Episode 000
Episode 000: Vampire, Werewolf and Human.
Danurdara Yunita Santoso, siapa coba yang tidak mengenal wanita itu. Anak bungsu keluarga Santoso yang selalu menjadi headline di berita berita. Detektif muda ini banyak di kenal oleh khalayak ramai bukan hanya karena wajahnya yang ayu, namun juga karena kelihaian nya dalam memecahkan kasus kasus.
TAPIIII
Yunita ini dikenal sebagai orang yang jarang bicara dan sangat tertutup! Bahkan sahabat sahabat Yunita terkadang menyerah saat berbicara dengan nya. Namun, siapa yang akan menyangka bahwa kasus yang baru baru ini ditangani oleh Yunita malah membawa dirinya kepada seseorang yang membuat dirinya jadi talkative.
Kalau ditanya, sebenarnya Yunita tak percaya dengan keberadaan Vampire dan Werewolf, baginya, itu hanyalah dongeng untuk anak anak.
Andai saja Yunita tau bahwa orang yang ia temui di club tadi malam ialah seorang Vampire, pemimpinya para Vampire pula. Jika ia tau mungkin ia akan pingsan di tempat.
Daripada kalian bingung kenapa bisa ada Vampire di dunia ini, ayo kita kenalan dulu sama para Manusia, Vampire dan Werewolf.
Kita mulai dari Danurdara Yunita Santoso alias Danur atau Dara, atau biasa lebih sering dipanggil Yunita. Cuma Ayah sama Bunda nya aja yang boleh panggil dia Danur atau Danurdara, bisa dibilang panggilan sayang dari kedua orangtuanya.
Yunita dikenal irit bicara, ia talkative kalau ia merasa nyaman di sisi orang itu, terutama saat ia sedang bersama Ayah, Bunda dan Adiknya.
Seperti namanya, Danurdara; kaya ilmu, Danur adalah seorang wanita yang amat cerdas. Kenapa tidak dibilang cerdas coba? Ia bisa menyelesaikan kasus yang cukup rumit hanya dalam jangka waktu dua minggu.
Dua Minggu itu singkat loh! Terlebih lagi, para detektif senior saja tidak bisa memecahkan kasus itu.
Itulah alasan mengapa Santoso muda ini dikenal banyak orang, bukan hanya karena kejelitaan nya. Tak bisa dipungkiri kalau Yunita itu selain pintar ia juga cantik, apalagi bentuk tubuhnya yang juga termasuk ideal.
Ingat bukan kalau di awal tadi Yunita bertemu dengan seseorang yang ternyata ialah seorang Vampire? Nahh, sekarang ayo kita kenalan dengan Vampire tersebut.
Kavindra Lamont, pemimpin kekaisaran Vampire yang disegani para Vampire lain. Jelas disegani, hanya dengan tatapan tajam nya, lawan lawannya bisa kehabisan tenaga mereka dalam seketika.
Tak bisa dipungkiri bahwa Kavindra atau Kavin atau bisa juga dipanggil Vindra itu memiliki tampang yang rupawan.
Tak sedikit dari kaum Vampire yang juga terpikat pada Raja mereka. Siapa coba yang tak terpikat kalau Raja mereka memiliki pesona yang begitu memikat, tinggi iya, pintar pasti, kuat apa lagi.
Sebagai seorang Pemimpin Kekaisaran Vampire, beberapa kali Kavindra mengunjungi bumi, melihat manusia yang darahnya menjadi sumber energi bagi mereka para Vampire.
Masyarakat bumi lebih mengenal dirinya sebagai Adiwangsa Kalandra, seorang CEO dari Adiwangsa Group. Tentu, tidak ada satupun manusia yang mengetahui identitas nya sebagai seorang Vampire.
Sebagai seorang Raja, tak mungkin kan kalau ia tak punya bawahan?
Yavendra Ciello, Yavendra atau biasanya dipanggil Andra oleh Kavin ialah anak dari salah satu tetuah di Kekaisaran Vampire, membuat dirinya menjadi teman Kavin semenjak keduanya masih balita.
Andra ialah orang kepercayaan Kavin, ia seringkali mengutusnya untuk menjalankan tugas di bumi dengan nama Adiwangsa Yavendra, sebagai adik angkat dari Kalandra.
Yavendra selalu menjadi tempat Kavin untuk bercerita, melepaskan seluruh keluh kesahnya. Sebagai seorang Vampire, Yavendra bisa melihat masa depan, maka dari itu ia selalu menjadi orang kepercayaan dari Kavin dan selalu setia ada di sisi tuan nya.
Selain Vampire dan Manusia, ada juga Werewolf atau para Manusia Serigala yang selama ini diketahui tinggal jauh di dalam hutan.
Cendric Conary, ialah penerus tahta Kekaisaran Werewolf. Meski ia terlihat seperti seseorang yang lembut, ia bukanlah Werewolf yang akan melepaskan lawannya begitu saja.
Cendric atau biasa nya dipanggil Edric selalu muncul di hadapan manusia sebagai seorang barista di sebuah cafe dengan nama Gardapatih Chandara.
Edric sendiri tidak terlalu suka berurusan dengan para Vampire yang selama ini menjadi musuh mereka. Ia hanya akan menyerang mereka jika para Vampire lebih dulu mengganggu mereka para Werewolf, sebab Edric tahu bahwa perseteruan keduanya tak akan berakhir karena memang sudah ditakdirkan bahwa kedua kubu ini akan saling berseteru.
Tentunya sebagai seorang calon pemimpin Kekaisaran Werewolf, Edric memiliki seseorang yang ia jadikan sebagai tangan kanannya.
Winazel Caiden, atau lebih dikenal sebagai Win atau Aiden, bisa juga dipanggil Nazel.
Winazel memiliki keahlian spesial yang jarang dimiliki kaum Werewolf yang biasanya bertarung dengan tangan kosong, mengandalkan kekuatan fisik mereka. Winazel sendiri lebih sering bertarung dengan pedang.
Bukan nya bagaimana, Winazel sendiri tidak terlalu pandai dalam bertarung dengan tangan kosong, jadi ia lebih sering mengandalkan senjata seperti pedang maupun crossbow.
Selain pintar bertarung dengan menggunakan senjata, Winazel seringkali dipercaya sebagai penyusun strategi dalam perperangan, secara ia memiliki IQ yang melebihi rata rata, bahkan Raja dari Kekaisaran Werewolf maupun Vampire mengakui hal itu.
Terakhir ada Chandramaya Sandikamira Batara, anak tunggal keluarga Batara. Coba siapa yang belum kenal wanita satu ini angkat tangan, biar kenalan dulu.
Chandramaya Sandikamira Batara atau biasa kerap disapa Maya atau Mira itu adalah sahabat dari Yunita.
Aduh, selain Yunita yang cantik, ternyata temannya juga cantik. Sama hal nya dengan Yunita, Mira memiliki kecerdasan yang tak dapat diremehkan. Memang ya, orang cantik dan pintar, pasti temannya juga cantik dan pintar.
Mira sih percaya kalau Vampire dan Werewolf itu ada, karena ga ada hal yang mustahil di dunia ini.
──────────
A/N;
HAHAHA, aku balik dengan cerita baru. Gimana gimana? Ada peningkatan ga di pengetikannya?
Asli, udah dari lama pengen bikin cerita dengan prompt ini, tapi ga pernah kesampaian.
Seperti biasanya, di cerita aku selalu G!P for top atau dominant. Jadi yang ga suka langsung skip aja deh, ga cocok buat kalian.
TERUSSSS
Ini cerita FIKSI, jadi tolong banget jangan di kaitkan dengan kehidupan nyata mereka.
Tolong banget vote nya, soalnya ini kepalaku mau pecah rasanya buat semua ini.
Udah itu aja sih, selamat menikmati ceritanya~
CHOICHES
──────────
Seperti pagi biasanya, Yunita akan menikmati segelas kopi sambil membaca beberapa informasi yang diberikan asistennya soal kasus terbaru yang akan ia tangani.
Kali ini bukanlah kasus biasa, soalnya, korban dari pembunuhan kali ini terdapat bekas gigitan di lehernya, seperti bekas gigitan pada film film Vampire yang biasa kita tonton.
Yunita terkekeh geli melihat komentar orang orang di sosial media yang berspekulasi bahwa itu benar benar perbuatan Vampire, "Manusia akhir akhir ini aneh banget ya? Mana ada Vampire di dunia ini, hadahhh."
Wanita bernama lengkap Danurdara Yunita Santoso itu meletakkan kembali gelas yang ia pakai tadi beserta tablet nya keatas meja. Ia meninggalkan ruangan kerja nya dan bersiap untuk berangkat ke kantornya.
Setelah itu, Santoso muda itu meninggalkan kediamannya dengan menggunakan mobil yang ia beli dengan penghasilannya sendiri, cukup membanggakan bagi dirinya. Terlebih, rumah yang kini menjadi kediaman nya juga ia beli dengan penghasilannya sendiri.
"Halo? Iya, kenapa Mir?" Yunita menjawab telepon dari Mira begitu ia sampai tepat di parkiran kantor nya.
"Ini ada informasi baru soal kasus pak Winarto, mau gue anterin ke meja lo atau send ke email?" Yunita dapat dengan jelas mendengar suara Mira di seberang sana lewat ponselnya.
"Antar aja ke meja gue aja, gue udah sampai di kantor." Yang di sebrang sana hanya ber-'oh' ria, panggilan kemudian diputuskan oleh Mira yang hendak mengantar berkas soal kasus yang kini tengah keduanya tangani.
CHOICHES
──────────
"Mana berkas nya Mir?"
Yunita yang baru tiba di ruangan nya, mendapati Mira yang tengah berdiri memerhatikan sesuatu.
"Yun, tadi malam ada yang lembur?"
"Hah? Kagak ada, semuanya pada balik, malahan kita berdua yang lembur Mir.." Yunita berjalan menuju meja nya untuk meraih berkas yang ia sedari tadi cari.
"Terus kenapa ada bunga di sofa lo? Tadi malam kan kita berdua yang di sini, ga ada siapa siapa lagi." Mira mengambil buket bunga yang ia maksud.
"Paling ada yang tadi pagi anterin ini." Sahut Yunita yang kini terjun dalam berkas yang ia baca.
"Masa sih? Tadi pagi pas gue datang belum ada yang lain."
Keduanya saling menatap netra satu sama lain, "udahlah Mir, biarin aja, sini dulu."
Mira meletakkan buket bunga itu kembali pada tempatnya lalu berjalan menghampiri Yunita.
"Kenapa? Lo ada nemuin sesuatu?"
"Beberapa jam sebelum tubuh pak Winarto ditemukan tak bernyawa, beliau sempat pergi ke club."
"Coba sini gue lihat," Mira menarik kertas itu dari tangan Yunita, meneliti setiap tulisan di dalam sana.
"Malam ini kita ke sana Mir." ujar Yunita
Tok Tok
"Masuk!"
Pintu ruangan Yunita terbuka, menampakkan wanita lain dengan paras yang juga tampak ayu.
"Kania? Ada apa?" tanya Yunita, ia menghampiri wanita yang ia panggil 'Kania' itu dan mempersilahkan nya untuk duduk di sofa.
"Dari tim forensik, hasil autopsi menyatakan pak Winarto hanya memiliki luka gigitan di lehernya, terlebih lagi, darahnya sama sekali ga ada dan di lokasi juga ga keliatan ada darah."
Ketiganya saling bertatapan, kini Mira ikut mengambil duduk di dekat keduanya.
"Yakin laporan nya ga salah?" Yunita memastikan bahwa laporan dari Kania tidak salah, bisa saja ia salah dengar.
"Lo berdua percaya ga sih sama Vampire?" tanya Kania pada Mira dan Yunita.
"Nggak lah, mana ada yang begitu." jawab Yunita dengan kekehan kecil diakhir.
"Gue sih percaya aja, di dunia ini ga ada yang ga mungkin." Jelas Mira menatap dalam netra Kania.
"Kebanyakan nonton film lo berdua," sarkas Yunita pada Kania dan Mira yang tampaknya percaya dengan keberadaan Vampire.
"Lo lihat deh Yun, ini gigitannya." Kania menyerahkan ponselnya pada Yunita.
Yunita dan Mira dapat melihat dengan jelas gambar yang ada di layar ponsel milik Kania. Benar apa kata Kania, pada leher pak Winarto memang ada bekas gigitan.
"Ini beneran?"
"Lo kira gue bercanda, Yun?" Kania menyimpan ponselnya kedalam saku celananya.
"Gue balik dulu," Kania beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruangan Yunita.
"Mir, malam ini kita ke club yang sempat di datangi sama pak Winarto, ada yang harus kita selidiki." ucap Yunita.
Yunita mengambil duduk di kursinya, berbagai macam pemikiran muncul di kepalanya. Apakah Vampire itu benar adanya? Tapi bukankah semua itu hanyalah cerita karangan?
"Yun,"
"Yunita,"
Mira terus memanggil Yunita yang tampak melamun di tempat nya,
"Yunita!" Pekik Mira yang kesal sebab sedari tadi tak direspon oleh Yunita.
"Eh, hah, apa Mir?"
"Mau pergi jam berapa? Lo dari tadi gue panggil kaga respon, mikirin apaan?" tanya Mira, ia duduk di sofa dan melepaskan fokusnya dari tablet yang ada di tangan mungil nya.
"Vampire itu beneran ada ya Mir?
"Ga tau, tapi ga ada yang mustahil di dunia ini Yun," Yunita menghela nafasnya mendengar respon dari Mira.
"Malam ini jam delapan, habis dari kantor langsung ke sana." Mira memberi respon dengan anggukan.
CHOICHES
──────────
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro