Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Get back together

Kalo cerita ini dibukukan, sapa yang mau? Cung tangan say

Happy reading
.
.
.

Andara dan Mia sedang duduk bersama di sebuah resto kekinian yang Instagramable. Sepulang dari kuliah, mereka mengistirahatkan sejenak otak mereka di sini.

Memesan secangkir red Velvet dan spaghetti iblis. Jangan ditanya lagi bagaimana pedasnya. Gila aja kalau kalian ngerasa betah banget pedasnya.

"Ra, kenapa ini pedas banget sih ... kata lo ini manis? manis pala lo peyang" Andara tertawa terbahak-bahak melihat wajah Mia yang sudah memerah.

Andara kembali menikmati spaghetti itu bersama dengan red Velvet yang manis. Rasa pedasnya hilang seketika, berganti dengan rasa manis dari red Velvet.

Dua orang anak lelaki datang menghampiri Andara. Wajah keduanya mirip sekali, membuat Andara bingung membedakan keduanya.

"Kalian ganteng banget sih, Mama kalian dimana?" Andara mengusap pipi kedua bocah lelaki itu, mereka hanya tersenyum dan menunjuk kearah Shaenette yang sedang berjalan bersama seorang lelaki berbaju doreng.

"She's my Mom and he's my Dad" jelas salah satu dari mereka berdua, "I'm Neano, and my brother Keano, and you?"

"Andara, can you call me aunty" mereka berdua tersenyum kepada Andara.

Mia bahkan menghentikan aksi kepedasannya, saat melihat Shaenette datang bersama suaminya. Dia bahkan mengira, jika Shaenette belum menikah.

"Ini suami chef? beneran nggak tipu-tipu?" Andara bahkan sudah melotot kearah Mia yang terlalu frontal untuk bertanya.

"Mia mulut lo!" Geram Andara, "maaf chef, maaf Pak, dia emang nggak punya rem mulutnya"

Shaenette dan suaminya tertawa, lalu mempersilahkan keduanya duduk kembali. Sedangkan suami Shaenette harus undur diri.

Andara memperhatikan interaksi kedua bocah lelaki dengan Ayah mereka, saat Ayah mereka harus kembali bekerja. Bahkan Andara jadi teringat dengan Abangnya yang kini belum juga pulang dan belum ada kabar.

Ingin bertanya, tetapi dia ragu. Lebih tepatnya takut, iya jika kenal, jika tidak kenal kan di sangkanya Andara suka mengada-ada. Padahal dia berkata jujur.

"Maaf Pak, boleh saya bertanya?" Lelaki itu mengangguk, Andara mengeja dalam hati dengan teliti nama yang tertera di pin seragam khas seorang tentara itu.

"Apa Pak Billal, mengenal Abang saya? namanya Nugie Mahesa?" Andara juga menunjukkan foto dirinya dan Nugie yang sedang berfoto bersama, "ini sebelum Abang saya berangkat tugas"

"Ya, saya kenal, Ada apa?" tanya balik Billal.

Buset deh, kilat bener kalau jawab. Selow kali Bapak. Batin Andara.

"Abang saya tidak ada kabarnya selama satu minggu ini, Mama saya sangat khawatir" Andara teringat akan Mamanya yang sering gelisah beberapa hari ini, karena nomor Nugie tidak bisa di hubungi.

"Nanti akan saya kasih tahu dia, tapi memang sepertinya akan sulit untuk dihubungi, karena keadaan disana" Andara mengangguk memgerti, mungkin memang seperti ini tugas mereka.

***

Andara benar-benar di batas ambang kesabaran yang menipis. Kenapa Rendy harus muncul di depannya dengan wajah yang benar-benar menyebalkan. Ah ralat, Rendy memang menyebalkan dari awal.

Dia bahkan menyuruh Andara cepat berganti pakaian, karena ibunya sudah menunggu di rumah. Andara hanya memperhatikan Mamanya yang mengangguk.

Fix, Andara benci hari ini. Andara benar-benar membenci Rendy. Lihat saja, suatu hari nanti, dia akan mendepak Rendy dari lingkungan keluarga ini, sesuai keinginan Papanya. Dan dia akan bersama dengan chef Aiden.

Eh Aiden? membayangkannya saja sudah bisa membuat senyumam di bibir Andara terbit. Dia bahkan selalu berharap agar Aiden benar-benar menjadi kekasihnya.

Halu lo tingkat dewa banget si Ra. Batinnya mengejek.

Andara mengabaikan Rendy yang menyetir, dia kembali mencari data diri tentang seorang Aiden Luwiston. Laki-laki baik yang pernah mengantarkan dirinya pulang ke rumah.

Andaikan perkataan Aiden kapan hari itu benar, dia samgat berharap Aiden datang ke rumahnya kembali, sebagai seorang pacar, tunangan atau calon suami kalau bisa. Kembali berharap, hanya itu yang bisa Andara lakukan.

Siapa tahu Tuhan mendengar doa dan kehaluannya, jadinya Andara bisa bersanding dengan Aiden suatu hari nanti.

Rendy mengambil paksa hape Andara, dia benar-benar tidak suka di cuekan seperti ini. Sedari perjalanan sampai ke rumahnya, Andara hanya memandang hapenya, tanpa mempedulikan Rendy.

"Bisa gak sih, kamu nggak main hape?" Andara memandang Rendy malas, emangnya dia nggak pernah ngaca ya?.

"Kita udah putus betewe. Jadi jangan pernah urusin kehidupan gue lagi, balikin hape gue!"

"Kita nggak putus, karena Mama ingin kamu tetap sama aku!"

Semvak Mimi Peri!

Andara diam, dia memilih keluar dari mobil dan membanting pintu mobil Rendy sampai berbunyi keras.

"Heiy nanti rusak mobil mahal aku"

"Bodo. Ganti sama angkot sana yang murah!"

Andara menghentakkan kakinya, lalu masuk ke dalam rumah Rendy, mengabaikan hapenya yang masih dalam genggaman tangan Rendy.

"Dasar bocah!"

"Dasar Pak Tua!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro