Bab 3
Aryadi Surya Wijaya saat itu berusia sepuluh tahun saat dirinya yakin bahwa dapur adalah tempat favoritnya di rumah. Semua kegiatan yang berlangsung di dapur benar-benar terasa menyenangkan untuk anak laki-laki yang seharusnya sedang sibuk bermain bola di lapangan atau berebut konsol game dengan teman sepermainan.
Akhirnya, seiring waktu berjalan dan dirinya yang juga bertumbuh dewasa, Arya semakin banyak belajar dan menekuni kegemarannya dalam masak-memasak itu bukan hanya menjadi hobi tetapi menjadi tujuan. Arya bercita-cita menjadi chef profesional yang kelak dapat membuka restorannya sendiri.
Memiliki privilege sebagai cucu dari keluarga konglomerat Wijaya, Arya menggunakan privilegenya dengan baik dan menimba pendidikannya sebagai chef di salah satu sekolah Chef terbaik di dunia. Dan tidak sampai di sana, Arya juga belajar bisnis kuliner sehingga tidak hanya menguasai dapur tetapi juga management bisnis kulinernya sendiri. Tidak heran jika di usianya yang baru saja menginjak kepala tiga, Arya menjadi salah satu Chef ternama yang sudah membuka restaurant miliknya sendiri yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia.
Bahkan tanpa perlu menjadi celebrity Chef yang tampil dalam acara-acara memasak di TV, kepopuleran Arya di kalangan masyarakat pun nyaris setara. Bukan hanya di kalangan borjuis, mengingat restaurant milik Arya adalah restaurant bintang lima dengan harga menu yang fantastis. Arya juga dikenal oleh kalangan masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah lewat toko roti atau pastrynya yang bernama Arya's Bakery.
Arya's Bakery sendiri menjual berbagai pastry dengan harga yang hemat kantong namun dengan standar bintang lima. Tidak heran jika gerai-gerai Arya's Bakery yang tersebar hampir di seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia selalu saja banjir pembeli. Terutama saat ada seasonal menu yang selalu berbeda setiap waktunya kadang bisa membuat antrian mengular di toko roti itu.
Apa cukup sampai di sana? Tentu tidak. Meski menggunakan nama Wijaya sebagai nama belakangnya, Arya hampir tidak pernah ingin dikenal sebagai Wijaya. Kakeknya, Abraham Wijaya adalah salah satu dari sepuluh peringkat orang terkaya di Indonesia. Kakek Arya itu adalah raja di bidang properti dan perhotelan. Dan salah satu bukti kekayaannya adalah dengan memiliki hak milik atas sebuah pulau pribadi bernama Pulau Wijaya seluas 300 hektar. Di pulau tersebut juga, selain berdiri resort mewah milik Abraham Wijaya yang bernama The Surya Resort (menyandang nama anak laki-laki satu-satunya yang tidak lain adalah Ayah kandung Arya), terdapat juga sebuah mansion mewah pribadi milik Abraham serta perkampungan yang ditempati oleh warga lokal pulau tersebut.
Tidak seperti kebanyakan pembisnis lain yang biasanya memilih mengusir warga lokalnya ketika membeli hak milik suatu pulau untuk dijadikan tempat usaha, Abraham Wijaya justru memutuskan untuk tetap membiarkan warga lokal tersebut menjadi penduduk tetap di pulaunya. Justru, mereka mendapatkan privilege untuk dapat dipekerjakan di resort dan mansion milik Wijaya tersebut.
Kemurahan hati dan kehebatan Abraham Wijaya dalam berbisnis pun sepertinya berhasil ia turunkan pada anak-cucunya yang semuanya juga berhasil sukses dengan bisnis masing-masing. Ada yang sejalur dengan meneruskan bisnis properti dan perhotelan sepertinya, bahkan ada juga yang berbisnis di bidang lain dan salah satunya adalah Arya yang memilih bisnis di bidang kuliner sebagai cucu laki-laki satu-satunya dikeluarga Wijaya.
Arya sendiri memang hanya punya satu adik perempuan. Tetapi semua sepupunya yang berjumlah enam orang pun perempuan yang membuat Arya menjadi satu-satunya cucu laki-laki dan pewaris utama karena Surya Wijaya, Ayah kandung Arya sudah meninggal saat Arya duduk di bangku SMA.
Terlepas dari gelimang harta keluarga dan juga kesuksesannya sendiri, Arya adalah sosok yang sangat sederhana. Bukan tidak kenal brand atau sama sekali tidak punya barang yang luxury juga sih, tetapi Arya sendiri lebih senang tampil dengan pakaian santai—kelewat santai seperti kaos polos dan celana cargo selutut. Kadang satu-satunya yang bisa menegaskan jika Arya bukanlah 'orang biasa' adalah rolex atau bremont yang melingkari pergelangan tangannya.
Selain dari penampilan, Arya juga memiliki keunikan lain yang membuatnya terkesan lebih tua dari usia aslinya. Sebutan 'bapak-bapak whatsapp' bahkan melekat untuknya, tidak hanya dari pegawainya di restaurant tetapi juga keluarga dan teman-temannya. Kalau saja bukan karena wajah tampannya, mustahil untuk seorang model kelas atas seperti Viginia Agustine bisa menjadi mantan pacarnya.
Maka tidak heran, jika pada suatu hari di daerah Bandung, Arya yang sedang asyik mengunjungi lele-lele miliknya yang memang dirawat dan dibudidayakan oleh seorang pria paruh baya pensiunan direktur perusahaan BUMN yang juga merupakan tetangganya. Arya sendiri memanggilnya Papi atas permintaan pria paruh baya tersebut.
Selain memiliki perkebunan strawberry, kebetulan tetangganya itu memiliki usaha tambak lele kecil-kecilan di halaman belakang rumahnya yang luas. Arya sendiri memang jarang berada di rumahnya yang di Bandung karena lebih sering keliling kota untuk memantau bisnis restaurantnya. Namun ketika Papi menawarinya untuk berinvestasi pada usaha tambak lelenya, tanpa berpikir panjang Arya pun menerima tawaran tersebut sehingga secara teknis, lele-lele itu juga sebagian adalah miliknya.
Namun siapa sangka, hari di mana Arya yang akhirnya bisa melihat kondisi lele-lelenya karena sudah hampir tiga bulan tidak pulang ke Bandung itu justru membuatnya bertemu seorang perempuan cantik yang tidak ia ketahui namanya.
Arya tahu jika si Papi tetangganya itu memiliki seorang anak perempuan bernama Nadira yang usianya mungkin hanya beberapa tahun di bawahnya. Meski Arya sendiri hanya pernah beberapa kali berjumpa dan menyapa singkat saja.
Arya sendiri baru saja mendapat info dari orang rumahnya jika Nadira akan bertunangan hari ini yang membuat kediaman tetangganya itu lebih ramai dari biasanya. Ibunya bahkan hadir sebagai undangan sedangkan Arya yang memang baru saja tiba semalam memutuskan absen dan memilih bersantai di tepi kolam lele menggunakan kaos polos dan celana selutut lengkap dengan sebuah topi yang dibalik ke belakang.
"Kemarin baru aja selesai dikuras A' kolamnya, tapi alhamdulillah kali ini nggak banyak yang mati kayak waktu itu," ujar Ujang, salah satu orang yang bekerja mengurus kolam lele.
Arya mengangguk mendengar penjelasan lelaki berkaos oranye di hadapannya itu. "Tapi ini kayaknya airnya kedikitan, ya? Apa emang biasa segini?" tanya Arya sambil memperhatikan kolam yang dipenuhi ikan tersebut.
"Kalau mau ditambah lagi juga boleh, A', nanti saya tambahin airnya." Lelaki itu bersiap untuk pergi ke arah keran di mana ada sebuah selang panjang terhubung. Namun Arya dengan cepat mencegah langkah kakinya.
"Kamu tolong ambil makanannya aja, Jang, ini nanti saya yang tambahin airnya. Langsung dari selang itu aja, kan?"
"Iya, A' Arya. Kalau gitu punten saya ke gudang dulu ambilin makanannya." Lelaki bernama Ujang itu pun meninggalkan Arya sendirian di pinggir kolam.
Lelaki yang memiliki tato kecil-kecil di lengan dalamnya itu pun beranjak mengambil selang air dan mengarahkannya ke dalam kolam. Air mengucur ke dalamnya. Aneh sekali, padahal hanya hal sederhana tetapi Arya begitu menikmati kegiatannya saat ini. Saking fokusnya, Arya tidak menyadari ada seorang perempuan yang berjalan di sisi kolam.
Arya baru sadar akan kehadiran perempuan itu karena mencium samar aroma perfume yang digunakannya menyapa indra penciuman Arya. Tanpa sengaja, mereka pun saling bertukar tatap dalam sepersekian detik.
"Permisi, ya," ucap perempuan itu sambil melempar senyuman canggung.
Sebelum tersenyum, perempuan cantik itu menguarkan aura tidak ramah dan ketus. Namun saat tersenyum, meski berupa senyum canggung, perempuan itu terlihat sangat-sangat cantik. Arya tidak bisa bohong kalau untuk beberapa detik, dirinya bahkan lupa cara bernapas.
Setelah tersadar, Arya pun dengan cepat menganggukkan kepalanya dan membalas senyum perempuan itu. "Mangga, Teh," jawabnya lembut. Bukan dengan nada yang dibuat-buat, tetapi memang Arya memiliki suara dan tone yang lembut ketika bicara pada siapapun.
Meski tanpa sadar, jawaban lembut Arya tadi juga membuat perempuan cantik itu berdesir karenanya.
Singkat. Arya pikir pertemuan dan interaksi mereka hanya akan sampai di sana. Tetapi takdir mau bermain-main dengan hati Arya dengan membuat insiden seperti adegan di dalam FTV pagi di salah satu channel televisi swasta. Iya, perempuan cantik itu terpeleset dan ajaibnya Arya bisa dengan sigap menangkap pinggangnya hingga perempuan itu tidak tercebur ke kolam berisikan ratusan ikan lele.
Pertemuan itu sangat singkat. Meski Arya berhasil membuat perempuan ituterpesona dan berdebar sesaat, sayangnya Arya tidak lebih dari 'penjaga kolamlele tampan' di benak perempuan yang tidak lain adalah Anya tersebut. Sedangkanbagi Arya, pertemuannya dengan Anya membekas di dalam memorinya untuk waktuyang cukup lama.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro