23. (十一)
Lapangan bola ramai dengan murid yang berlarian. Mereka memperebutkan bola dan menggiringnya ke gawang berbeda. Di sisi lapangan, ada beberapa orang juga yang ikut menyalurkan teriakannya, memberi dukungan pada anggota yang bermain.
Hal tadi adalah salah satu cara para murid untuk menghabiskan jam istirahat mereka. Bermain bola, melanjutkan makannya sampai bel berbunyi, mengobrol di dalam kelas, atau bahkan mampir ke perpustakaan.
[Full name] sendiri sekarang sedang mengisi waktunya bersama sahabat-sahabatnya. Tsukishima Kei, Hinata Shouyo, Hitoka Yachi, dan Yamaguchi Tadashi. Walau memang tidak selalu sering berkumpul bersama saat istirahat, setidaknya sekarang mereka sempat untuk melakukan hal ini.
Sambil memakan es krim yang dibelinya bersama-sama dari kantin, [name] dan teman-teman duduk ditempat teduh sambil melihat para pemain bola di depan sana.
"Kalian udah ada yang pernah coba belum? Es krim mochi," [Name] tiba-tiba membuka topik obrolan lain. Masih sambil menjilat es krimnya pelan-pelan.
"Aku udah, [name]. Enak banget, ya?" Hitoka menjawabnya duluan dengan cepat.
"Hah? Es krim mochi?" Ini respon dari Hinata, terlihat agak bingung sambil menggigit kecil eskrimnya, "es krimnya rasa mochi, kah?"
"Ih, bukan. Es krim mochi. Es krimnya ada di dalam mochi, Shouyo," ucap [name], memberi penjelasan sedikit.
"Memangnya ada?" Tanya Hinata lagi.
"Ada. Kamu aja yang kelewat norak," Tsukishima Kei yang menjawab. Seperti biasa, Hinata akan selalu langsung mengerut sebal jika Tsukishima menjawabnya seperti itu.
"Emang kamu udah pernah nyobain, heh?" Ucap Hinata dengan nada menantang.
Mengendikan bahu, Tsukishima menjawab dengan jujur, "belom. Tapi setidaknya aku tau. Gak norak kayak kamu."
Sebelum Hinata kembali membalas dan terus saling membalas, [name] kembali menyelip pada obrolan.
"Aku pernah cobain yang enak banget loh. Kalian juga harus coba, deh," Kata gadis kecil itu, lalu melanjutkan, "tapi jauh, sih. Aku biasanya beli kalo mau ke rumah nenek sama Tobio."
Hitoka yang agak tertarik dengan pembahasan es krim mochi tadi mendesah kecewa saat mendengar penuturan [name] itu. Terlihat sekali ia ingin mencobanya juga.
"Ngomong-ngomong soal saudaramu itu, nanti libur musim panas dia pasti main ke rumahmu lagi, yah?" Tanya Hinata. Ingat bahwa [name] pernah bilang, Tobio Kageyama, sepupunya yang paling menyebalkan itu biasanya akan main di saat libur sekolah.
"Hm," karena sedang menjilati es krim, [name] akhirnya hanya menjawab dengan deheman. Sebelum akhirnya mebambahkan, "iya. Kalian mau main sama Tobio?"
"Gak mau."
"Males."
Dua jawab negatif terlontar berbarengan dari Tsukishima dan Hinata.
"Kenapa?" Tanya [name]. Walau ia sudah sering mendengar jawaban penuh penolakan setiap kali membicarakan Tobio Kageyama.
"Gak mau. Ngapain main sama orang galak begitu," ujar Hinata dengan nada sebal. Raut mukanya pun kesal.
"Tobio gak galak, kok. Dia baik."
"Iya. Baiknya sama kamu doang, sama kami dia kayak iblis jahat," ujar Hinata kelewat jujur. Tapi dari ucapannya, sukses membuat [name] terkekeh.
Di tengah obrolan santai mereka. Tiba-tiba saja sepasang kaki berhenti, berdiri tepat di hadapan mereka. Semua mata menoleh, perbincangan sontak terjeda. Dan [full name] membelalakan mata. Tepat di hadapan teman-temannya semua, satu sosok kakak kelasnya berdiri.
Iya. Kakak kelas yang saat festival beberapa waktu kemarin mengajaknya berpacaran. Kembali datang ke hadapan.
"[Name] bisa kita bicara?" Ujar kakak kelas itu tanpa menyapa eksistensi yang lain.
Hal ini tentu saja membuat Tsukishima Kei merasa awas. Apalagi sampai membawa [name].
"Bicara apa, Kak?" Tanya [name], walau ia sudah tau apa yang ingin dibahas.
"Bicara sesuatu, berdua saja."
"Kenapa harus berdua?"
Kakak kelas [name] tampak baru menyadari, bahwa ada eskstensi yang lain saat suara itu terdengar. Anak lelaki itu mendapati sang sumber suara, dengan wajah datar, dan mata yang menatap tajam.
Tsukishima Kei.
"Karena ini urusanku?" Jawab anak lelaki yang masih tegap berdiri sendirian itu. Padahal pandangan-pandangan dari teman-teman [name] sedang menghujami dirinya. Terutama yang tajam dari Tsukishima dan Hinata.
"[Name] sedang bersama kami. Kalau mau bicara, bicara saja sekarang," Tsukishima menegaskan. Ia lempar stik es krim ke tempat sampah terdekat. Kala bunyi kelontang tanda masuk terdengar, Tsukishima kembali menatap kakak kelas itu dengan tatapan tajam yang masih sama.
[Name] yang tak peka dengan situasi dan tak perhatian pada kondisi lantas langsung berucap, "etto, kalo Kakak mau nagih jawaban yang kemarin ... Tentang pacaran itu ..."
Saat Tsukishima mendengar sebuah kata yang mengganggu tersemat dalam kalimat tadi, ia langsung melebarkan maniknya.
"... Aku gak bisa, Kak," Sambung [name]. Mengutarakan jawaban dari pertanyaan beberapa hari yang lalu.
"Aku gak bisa pacaran sama Kakak."
Tsukishima Kei menatap kedua orang yang sedang berdiri itu bergantian. Ia tiba-tiba merasa telah melewatkan sesuatu begitu banyak.
.
.
.
aku lupa apdet kemareeen :(
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro