Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21. (九)

Warna-warni bendera hias tergantung saling berseling pada hallway sekolah. Poster-poster lucu dan menarik pun tertempel di dinding. Makin memberi warna serta pembawaan ceria. Apalagi terdengar suara musik pendukung acara dari setiap speaker. Tanda khas sekali festival sekolah akan berlangsung hari ini.

Hinata Shouyo, Yamaguchi Tadashi, dan Hitoka Yachi berangkat sendiri-sendiri tadi pagi. Katanya mereka ada kesepakatan berbeda untuk datang ke kelasnya. Tentu saja mereka pasti ada untuk membantu teman sekelasnya menyiapkan event.

Kelas mereka masing-masing menyiapkan bazar dengan tema berbeda. Ada juga yang menampilkan bakat teman-teman sekelasnya.

Jadi, walaupun mereka tak berangkat bersama. Rekan kawanan dari kecil ini sudah sepakat akan saling mengunjungi event kelas teman-temannya bersama.

Tapi tak seperti yang lain, Tsukishima Kei tampak tak punya perubahan jadwal. Anak laki-laki itu bahkan menawarkan diri untuk menjemput [full name] dirumahnya karena tau gadis itu suka telat. Iya. Hanya mereka berdua yang masih berangkat bersama.

"Kamu emang gak disuruh datang lebih awal, Kei?"

Tsukishima Kei yang mendapat pertanyaan itu dari sang gadis kecil menggeleng santai. Entah kenapa rasanya ia bisa menjalani hari ini dengan riang. Sebab, permulaan harinya saja sudah tidak ada yang mengganggu seperti si Berisik Hinata.

"Penanggung jawab event kelasku si cewek rese itu, yang menyembunyikan sepatuku waktu itu," terang Tsukishima, memperkenalkan Liziaslav Kanbara dengan kalimat negatif, "jadi, karena dia adalah orang yang sombong, buat apa aku ada di sana? Yang ada dia hanya menyalahkan apa yang aku lakukan."

[Name] mendehem kecil, "... Eum, Kei," gadis kecil di samping Tsukishima ternyata menyanggah, "kamu, kan, bilang dia anak yang gak baik. Tapi kayaknya dia gak terlalu jahat, tuh? Waktu dia duduk bersamaku, dia bahkan dengan sopan meminta izinku lebih dulu."

Tsukishima yang menatapi sang gadis berbicara sejak tadi membuang napas, "dia emang gitu, [name]. Awalnya sopan, tapi sebenarnya dia hanya sok. Habis itu baru, deh, dia berlaku seenaknya."

[Name] lagi-lagi mendehem panjang.

"Kamu liat sendiri gimana cara dia meledekku waktu itu ..." tambah Tsukishima, memaksudkan kejadian saat mereka berdua di kantin. Berikutnya pemuda kecil itu mendesah. Iya, dia cukup tau karakteristik gadis kecil di sampingnya seperti apa.

Maka dari itu Tsukishima menyeletuk, "ini yang bisa bikin bahaya kamu sendiri."

"Huh?"

Tsukishima mendapati wajah [name] di sampingnya yang sedang menoleh ke arahnya.

"... Engga."

Iya. Sudah sejak dulu Tsukishima sadari, bahwa gadis kecil ini, gadis manis ini, punya hati yang sangat baik.

Hitoka Yachi dan [full name] adalah dua orang baik yang paling Tsukishima kenal. Tapi tidak seperti Hitoka, entah kenapa kesan baik [name] sangat berbeda. Tsukishima merasa, jika Hitoka bisa menjaga dirinya dengan menghindari sesuatu, maka [name] ini tidak bisa.

Gadis kecil itu harus dijaga, dan harus diberi pandangan lain selain pandangan positif pada setiap pergaulan. [Name] kecil, seperti masih bersih. Dan belum tersakiti suatu keadaan. Dia masih sangat ceria. Selalu positif.

Itu salah satu alasan yang membuat Tsukishima kini makin mengontrol diri agar tidak bersikap atau berkata kasar di depan gadis kecil itu.

"Oh iya, Kei. Nanti habis kalian berkumpul, langsung ke kelasku, ya," ujar [name]. Seperti biasa, dia bisa beralih topik semudah itu, "aku mau kalian liat kostum yang aku pakai nanti, hehe."

"Yang pasti cantik."

Tsukishima tersentak sendiri. Dia kaget kalimat itu keluar begitu saja bahkan tanpa disadari.

Tapi, entah harus disyukuri atau tidak. [Full name] memang anak yang selurus itu.

"Hehe, terimakasih, aku memang cantik!"

***

Pengumuman jam makan siang sudah berkumandang lewat speaker-speaker sudut ruangan. Lalu-lalang publik menjadi lebih berkurang dari sebelumnya, dan ini memberikan ruang bagi mereka untuk sedikit santai serta istirahat.

Misalnya [Full name]. Gadis kecil itu baru bisa duduk setelah dari tadi menjadi guide bazar kelas mereka. Walau memang terasa sibuk, tapi gadis kecil itu menikmati sekali festival hari ini.

Walaupun [name] baru bisa bertemu dengan Tsukishima dan teman lainnya tadi saat sedang ramai-ramainya, tapi menghabiskan waktu bersama teman sekelasnya juga sangat menyenangkan. Karena itu, [name] memutuskan mendedikasikan hari ini untuk menghabiskan waktu bersibuk ria bersama teman sekelasnya. Toh, saat pulang nanti ia pasti akan pulang bersama teman rumahnya lagi.

Jadilah, istirahat guna makan siang ini [name] lakukan bersama teman sekelasnya. Seraya saling berbagi kisah setelah setengah hari berlalu.

Seusai menghabiskan makan siangnya, [name] izin untuk membantu salah satu temannya membelikan yang lain minuman di stan-stan makanan luar gedung.

Masih dengan memakai baju ala lolita yang berhasil sekali membuat Tsukishima Kei salah tingkah saat melihatnya tadi, [name] berjalan dengan teman sekelasnya. Rambutnya lucu dikuncir dua dengan hiasan pita seperti mahkota.

Dan pemandangan ini wajar sekali menarik perhatian seseorang.

Seorang anak lelaki yang lebih tinggi dari kedua anak perempuan itu menghadang jalan mereka. Sepertinya kakak kelas, karena terlihat lebih dewasa dibanding mereka.

"Kamu, anak dari kelas 1-3, kan?" Tanya pemuda itu di hadapan kedua gadis kecil. Namun dari arah pandangannya, ia seperti sedang menunjuk [name] saja.

"Eum, iya ...?" [Name] jawab dengan agak canggung karena tak mengerti situasi.

"Ada apa, kak?" Tanya teman [name] di sampingnya.

"Ah, aku ingin berbicara sama yang ini, sih. Jadi, apa boleh aku bicara dengannya berdua saja?" Jawab anak lelaki itu, kini menghadap gadis yang satu lagi, namun tadi sempat menunjuk [name].

Mengerti tujuan walaupun masih tak mengerti maksud, akhirnya teman [name] itu membiarkan si anak lelaki melakukan apa yang dia mau. Dan meninggalkan [name] setelah berucap akan menunggunya di stan minuman agar bantu membawakan.

"Iya, mau bicara apa, ya, Kak?" Tanya [name] kecil itu kemudian. Tampak berani walaupun agak canggung karena asing.

"Uh, jangan di sini, deh. Kita cari tempat lain."

[Full name], gadis kecil itu dibawa oleh kakak kelas cowoknya ke samping gedung sekolah yang cukup tak banyak orang. Hanya ada beberapa pengunjung yang sedang duduk di sisian.

.

.

.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro