15. (三)
Seorang gadis kecil meluaskan pandangan seraya kepalanya terus bergerak, mencari sebuah meja kosong yang cukup sepi untuk ditempati. Tepat sekali, manik biru yang terlihat tajam itu berhasil menemukan sebuah meja dipojokan yang hanya diisi seorang gadis kecil lain.
Melangkah untuk mendekat, gadis kecil yang punya rambut sebahu itu berhenti di depan suatu meja kala sudah sampai. Membuat penghuni yang sudah ada di sana jadi mendongak, berikutnya tampak memasang ekspresi agak kaget.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya gadis berambut pendek tersebut. Langsung dapat anggukan walau tampak dengan ekspresi kaget yang sama.
[Full name] gadis kecil yang sudah duduk duluan menempati meja itu masih memerhatikan sosok di hadapannya.
Bagaimana ia tidak memasang wajah seperti itu? Eksistensi di hadapannya ini, wajahnya, manik seperti laut, dan rambut pendek seputih salju selalu diingatnya sebagai orang yang ngumpetin sepatu Tsukishima Kei!
[Name] begitu yakin. Gadis di hadapannya ini pasti yang disebut-sebut Lizie kemarin oleh Hinata Shouyo dan lima anak lelaki di koridor.
"Kenapa kamu menatapi aku seperti itu?"
[Name] tersentak. Ternyata sosok di hadapannya ini sekarang sedang menatapnya dengan agak risih pula.
"Uh, maaf, aku tidak bermaksud," ujar [name], buru-buru melakukan aktivitas makannya kembali.
"Kamu kalo gak nyaman aku di sini, gak papa, aku bisa pindah aja," ucap lagi gadis di hadapan [name].
Tentu saja [name] langsung membantah mendengar hal tersebut, "ah, gak apa-apa, kok! Kita bisa duduk bareng di sini."
"Oke," gadis kecil dengan rambut pendek kembali melakukan kegiatannya dengan tenang dan kelihatan fokus.
Beda sekali dengan [name] yang sesekali mencuri-curi pandangan pada sosok di hadapannya.
"[Name], kok, kamu di sini?"
Kedua gadis kecil di sana tertegun. Kaget dengan suara familar yang tiba-tiba saja datang.
"Kei ..." [Name] berucap kecil, takut dengan bayangan yang begitu saja terbentuk di kepalanya saat menghadapi hal ini. Gadis itu kemudian melirik sosok di hadapannya.
"Kamu gak bawa bekal----heh," ucapan Tsukishima Kei terpotong begitu saja begitu [name] dapati anak lelaki itu telah mengetahui siapa yang duduk di hadapannya.
"Dari banyaknya murid di sekolah ini, kenapa kamu malah mau-mau aja sih duduk sama orang ini?" ujar Tsukishima, menatap gadis kecil berambut sebahu itu dengan merendahkan.
"Dan dari banyaknya murid, kenapa aku harus selalu bertemu dengamu, sih?" balas gadis kecil tersebut.
Tsukishima mendengus sarkas, "maaf tapi aku ke sini untuk bertemu [name], ya, bukan kamu."
Gadis kecil yang sekarang sudah sangat diyakini [name] bernama Lizie itu mendecih.
"Kei, kamu kenapa ke sini?" tanya [name], coba mengalihkan topik agar mereka tak lanjut bertikai.
Berdiri tepat di samping [name], Tsukishima lantas menjawab, "aku tadi ke kelas kamu, tapi kata mereka kamu ke kantin. Gak bawa bekel, he?"
"Iya, aku kelupaan masukin ke tas. Abisnya buru-buru, sih, takut Kei nunggu lama."
"Makanya, kamu itu jangan kesiangan mulu, dasar," Tsukishima terkekeh. Gemas dia sampai-sampai mengacak-acak pucuk kepala [name] dengan tangannya.
"Ha. Ha. Jadi cowok nyebelin kayak kamu bisa punya pacar juga, heh," Lizie tiba-tiba menyeletuk tajam di tengah-tengah kondisi itu. Tsukishima yang mendengarnya jadi menyunggingkan seringai.
"Memang kamu. Cowok gak ada yang mau ngedeketin kamu, tuh, kayaknya karna sikap jelekmu itu," balas Tsukishima tak kalah tajam.
Tapi beda dengan Tsukishima yang membalas ucapan tajam Lizie dengan hal serupa, [name] malah menyanggah isi dari pernyataan tersebut.
"Etto, aku sama Kei teman, kok," ucap [name] sambil tersenyum. Tampak tak begitu nyambung.
Membuat adanya dua respon berbeda terhadap perkataan tersebut.
Pertama, Lizie yang hampir tertawa.
Dan kedua, Tsukishima yang melirik [name] dengan muka agak sebal.
"Heh, lihat, tuh, Mata Empat. Dia gak mau ngakuin kamu sebagai pacarnya," ejek Lizie begitu puas sambil mendengus, "dia juga pasti gak mau sama kamu yang nyebelin kayak gitu."
Lizie tersenyum miring.
Sementara Tsukishima habis-habisan menahan emosinya agar tak bertingkah kasar pada Lizie di hadapan [name] seperti ini.
Menatap tajam Tsukishima dan gadis kecil di samping anak lelaki itu, Lizie pun kembali menghina, "jangan ngayal punya pacar, Mata Empat. Bikin jijik."
Dengan begitu akhirnya Lizie pergi dari sana sambil membawa piring makanannya.
Meninggalkan Tsukishima dengan wajah kesalnya dan [name] yang memasang wajah sedih.
Entah kenapa gadis kecil itu merasa, ejekan dari Lizie tadi sangat terdengar kasar. Apalagi bahwa temannya ini lah yang sedang diejek seperti itu.
"Kei ..." [name] bergumam lirih. Takut Tsukishima itu tersakiti hatinya.
Tapi tak seperti yang dibayangkan gadis kecil tersebut, Tsukishima malah membuang napas dan berucap, "ah, akhirnya dia pergi juga."
[Name] menatap Tsukishima dengan pandangan yang tak dapat diartikan.
"Nah, kamu bisa lanjutin makan kamu dengan nyaman," ujar Tsukishima lagi. Kini malah mengambil duduk di hadapan gadis kecil tersebut bekas tempat Lizie tadi. "Dia itu anak tak baik di kelasku. Jadi ngeliat kamu tadi duduk bareng, aku jadi takut kamu dijahatin sama dia."
[Name] tak sepenuhnya termakan omongan Tsukishima. Walaupun gadis itu tau dan melihatnya sendiri saat Lizie bertengkar dengan Tsukishima kemarin, maupun saat mendengar bahwa Lizie yang menyembunyikan sepatu Tsukishima, [name] masih merasa Lizie tak sepenuhnya seperti itu.
Sebab tadi pun, Lizie itu tampaknya masih punya kesopanan untuk izin duduk di tempat yang sama.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro