxa sama sekali. Mereka pikir itu ketidaksengajaan. Nyatanya...

Semuanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Apa lagi Candy. Terutama Candy. Dan satu, yang berada di puncak pikirannya saat ini.

Yang menyebarkan surat itu bukan Navy.

***

Gudang belakang sekolah biasanya sepi. Hari ini tidak. Karena segerombolan murid perempuan kelas sebelas berkumpul di sana. Mereka otomatis membelah ketika seorang cewek berambut pajang bergelombang sepunggung menyeret seorang cewek lainnya di rambut. Ia menjambaknya kuat, tidak memberi pilihan lain selain berjalan mengikuti cewek itu hingga tersudut dan menabrak pintu gudang.

Lagi, Veloxa menjambaknya, memaksa cewek yang jatuh bersimpuh itu untuk mendongak menatapnya.

"LO YANG NULIS ARTIKEL NGACO ITU DI WEB SEKOLAH?!"

Dia punya lebam baru di pelipis, entah karena pukulan, atau ketika menabrak pintu gudang. Rambut panjang lurusnya terurai berantakan di wajah dan sudut bibirnya pecah. Meski begitu, cewek itu menyeringai. "Ngaco? Gue cuma nulis fakta."

Seringai itu, juga nada menantang itu semakin mendidihkan darah Veloxa. Ia sudah cukup menahan kesabaran sejak artikel itu keluar dan anak-anak mulai menatapnya dengan aneh. Sekarang ia tidak bisa menahan diri lagi. Kesabarannya sudah habis.

"Anak miskin kayak lo berani banget, hah?!" bentaknya, cengkeraman tangannya semakin kuat. "Bosan sekolah lo? Mau DO? Atau mau hidup lo lebih menderita lagi? Gue bisa wujudkan itu semua!"

Cewek itu menatapnya datar. Seolah ia tidak gentar sama seklai dengan ancaman itu. Ia mengangkat satu tangan, mencengkeram pergelangan Veloxa dalam upaya menyingkirkan tangan sang wakil ketua OSIS dari kepalanya. "Coba aja. Gue udah sangat menderita dari kecil. Jadi ini bukan apa-apa, maaf."

Lalu, ia tersenyum.

Dan senyum itu membuat Veloxa semakin gusar. "Nantangin, ha?!"

Veloxa mengangkat tangannya. Ia harus menampar cewek ini. Ia harus memberi cewek tidak tahu diri ini pelajaran. Ia harus memberinya kesakitan hingga dia bertekuk lutut pada seorang Veloxa. Ia harus!

Sayangnya, sebelum tamparan sempurna mendarat di pipi cewek itu, tangan Veloxa telah ditahan oleh orang lain. Bukan cewek itu. Tapi Navy.

"Cukup, Ve," bisiknya tajam. Setejam tatapan yang cowok itu hujamkan sekarang.

"Nav!"

Veloxa menarik tangannya, berusaha melepaskan diri. Namun tanpa hasil. Navy terlalu kuat untuknya.

"Gue ngebiarin lo selama ini," kata cowok itu lagi. "Gue pikir... image lo sekarang adalah segala yang lo punya. Lo nggak punya temen. Selain mereka yang lo jadikan anak buah. Lo nggak dapet perhatian dari ortu lo."

"Apaan sih, Nav!" Ia masih berusaha membebaskan diri. Tidak, ia tidak ingin Navy melihatnya dalam keadaan berantakan seperti ini.

"Dan karena gue merasa bersalah ninggalin lo begitu aja. Karena nggak bisa balas perasaan lo. Dan ... dan karena gue pikir lo bisa berubah. Tapi kali ini lo kelewatan, Ve."

"Berubah apa?! Gue nggak perlu berubah!" Veloxa berteriak. "Gue cantik, kaya, pinter! Apa yang kurang?! Kenapa lo nggak bisa sayangsama gue?!"

"Ve..."

"LO TUH CUMA MILIK GUE!"

Navy terdiam. Tatapannya berubah menjadi sayu, seolah mengasihani diri, mengasihani Veloxa. Ia melepaskan tangan cewek itu, sebelum berkata dengan pelan.

"Tahu, nggak, kenapa kita putus? Selama ini, gue tahu kalau selama ini lo nggak pernah sayang sama gue? Lo cuma anggap gue barang."

***

[Masa Orientasi Sekolah. Tahun Lalu]

"Nav! Gue bawain minum! Buat yang lain juga!"

Semua orang seketika bersorak. Hari ini panas, mereka sudah latihan keras hingga berkeringat. Dan mereka juga gugup karena akan segera tampil di depan ratusan murid baru. Penampilan mereka tidak boleh buruk. Dan minuman segar yang dikemas dalam wadah penuh es batu adalah surga.

Semua orang berebut minum. Navy mengambil satu dan duduk, sementara Veloxa segera mengisi tempat di sisinya. Tangannya secara otomatis mengalung di lengan Navy. "Nanti malam nonton, yuk!"

Navy menghentikan diri dari menenggak minuman istoniknya. Ia berbalik untuk menatap teman-temannya, yang semuanya melempar tatap kasihan. Ah, itu tidak membantu. Jadi dia menguatkan diri untuk tersenyum dan mencoba menjawab dengan santai.

"Err... sori, ada latihan."

Veloxa manyun. "Bohong! Gue udah meriksa jadwal lo dan malam ini kosong."

"Lo meriksa jadwal gue?" Navy mengernyitkan dahi.

Dengan bangga, Veloxa tersenyum. "Gue juga tahu semua kontak lo dan isi pesan lo," katanya, memamerkan layar ponselnya yang menampilkan perpesanan serupa dengan yang Navy miliki.

"Lo nyadap gue?"

Veloxa mengendikkan bahu. "Jadi lo nggak bisa macem-macem."

"Ve!"

Rasanya seperti terkungkung. Navy menyapukan tangan ke wajah. Ia butuh udara segar. "Lo bisa keluar sekarang? Gue dan temen-temen mau siap-siap tampil."

Sesaat, Veloxa menatapnya tidak percaya. "Lo lebih milih temen-temen lo daripada gue?"

God! Navy memalingkan wajah, menghela napas sabar sebelum menghadapi Veloxa lagi. Kali ini, ia menatapnya tajam. "Lo nggak berpikir ini kelewatan?"

Dan dia tidak tahan lagi. Navy memilih pergi dari tempat itu. Menghirup udara segar, udara kebebasan. Ia tidak tahu apa-apa tenntang cinta, seperti lagu-lagu yang sering dia bawakan, seperti lagu-lagu yang ditulis Pandawa, yang juga coba ditulis olehnya. Ia tidak mengerti tentang mereka. Jadi, ketika Veloxa datang, dengan keras kepala mengejarnya, ia pikir, akan memberikan cewek itu kesempatan. Ia pikir, ini bisa membuatnya mengerti tentang makna lagu-lagu romantis itu.

Tapi semua yang ia rasakan adalah penjara.

Di depannya, semua orang berkerumun menghadap panggung pentas. Penampil sebelum The Effect telah selesai dan MC mulai memanggil band mereka untuk tampil. Navy mempercepat langkah. Sekilas, ia melihat teman-temannya menyusul di belakang.

Ia tidak melihat cewek itu sebelumnya. Pikirannya terlalu berkecamuk untuk memperhatikan hal lain. Tapi tiba-tiba saja, cewek itu terjatuh di depannya. Secara refleks, Navy mengulurkan tangan untuk menangkapnya, dan berhasil. Cewek itu jatuh dalam pelukannya.

Hal aneh yang terjadi detik itu juga adalah ... Navy tiba-tiba merasakan jantungnya berdebat kencang.

Cewek itu hanya menunduk, Navy tidak dapat melihat wajahnya. Namun, dia dapat membaui rambutnya yang beraroma stroberi dan betapa halus rambut itu saat menyentuh kulitnya. Aroma yang ia simpan baik-baik di memori.

Teman-temannya datang dan cewek itu melepaskan diri. Ia lalu mengangkat wajah. Saat itu Navy sadar ... ia telah jatuh cinta.

Cewek itu memiliki nametag di seragamnya. Candy Shea Arella.

Hal itu pulalah yang membuatnya membulatkan tekad. Turun dari panggung, Veloxa merentangkan tangan, menunggu di peluk, tetapi Navy hanya berdiri diam di tempat.

"Gue rasa ... kita harus putus."

***
Kaget gak sih???

Wkwk jadi drama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro