Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12.

Hinata Shouyo membuang napas. Ranting kayu yang ada di tangannya ia gunakan untuk membuat gambaran asal di atas pasir. Satu tangan yang lainnya, digunakan untuk menopang dagunya. Anak itu pun menyeletuk, "apa gara-gara kita berantem, ya, waktu itu? [Name] jadi gak mau main lagi sama kita."

Hitoka Yachi mendehem panjang. Ikut memikirkan kemungkinan ini.

"... [Name] waktu itu emang gak suka ngeliat kalian berantem, sih ..." Yamaguchi Tadashi ikut mengeluarkan suara. Masih ingat waktu Tsukishima dan Hinata bertikai, [name] bilang bahwa hal tersebut tak baik.

Hinata yang makin yakin dugaannya tersebut membuang napas lagi. Anak itu kemudian melirik Tsukishima Kei yang sejak tadi terdiam di atas ayunan, "gara-gara kamu, sih. Kalo aja kamu gak buat aku marah dengan main ke rumah [name] sendirian."

Tsukishima Kei yang disalahkan sontak membalas lirikan tajam Hinata Shouyo.

Keributan bisa saja terjadi lagi kalau Hitoka tidak menengahi mereka.

"Sudah, jangan bertengkar lagi. Kalo kalian terus begini, [name] juga gak akan mau main sama kita lagi," ucap gadis pirang itu tampak dewasa.

Membuat Hinata dan Tsukishima yang tertohok jadi sama-sama mendecih pelan.

Berbeda dengan Hinata yang yakin bahwa [name] tak lagi main bersama karna kejadian pertengkaran itu, Tsukishima Kei entah kenapa malah yakin bukan itu alasannya.

Sebab, saat mengantar gadis kecil itu pulang, [full name] tak terlihat marah sama sekali. Gadis itu malah terlihat semangat dengan topik ulang tahun yang dibuatnya.

Oh, setidaknya mungkin gadis kecil itu tak marah pada Tsukishima dan menjauhinya, kan?

Siapa tau beda lagi dengan Hinata Shouyo yang tukang kompor kemarahan.

"Huh, gak ada [name] gak seru, ah," keluh Hinata itu lagi. Akhirnya dengan wajah bete, anak berhelai orange itu memakai kembali tasnya. Lalu pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun.

Hitoka dan Yamaguchi yang memerhatikan Hinata sampai hilangnya eksistensi anak tersebut, hanya bisa saling bertatapan kemudian.

Hitoka Yachi sendiri merasa. Adanya [name] entah kenapa sekarang menjadi hal penting bagi keadaan mereka. Sebab jika gadis kecil itu ikut bermain bersama, tidak hanya Hinata Shouyo yang bersemangat seperti biasanya, Tsukishima Kei juga jadi ikut lebih berekspresi.

Buktinya tanpa hadirnya [full name], Hinata saja sampai murung. Jangan tanya bagaimana Tsukishima sekarang.

"... Apa mungkin, [name] pindah, ya?"

Hitoka tersentak tiba-tiba saat Yamaguchi berucap seperti itu. Pun samanya dengan Tsukishima Kei yang kini melebarkan mata.

"K-kalo pindah, kenapa gak bilang-bilang sama kita?" Hitoka coba menyanggah. Sejujurnya tak mau juga hal yang dikatakan Yamaguchi itu terjadi sungguhan.

"A-ah, aku bilang, k-kan, mungkin saja ..." Yamaguchi kini tampak menyesali ucapannya, saat melihat respon Hitoka yang tampak tidak terima itu. Akhirnya anak laki-laki itu hanya terduduk dan diam.

Tidak tau saja, ucapannya terlanjur meracuni pikiran Tsukishima.

Membuat anak yang paling jangkung di sana kini tak lagi berpikir positif dengan menghilangnya [full name].

"Besok, kita ke rumahnya [name] lagi. Mungkin aja ada yang tau dia pergi ke mana saat ini," ucap Hitoka. Terlihat berusaha juga untuk tak teracuni perkataan Yamaguchi tadi.

Mengangguk, Yamaguchi pun menatap Tsukishima yang masih terdiam, "kamu mau pulang sekarang, gak, Tsukki?"

Tapi tak dijawab oleh pemuda itu. Hitoka Yachi tampak mengerti. Gadis itu pun langsung mengucapkan pamit saja pada anak laki-laki tersebut, "kita pulang duluan, ya."

Yamaguchi awalnya ragu meninggalkan sohibnya sendirian. Namun karena Hitoka terus menariknya, anak itu pun akhirnya pergi dari sana. Hingga tersisalah Tsukishima Kei yang sedang berayun pelan.

Dalam hening, anak itu ingat.

Ini tanggal 30 September.

Harusnya ia sudah memberikan hadiah yang telah disiapkannya sejak lama. Kenyataannya, bungkusan hadiah itu masih ada di dalam tasnya sekarang.

Membuang napas kesal, Tsukishima menyapu-nyapu tanah dengan sepatunya agak kasar. Ia tak peduli orang lain akan melihatnya sedang apa.

Tsukishima tak peduli orang di dalam mobil yang kini melewatinya menganggapnya sedang apa.

Gitu batinnya.

Tapi nyatanya Tsukishima Kei ternyata masih mempunyai malu. Apalagi begitu menyadari mobil tersebut berhenti di depan sana. Dia kini menjaga sikap.

Tsukishima akhirnya hanya membuang napasnya lagi. Lalu bangkit untuk kembali ke rumahnya.

"Kei!"

Langkah itu sontak terhenti. Tsukishima Kecil baru kali ini merasakan rasanya berdebar cepat begitu menyadari suara familiar yang memanggil namanya tersebut.

"Kei, tunggu aku. Jangan pulang dulu."

Benar.

Demi apapun, Tsukishima asing sekali dengan perasaan seperti ini. Jantungnya berdetak sangat cepat, membuat tubuhnya jadi kaku bahkan untuk sekadar berbalik.

"Kebetulan banget aku ketemu kamu sekarang,"

Tsukishima Kei memejamkan mata begitu merasakan kehadiran itu kini sudah di hadapanya.

"Huh, kamu kenapa?"

Di satu sisi tak mau membuka matanya, namun di sisi lain ada sebuah perasaan tak sabaran yang memaksanya untuk membuka matanya saat itu juga.

Dan lemah terhadap hal yang kedua, Tsukishima itu perlahan membuka kembali matanya.

Kini Tsukishima benar-benar merasa risih dengan jantung berisiknya.

Kenapa ya, padahal dia sudah tau siapa yang ada di hadapannya ini. Padahal sosok ini baru saja hadir di pikirannya tadi. Tapi kok rasanya masih tak menyangka seperti ini.

"Hehe, udah lama kita gak ketemu, ya, Kei."

Tsukishima juga baru kali ini merasakan wajahnya seperti panas.

[Full name], baru saja kembali entah dari mana. Lalu kini gadis itu langsung menyerang Tsukishima dengan senyum manisnya.

"Oh iya, sekarang aku ulang tahun, loh!

... Dan sikap menggemaskannya.

"Eh, tapi sebelum itu," gadis kecil tersebut menyodorkan sebuah bungkusan, "ini hadiah buat kamu. Maaf aku ngasihnya telat. Kemarin-kemarin aku ke rumah nenek sampai izin sekolah."

Tsukishima tak mengerti. [Name] ini apakah sungguhan bersikap polos seperti itu atau tidak?

Apakah gadis itu tak tau bahwa belakangan kemarin dirinya kecewa karna hari yang dinantikannya tak berjalan sesuai rencana?

Lebih dari itu.

Apakah [full name] tak rindu padanya?

"Selamat ulang tahun, Kei!"

Tsukishima meraih hadiah itu dengan tangan yang hampir gemetar.

"T-terimakasih."

Namun tidak seperti tangan gemetarnya yang bisa ditutupi, suaranya malah kelihatan sekali seperti gugup.

Tersenyum merespon ucapan Tsukishima, [name] itu menyadari satu hal, "kamu habis main sama Hinata dan yang lainnya, kah?"

"Harusnya aku datang lebih cepat, ya, biar bisa bertemu dengan mereka juga," lanjut gadis kecil itu. Masih tak menyadari hal lain, yaitu temannya yang entah kenapa terus terdiam, "oh, kamu bisa buka hadiahnya sekarang, Kei." Tawarnya.

Tapi ditolak oleh Tsukishima, "aku akan buka di rumah saja," ucapnya, sambil menatap bungkusan tersebut.

Ya tentu saja begitu. Tsukishima rasanya ingin menikmati pemberian itu saat dia sedang sendiri.

"Oke, kamu pasti suka! Eh, tapi gak tau juga, sih," [name] itu terkekeh kecil. Menyadari bahwa ia tak tau selera Tsukishima.

Terjadi hening beberapa saat, [name] kembali berucap, "kamu mau pulang, kan? Aku juga mau pulang aja kalo gitu. Mama pasti nanyain kenapa tadi aku minta turun di sini."

Terlalu banyak terbengong, Tsukishima ternyata melupakan suatu hal, "ah, tunggu, [name]."

Anak laki-laki itu kemudian buru-buru membuka tasnya. Mencari sesuatu di dalamnya dan mengambilnya, "a-aku juga punya hadiah buat kamu."

Tsukishima menyodorkan bungkusan hadiah miliknya.

Hadiah yang sangat ia nanti juga untuk memberikannya.

Untung saja, tak seperti keinginanya yang satu lagi, keinginan yang ini berhasil terlaksana tepat pada waktunya.

"Selamat ulang tahun juga, [name]."

Padahal anak lelaki itu sampai bersumpah tidak mau mengucapkan kalimat selamat seperti itu karna [name] tak mengucapkan tepat pada harinya kemarin. Tapi ternyata sumpah itu terkibas juga.

Tersenyum senang, [full name] pun meraihnya.

Tapi sebelum tangannya berhasil menggapai, bungkusan itu ditarik kembali oleh Tsukishima.

"Kamu harus janji kali ini. Simpan hadiahku baik-baik sampai kapanpun," tegas Tsukishima itu.

[Name] yang mendengarnya tak mengambil banyak waktu untuk merespon. Sebab, tanpa disuruh pun, gadis kecil itu pasti akan menjaga pemberian seseorang.

Namun tak sampai situ, Tsukishima Kei melanjutkan kembali syaratnya.

"Lalu, jangan pergi tanpa bilang-bilang padaku lagi."

Begitulah akhirnya kisah pertemanan mereka akan terus berjalan.

.

.

.

halooo selamat datang di ending childhood!

iya serius ini udah ending. gak ada konflik yang menarik ya?:(

abis mereka masih pada kecil gemay gitu kasian kalo dikasih konflik hshsh.

intinya, bagi yang sudah melangkah sampai sini--terimakasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk baca book ini.

dan, sampai jumpa di season 2!

psst, btw mau nanya dong. menurut kalian enakan kuroo, sugawara, atau akiteru, ya? hehe.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro