27. Shooting
Tw: 18+
Ditulis pada Minggu, 18 April 2021
Revisi pada Rabu, 16 Juni 2021
Revisi lagi pada 19 Agustus 2023. Revisi mulu anjer, udah kayak skripsi yg ga di-acc sama dosen wkwkwk
Adena muncul dari kamar mandi mengenakan bathrobe, rambutnya yang basah diikat dengan longgar. Tanpa disadari, mata Xenon terkunci pada sosoknya dengan kabut gairah yang terpancar dalam pandangannya. Dia sebelumnya tengah membaca email dari seorang Anonymous, tetapi kehadiran Adena dengan cepat mencuri perhatiannya. Sebuah senyuman miring melengkung di bibir pria itu.
Setelah meletakkan ponsel, Xenon mendekat, kehadirannya melingkupi Adena dari belakang. Ketika dia memeluk tubuh gadis itu, bibirnya menyentuh lekukan telinga Adena, suara seraknya mengirimkan getaran ke tulang belakang wanita itu.
"Kamu sengaja menggunakan pakaian begini, hm?" Kata-kata Xenon terucap penuh nafsu.
Adena terengah-engah, matanya menghindari pandangan intens Xenon. "Tidak..."
Xenon memutar posisi Adena agar berhadapan dengannya, cengkraman di pinggang wanita itu terasa posesif. Perlahan, Xenon membuka simpul bathrobe Adena, membiarkannya terbuka untuk memperlihatkan lingerie berwarna merah muda yang dikenakan wanita itu. Atmosfer di dalam ruangan seketika menjadi tegang.
"Wanna try to seduce me, huh?" Suara Xenon semakin merendah, jari-jarinya menyentuh kulit halus Adena.
Pipi Adena memerah, detak jantungnya semakin cepat saat ia menatap pandangan panas Xenon. "T-Tidak..."
"Tatap saya, Adena."
Mata mereka saling bertemu dalam tatapan intens, masing-masing mengungkapkan keinginan mereka melalui pandangan. Jari-jari Xenon menjelajahi tubuh Adena, menciptakan lonjakan kenikmatan di setiap sentuhan. Jari-jarinya terjalin dalam rambut wanita itu—dia mendekat untuk memberikan ciuman yang membara.
Setelah memutuskan tautan, bibir Xenon mengikuti lekuk pada leher Adena, menggigit titik sensitif. Desahan kaget dan kenikmatan melebur jadi satu. Xenon melanjutkan serangannya yang sensual, mengklaim wanita itu sebagai miliknya.
"Xenon..." Suara Adena bergetar.
Xenon berbisik dengan suara yang menggoda, bibirnya mencapai telinga Adena. "Sabarlah, Honey. Ini baru permulaan. Rasa sakit ini akan berubah menjadi kenikmatan."
Xenon mendorong pelan Adena hingga terjatuh di ranjang, jari-jarinya terjalin dengan tangan Adena, membimbing tangan wanita itu di atas kepalanya. Tubuh mereka saling berdekatan, setiap sentuhan dan gerakan menjadi melodi yang indah.
"Look at me, Adena," Suara Xenon penuh perintah.
Mata Adena bertemu dengan Xenon, gairah terpancar dalam pandangan itu. Saat dia bergerak, dunia di sekitar mereka berubah menjadi semacam kabut kenikmatan dan sensasi. Sentuhan-sentuhan dan nafsu liar dalam mata mereka menyatu menjadi tarian penuh gairah dari jiwa yang terjalin, mendorong keduanya menuju puncak kenikmatan.
Xenon dengan lihai memutar tubuh Adena, memposisikannya untuk menggenggam bagian kepala ranjang. Gerakan ini terjadi dengan halus, sementara genggaman tangan Xenon memberikan panduan yang tegas.
Udara terasa berat akibat ikatan antara mereka berdua terasa seperti tersengat listrik. Gerakan pinggul Xenon memompa gairah yang berkobar, tiap gerakan menyalakan api hasrat di dalam diri mereka.
Seiring tubuh mereka bergerak bersama dalam irama yang membara, jari-jari Xenon merayapi rambut Adena yang lembab, menariknya dengan agak kencang. Gerakan ini mengirimkan getaran mendalam yang melintasi tulang punggung Adena.
"Apakah setelah kontrak kamu habis kamu akan meninggalkan saya?" tanya Xenon.
Napas Adena tersengal, jawabannya keluar dalam bentuk desahan rendah yang tercipta di tengah-tengah gelombang sensasi yang menggelora. "Tidak, Xenon. Saya menyadari bahwa hati saya telah jatuh pada kamu, terlepas seberapa keras saya menolaknya. Rasa itu begitu kuat dan sulit untuk diabaikan."
"Benarkah?" Suara Xenon terdengar seperti cambukan, memadukan pesona gelap dengan kerinduan yang dalam.
"Iya, Xenon."
Senyum penuh kepuasan merekah di bibir Xenon. Intensitas gerakan semakin meningkat menjadi bukti nyata dari api yang menyala di dalam dirinya.
Intensitas ini terus naik, setiap gerakan semakin menguatkan semangat gairah mereka. Ketika Adena terhanyut oleh irama yang memabukkan ini, suara desah dan rintihan yang keluar dari bibirnya bergabung dalam simfoni kenikmatan yang memenuhi udara.
Xenon mencengkram dagu Adena begitu erat, memandu matanya untuk bertemu dengan tatapannya. Intensitas tatapan Xenon menyuruh perhatian dan kepatuhan.
"Open your mouth, Adena," perintah Xenon dengan nada yang penuh otoritas.
Dengan taat, Adena menjalankan perintahnya, membuka bibirnya.
Dengan keahlian yang mengagumkan, jari-jari Xenon menjelajahi raut wajah Adena, kemudian memberikan pukulan keras pada bagian bokong Adena, mengirimkan sensasi yang perlahan-lahan berubah dari sensasi sakit menjadi rangsangan yang memuaskan.
Bibir Adena tetap terbuka, matanya terhipnotis oleh kontrol penuh Xenon atas sensasinya. Perintah dan ketaatan ini menjadi permainan berani dalam dinamika kekuasaan dan hubungan mereka.
Tak lama setelah puncak gairah mereka, Xenon menghentikan permainan sensual ini. Ia membimbing Adena untuk merebahkan diri di tempat tidur, tubuhnya terpapar dalam posisi yang menggoda. Koneksi mereka terasa begitu dalam dan erat, tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan saat ini.
Sentuhan lembut pria itu menciptakan ikatan yang lebih dalam di antara mereka, ciuman lembut yang Xenon berikan kini meninggalkan jejak dari intensitas panas yang mereka rasakan.
Adena memberikan senyuman manis sebagai tanggapan sambil menunjukkan rasa syukurnya dengan cara yang tak bisa diungkapkan. "Saya sangat bersyukur untuk kehadiranmu dalam hidup saya. Saya ingin meminta maaf karena telah membocorkan privasi kamu. I love you more than everything."
Xenon menggeleng, mengusap pipi Adena dengan lembut. "Tidak perlu merasa bersalah tentang itu. Saya mungkin memiliki sifat kejam dan licik, tetapi saya akan selalu melindungimu. Setelah semua ini selesai, saya membayangkan kita bersama, merawat anak-anak kita. Apakah kamu mau membayangkan masa tua bersama saya?"
Adena mengangguk mantap. "Mau. Saya akan berusaha yang terbaik untukmu. Tapi mengapa kamu memilih saya sebagai ibu anak-anakmu?"
"Karena saya mencintaimu. Saya ingin kita bahagia bersama dalam membangun keluarga kita sendiri. Bisakah kamu membayangkan kita menjadi orang tua yang membesarkan dua puluh anak?"
Adena mendelik. "Jangan gila!"
Tawa Xenon mengisi ruangan, getarannya mengalun dalam nada dalam yang penuh arti. "Saya hanya bercanda, Adena. Mari kita sepakati maksimal dua anak, seperti yang sering dikatakan pada iklan televisi."
"Kamu memang unik, Xenon. Saya hampir meragukan statusmu sebagai mafia."
"Hanya kamu yang bisa memperlihatkan sisi ini dari saya, Adena. Kamu punya tiket VIP ke hati saya."
Adena mengernyitkan dahi dengan sedikit kekaguman, meski pipinya memerah. "Klise sekali."
Xenon dengan lembut menyentuh kening Adena. "Meskipun kamu menyebutnya klise, tapi pipimu mengalami perasaan yang berbeda."
Tangan Adena menyentuh dahinya, ia merasakan senyum manis dalam gerakan tersebut. "Jangan sentuh kening saya, nanti kening saya akan selebar lapangan sepak bola."
"Baiklah, kalau begitu. Jika saya ingin bermain sepak bola, saya hanya perlu menginjak keningmu."
"Kamu jahat, jelek, dan bodoh!" seru Adena dengan suara riang.
Gelak tawa Xenon menggema di udara, dengan nada dalam yang hangat merangkul mereka berdua. Ia memeluk Adena dengan penuh kelembutan, mengelus rambutnya dengan lembut, dan mencium puncak kepalanya berkali-kali. Kedua insan ini, terikat oleh perasaan yang dalam, merangkai momen intim di dalam ruang yang penuh cinta dan kedamaian.
***
Breaking News
"Anggota DPR RI, Levi Pradinata Ditembak Oleh Orang Tak Dikenal."
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Tbc❤️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro