Chapter 14
Caster keluar dari markas agak tergesa-gesa. Pintu mobil bahkan setengah terbanting saat dia masuk ke dalam. Mata Agatha melebar untuk sesaat, dia tidak berani bahkan setelah mobil telah berjalan. Sementara wanita itu belum tahu akan ke mana mereka.
Wanita itu lalu melirik ke benda yang juga dibawa Caster. Salah satunya adalah dokumen dalam map tipis, satunya lagi berupa perangkat elektronik yang baru dilihat Agatha.
"Benda apa itu?" tanya Agatha gugup.
"Tugasmu di misi ini cukup mudah." Masih menatap jalanan, Caster memberikan alat itu. "Ini pelacak senjata. Jared membawa senjataku, dan alat ini akan memberitahu kita lokasinya."
Dia lanjut memberikan instruksi bagaimana cara menggunakannya, saat alat itu menyala, di layarnya muncul deretan angka yang kemudian Caster jelaskan sebagai nomor seri dari senjata milik kepolisian. Jadi pria itu memberikan nomor serinya.
"Sekarang kita hanya akan menunggu."
Agatha mulai sedikit mengerti. Namun, dia masih memiliki pertanyaan di kepalanya. Terutama tentang suara Caster yang menjadi kaku dan wajah agak menegang.
"Jadi kita mau ke mana?" tanya Agatha
"Asylum."
Agatha melanjutkan, "mau apa kita ke sana?"
Caster mengangkat map itu, lantas memberikannya pada Agatha. Awalnya dia sama sekali tidak mengerti sampai Caster menjelaskannya. "Itu hasil forensik, dari sidik jari salah satu senjata pembunuhan."
"Sidik jari? Apa ini berarti kita bisa mengetahui siapa Nemesis sebenarnya?"
Caster tidak langsung menjawab. Melainkan menepikan mobil, dan meneguk ludah sebelum berbicara. "Itu milik Kyle Screen."
"Kyle ... maksudmu ...?" Agatha terkesiap, perlahan mengangkat kepala dan menatap Caster. Nampak tangan pria itu mengeras di kemudi, dengan mata yang menajam lurus.
"Ya, Kyle Screen," ucap Caster dingin.
***
Seluruh kursi penuh, orang-orang juga tak menutup mulutnya, tetapi entah mengapa semuanya terasa senyap di dalam kepala Caster. Pria itu duduk, tak melakukan apapun, bahkan berbicara kepada siapapun selama hampir lima belas menit lamanya.
"Caster ...."
Sampai seseorang menepuk pundaknya. Dia lantas berbalik cepat, dan menemukan salah satu rekannya di kepolisian. "Gerald, tidak kusangka kau akan kemari."
"Bagaimana kabarmu?"
"Yah, kuharap aku akan baik-baik saja." Caster sebenarnya akan mengatakan kalau dia tidak sehat sekarang, tetapi jawaban itu sepertinya lebih pasif-agresif, cukup menjadi penanda bagi Gerald kalau kantung mata tebal yang tengah melengket di wajah Caster tidak sedang bercanda. Pria itu kelelahan.
Lalu seseorang dengan jas rapi berbicara di depan. Meminta agar semua orang tenang karena hakim persidangan akan membacakan hasil sidang. Dari tempatnya menyaksikan, Caster memperhatikan dengan jelas.
"Kyle Screen, di mohon berdiri." Pria yang sendiri duduk paling depan mengikuti perintah. Dia berdiri dengan tenang, menatap lurus ke depan seakan semua memang baik-baik saja.
Hakim membacakan semuanya dengan perlahan. "Berdasarkan hasil penilaian yuridis, setelah menimbang dan seterusnya, mengingat dan seterusnya, memutuskan, menetapkan, terdakwa dengan ini dinyatakan tidak bersalah ...."
Teriakan seketika mengisi, hampir semua orang berdiri dan melontarkan amukan mereka. Caster ikut berdiri, tetapi dia hanya terpaku di sana.
Hakim masih melanjutkan. " ... ditambahkan dengan hasil penilaian kesehatan dan psikis, terdakwa dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan, sehingga setiap perbuatannya dilakukan secara tidak sengaja, dan dengan ini akan diserahkan dan menjadi tanggung jawab penuh pada penjara kejiwaan ...."
Hingga palu dibunyikan sebanyak tiga kali. Caster merasakan rahangnya jatuh saat orang-orang di hadapannya meninggalkan tempat masing-masing. Hakim itu, para juri, tak terkecuali pria bernama Kyle Screen tersebut.
Caster berteriak, berusaha melompati pembatas di hadapannya, tetapi pundaknya segera ditarik sebelum dia dapat melakukan apapun.
"Kau membunuh mereka! Kau membunuh putraku! Kau membunuh istriku! Kembalikan keluargaku!" Pria itu meronta, terisak dengan suara yang bergetar hebat. Namun, Kyle sama sekali tidak berbalik, bahkan tidak ada yang berbalik di depan sana untuk melihat Caster.
Seluruh tubuhnya seakan jatuh sekarang. Di saat dia berpikir keadilan akhirnya akan tiba, dan ternyata semua hanya berakhir tidak sesuai keinginannya. Caster hanya berharap, saat itu dia tidak diam, dan membunuh Kyle setelah dia menembak keluarganya.
***
Caster dan Agatha disambut seorang petugas keamanan yang meminta mereka untuk pergi karena waktu berkunjung sudah selesai. Setelah menjelaskan maksud kedatangan, keduanya bergerak lurus, dan berhenti kembali saat seseorang menahannya dengan kalimat yang sama. Mudah untuk dipastikan kalau dia adalah salah satu psikiater yang bekerja di sini, sementara itu Agatha juga mengenalinya. Dia pernah melihatnya di kantor polisi.
"Jam besuk sudah selesai berjam-jam yang lalu."
"Kami dari departemen kepolisian," ujar Caster menunjukkan lencananya, psikiater tersebut seketika melebarkan matanya.
"Apa kau polisi yang bertanggung jawab untuk Nemesis?" tanya pria itu, Caster dan Agatha saling menatap singkat, lalu mengangguk bersamaan. "Namaku Michael, aku yang ditugaskan untuk menangani Nemesis selama dua tahun ini."
"Kerja yang bagus," kata Caster. "Hanya saja, kami kemari untuk berbicara dengan Kyle Screen."
"Apa itu ada hubungannya dengan kasus ini?"
"Dengar, aku tidak terlalu suka basa-basi di saat-saat seperti ini, jadi kumohon bantu aku."
Michael menggaruk tengkuknya, melirik gugup ke sembarang arah. "Yah ... masalahnya dia tidak bisa diajak bicara sekarang."
"Aku memaksa." Suara Caster meninggi, dan berhasil menarik perhatian beberapa petugas yang masih terjaga. Berpikir keributan akan terjadi, beberapa orang mulai memperhatikan dari jauh, sampai Michael membawa keduanya pergi sekaligus memberikan tanda kalau semuanya akan baik-baik saja.
Awalnya Caster berpikir akan diantar ke sebuah sel atau ruang isolasi, tetapi kemudian mendapati mereka tiba di sebuah kamar yang tidak jauh berbeda dari rumah sakit biasa. Semuanya terjelaskan begitu dia masuk.
"Sudah kubilang dia tidak bisa diajak bicara sekarang."
Mereka berdua hanya bisa tertegun saat melihat Kyle. Pria itu tengah tertidur di atas kasurnya, terbaring lemah dengan pakaian serba biru dan selimut hangat, ditambah dengan selang infus dan oksigen, serta monitor EKG yang terus berbunyi di sampingnya. Di kepala Kyle juga terpasang beberapa benda-benda lainnya yang tidak Caster ketahui namanya.
Agatha maju untuk memperhatikan lebih dekat. Tubuhnya begitu kurus dengan wajah hampir seputih salju. "Apa yang terjadi padanya?"
"Sebulan lalu di jam makan siang, dia terjatuh begitu saja. Seorang dokter mendiagnosanya, dan menemukan sebuah tumor bersarang di kepalanya," jelas Michael.
"Bukankah harusnya dia berada di rumah sakit sungguhan sekarang? Bukannya di penjara kejiwaan?" lanjut Agatha.
"Memang, tetapi kami belum mendapatkan seluruh perizinan pemindahannya. Kantor polisi, pengadilan, rumah sakit, dan sebagainya. Sulit untuk langsung membawanya ke rumah sakit karena dia ditahan di sini karena Kyle melakukan kejahatan."
Penjelasan Michael masih berlanjut tanpa dia sadari Caster di belakangnya berusaha memalingkan wajah. Namun, berubah dengan cepat saat Michael akhirnya menoleh. "Apa yang ingin kau katakan padanya, detektif?"
Tatapan Caster kembali berubah datar seakan sebelumnya tak terjadi apa-apa. "Bagaimana Kyle selama di asylum?"
"Selama di sini? Aku tidak terlalu tahu karena dia bukan pasienku. Namun, aku pernah membaca catatannya, dan hasil menunjukan Kyle mengidap skizofrenia. Itu masuk akal dengan tumor otak yang dia miliki."
Caster menyilangkan tangannya ke dada. Memperhatikan pria itu sekali lagi di brankar, sebelum akhirnya pergi. Di luar asylum, Agatha langsung bertanya. "Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa sidik jari Kyle ditemukan di senjata pembunuhan, sedangkan dia terbaring lemah di tempat itu?"
"Aku juga sama tidak mengertinya," ucap Caster saat masuk ke dalam mobil. "Namun, bukti tetaplah bukti. Aku akan kembali saat dia terbangun."
"Tapi apa ini memang berarti Kyle adalah salah satu dari tiga Nemesis yang kau maksud?"
Caster menoleh, matanya masih menyorot datar tanpa ekspresi yang benar-benar jelas. Agatha sungguh tidak tenang melihatnya seperti itu. Dia menemukannya sudah membuka mulut sebelum sesuatu seperti alarm berbunyi dengan kuat.
Agatha mengambilnya. Itu alat pelacak tadi. Layar menunjukkan satu titik, senjata Caster sudah ditemukan. Bingo.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro