Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Kabur

"Siapa yang kamu bilang bego, Adena?" Suara itu menusuk telinga Adena, meremanginya. Sudut matanya terdorong untuk menatap ke arah asal suara itu.

"X-Xenon?" Adena mengucapkan namanya dengan suara tergagap, matanya melebar kaget, sementara jantungnya berdetak kencang seakan baru saja menyelesaikan lari marathon.

Tidak terkejut oleh reaksi Adena, Xenon justru terkekeh sinis. Ia berjalan lamban, melangkah maju mendekati Adena. Tanpa sadar, langkah itu membuat gadis itu terdesak mundur hingga punggungnya menabrak tembok. Tidak ingin menyia-nyiakan momen ini, Xenon mengunci posisi mereka. Dengan cengkeraman yang kuat dan tak terbantahkan, ia membuat Adena tak berdaya.

"Kenapa, Honey? Mau kabur?" tanyanya dengan nada merendahkan.

"Udah keburu ketahuan ...," bisik Adena, wajahnya tak berdaya, mata cokelatnya terlihat lemah saat berusaha bertahan dari tatapan tajam Xenon.

Tak bisa menahan diri, Xenon menarik kerah baju Adena dengan kasar, membuat gadis itu terdorong mendekatinya. Tatapan nyalang yang ia tunjukkan membuat Adena merasa seperti tikus yang terjebak dalam perangkap. Xenon dengan dinginnya. "Bodoh! Sampai kapan pun, kamu tidak akan bisa kabur, pengamanan di sini sangat ketat, Adena. Ingat, kamu istri saya, kamu akan selamanya hidup dengan saya." Kata-katanya terdengar seperti hujatan yang menghantam Adena. "Asal kamu tahu, Jevian sudah saya culik."

Tangan Adena dengan cepat bergerak, tamparan kerasnya mendarat di pipi Xenon hingga kulitnya merah membara. Napasnya terengah-engah, wajahnya merah padam oleh emosi yang memuncak.

Xenon memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan keras itu, merasa rasa sakit yang melingkupinya. Namun, ia tidak ingin membalas tamparan itu mengingat bahwa Adena adalah seorang wanita. "Sialan, saya sudah berusaha bersikap baik kepada kamu, tapi kamu malah semakin tidak tahu diri!" Xenon melepaskan amarahnya dengan keras, membiarkan kemarahan dan frustrasinya terlontar.

Adena walaupun merasa panik, tetap mencoba untuk menjaga ketenangan. Ia menatap mata Xenon dengan tegas, berbicara dengan suara yang mantap, "Gimana saya tidak marah? Anda sudah menculik sodara saya, dia tidak ada sangkut pautnya dengan skandal Anda!" Suaranya mungkin terdengar gemetar, tapi ia berusaha keras untuk mempertahankan ketegarannya.

Namun, tangan Xenon tiba-tiba merengkuh pipi Adena dengan cengkeraman yang kuat. "Dia yang menyebarkan video saya di Twitter, sialan!" Bentakan kasar Xenon membuyarkan semangat Adena untuk membantah lebih lanjut.

Adena terdiam, ia merasakan benjolan di tenggorokannya. Ia mencoba mengendalikan diri, mengatur napasnya agar tetap tenang dalam situasi yang tegang. "Baik, apabila benar yang menyebarkan video tersebut adalah Jevian, saya akan mematuhi semua ucapan Anda tanpa terkecuali."

Xenon tersenyum puas, pandangannya yang tajam terus meneliti ekspresi Adena. "Kamu serius, Adena?" tanyanya dengan nada penasaran yang jelas terdengar.

Adena mengangguk mantap, mengangkat dagunya dengan keberanian yang baru saja ia temukan. "Tapi, ada satu syarat."

Xenon menunjukkan sedikit raut penasaran, ingin tahu apa yang akan diutarakan oleh Adena. "Kamu mau mengatur saya?"

"Ya Tuhan, dengarkan dulu permintaan saya ...."

"Baiklah," kata Xenon. "Apa syaratnya?"

"Tolong bebaskan Jevian, jangan siksa dia. Saya tidak punya siapa-siapa lagi selain dia."

"Well, saya terima persyaratan kamu." Xenon tersenyum puas atas kesepakatan ini. "Mari kita temui saudaramu itu di ruang bawah tanah, Honey."

***

Kedua mereka tiba di ruang bawah tanah, suasana yang terasa begitu gelap dan hening. Adena dengan hati-hati mengamati sekitarnya, melihat Jevian yang duduk tersendiri dengan kepala yang tertunduk. Adena merasakan hatinya teriris melihat keadaan Jevian. Jika hanya ia tahu sejak awal segala konsekuensi ini, mungkin Adena tak akan dengan nekat mencari masalah dengan Xenon.

Ia melangkah perlahan ke depan sel yang menampung Jevian, tangan kecilnya menyentuh jeruji besi. "Jevian ...," bisik Adena, suaranya lembut namun penuh perasaan.

Jevian mendongak ketika mendengar suara Adena, matanya langsung menyala begitu melihat gadis itu. Ia berjalan pelan ke depan jeruji besi, tangannya menggenggam besi dingin tersebut. "Adena!"

Adena memasukkan tangannya di sela jeruji besi, menggenggam tangan Jevian yang tampak lecet akibat pergelangan tangannya terikat tali kemarin. Ibu jari Adena lembut mengusap punggung tangan Jevian yang lecet. Sedikit tertunduk dalam perasaan sesal, Adena mengucapkan, "Maafin gue, gara-gara gue, lo jadi kena imbasnya."

Jevian tersenyum lembut, mencoba menenangkan gadis di hadapannya. "Enggak apa, ini bukan salah lo, Na."

Adena menatap tangan Jevian dengan perasaan bersalah, melihat luka-luka yang ia alami. Ia merasakan getaran kecil dari luka tersebut dan tanpa berpikir panjang, Adena menghembuskan nafas kecil ke atas luka tersebut. "Sakit, ya?" tanyanya khawatir.

Jevian mengangguk pelan, memberikan senyuman penuh makna. "Ya, begitulah."

Tidak ingin membiarkan suasana terlalu terasa tegang, Adena mencoba menggali informasi lebih lanjut. "Sebenarnya lo dapat videonya darimana?"

Sementara itu, Xenon yang telah mendengarkan semuanya, memusatkan perhatiannya lebih serius pada pembicaraan mereka.

"Gue dapat dari situs video dewasa. Jadi, sebenernya bukan gue yang upload pertama video itu."

"Terus, kenapa lo malah nyebar video itu ke Twitter?"

Jevian menjawab dengan santai, memberikan informasi yang cukup penting bagi Xenon. "Gue nggak terima ngelihat lo diajak kawin kontrak sama dia, gue tahu lo terpaksa ngelakuin ini. Makanya, gue sengaja upload video itu supaya Xenon nangkap gue. Gue rela disiksa supaya bisa bebaskan lo dari sini." Jevian menambahkan dengan tawa kecil.

Adena mengacak rambutnya frustrasi. "Ngapain lo ngorbanin diri demi gue, Jevian?"

Suara Xenon kemudian masuk dalam perbincangan mereka. "Saya tidak akan eksekusi kamu, itu semua tergantung pada Adena. Adena tadi janji mau mematuhi semua permintaan saya. Maka dari itu, kalian harus bantu saya supaya nama saya bersih dari skandal. Satu lagi, kalian harus bantu saya musnahin Jeffrey Mahatma, selebgram sekaligus anak dari politikus terkenal di negeri ini, Agung Mahatma."

Adena mengerutkan keningnya. "Bukannya Anda sahabat deket sama dia? Soalnya Anda sering buat snapgram sama dia."

Xenon tertawa. "Ternyata diam-diam kamu nge-fans sama saya ya."

Adena memberikan reaksi acuh tak acuh. "Terserah Anda."

Namun, Xenon tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. "Kamu tidak boleh tahu."

"Ish," sela Adena dengan sedikit gerutuan.

"Adena ...," tegur Xenon.

Adena menunduk dengan perasaan tidak nyaman. "Maaf."

Saat suasana hampir tenang, Jevian dengan tajam mengucapkan, "Manusia penuh pencitraan."

Xenon yang baru saja membuka mulutnya, dengan serius mengancam, "Lagi sekali kamu ngomong, saya robek mulut kamu."

***

"Ini data mereka, Bos." Yanuar menyodorkan data admin akun mulut curah ke Jeffrey, pria yang tengah duduk di meja dengan sikap santai.

Yanuar memang salah satu anak buah paling dipercayai oleh Jeffrey. Ia merupakan otak di balik rencana untuk menyamar sebagai detektif gadungan dengan tujuan menyusup ke dalam dunia admin akun mulut curah. Selama penyamaran, Yanuar berupaya mengumpulkan data dan melacak lokasi Adena. Namun, usahanya untuk melacak lokasi gadis itu terbukti sia-sia.

Pandangan Jeffrey menerawang pada file yang menampilkan data. "Donna, owner akun mulut curah, menarik juga," gumamnya. Matanya terus meresapi informasi yang tertera di file. "Yanuar, atur pertemuan saya dengan dia. Sepertinya, kita bisa bekerja sama dengan gadis bibir tebal itu untuk menghancurkan Xenon."

————————————————————

Apaan ini aku tulis anjir?😭 Sumpah, ini melenceng agak jauh dari outline wkwkkwk

Tbc ya❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro