Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01 "Orang nyasar"

Bismillah, part pertama.
-----

Prilly PoV

You have a new message whatsapp

+62 8---------
Hay

Gue mengerutkan dahi, "siapa nih? Profilnya kosong melompong gini, nama gak ada, fotonya juga gak ada." Gumam gue.

Me
Siapa? ✅✅

+62 8----------

Siapa?

Me
Iya saya tanya siapa? ✅✅

+62 8----------

Iya saya tanya siapa?

Read

"Apaan sih ni orang, ditanya malah balik nanya...."

Dengan kesal, tanpa berniat membalas lagi gue blokir nomer yang enggak gue kenal itu. Parah emang, zaman sekarang suka aja ada orang yang tiba-tiba nyasar. Bukan sekali dua kali gue dapet nomer nyasar gini di akun whatsapp gue, resiko orang cantik mah gini kali yah. Banyak yang neror, ehh tapi takut juga kali diteror.

+62 8---------- is calling

Nah nah siapa lagi coba ini? Tanpa banyak bicara, gue langsung angkat karena penasaran.

"Assalamu'alaikum, hallo?"

"...."

"Siapa ini?"

Tuhkan udah nomer nyasar lagi ini, pasaran kali yah nomer gue.

"Hallo? Ini siapa sih, gue tutup yah kalau diem terus...," gerutu gue. Saat sambungan telepon berwarna merah hampir gue sentuh dengan jari jempol gue, eh ada sesuatu yang gue denger.

"Wa'alaikumsalam." nah ini orang nyaut. Wait.

Bentar-bentar, ini suaranya rada-rada kenal nih.

"Siapa nih? Dapet nomer gue dari mana? Mau neror orang cantik yah lo? Gak usah iseng-iseng kaya gini! Ganggu tau gak!? Cepet elah ngomong, lo siapa?" cerocos gue gak tahan sama ini orang.

Gue denger suara kekehan dari sana, membuat kerutan di dahi gue.

"Heh malah ketawa lagi," fiks gue kesel sama ini orang.

"Prilly?"

Heh dia tau nama gue? Emang terkenal banget sih gue.

"Iya, ini siapa sih?" untuk kesekian kalinya gue nanya ini, kesel banget dah.

"Mana bisa gue jawab, orang dari tadi lo nyerocos aja...."

Tuhkan bener nih, suaranya emang rada gak asing. Tapi siapa?

Gue mendengus kesal, "yaudah siape?"

"Tebak dulu! Baru gue kasih tau kalau lo gak tau...."

Tuhkan nyebelin banget ini orang.

"Yaudah sih tinggal bilang lo siapa, gak usah tebak-tebakkan. Gak lagi maen game juga, oh atau lo mau prank gue yah? Lo youtubers?" tanya gue rada ngaur.

Lagi-lagi orang yang gue yakini dia cowo dari suara serak-serak basahnya itu kembali terkekeh geli, Ya Tuhan cobaan apa ini?

"emang susah yah kalau ngomong sama cewe sensian kaya lo, niatnya mau becanda jadi kena marahlah, cerocosan yang panjang, dan yang lainnya...."

Ini orang maunya apa sih, gusti?

"Gue baru chat aja langsung diblok," lanjutnya.

Wait, wait, wait!  Diblok? Kapan gue ngeblok orang? Perasaan udah lama gak ngeblok, yah baru ngeblok lagi tadi sih sama orang nyasar. Eh? Jangan-jangan?

"Oh jadi lo yang tadi chat gue? Yang gak jelas itu, lo tuh siapa sih? Rese banget deh...."

Anjir, ini kapan gue tau namanya sih?

Untuk ketiga kalinya dia kembali terkekeh geli, atau ngetawain gue kali? Parah sih, kalau iya.

"Gue Ali?"

What? Siapa katanya? Ali? Pantesan rese, gila parah. Tapi kok, nomernya gue gak kenal. Perasaan nih yah gue udah nyimpen nomer dia, yah bukan apa-apa. Gue emang nyimpen semua nomer temen sekelas gue, termasuk si Ali Baba itu.

"Ali? Pantesan resenya gak ketulungan, mau apa lo? Mau ngajak perang? Gak cukup apa setiap hari selalu aja lo gangguin gue di sekolah, sekarang di rumah? Lo juga mau ngajakin gue perang lagi?"

Yah jadi tuh gue sama Ali di kelas kerjaannya berantem mulu, lebih sering alesannya karena debat dari hal spele. Tapi anehnya tuh kenapa ketika pembagian kelompok gue harus sama dia terus, dengan cara apapun sistem pembagiannya. Gue selalu satu kelompok sama dia, rese bangetkan. Mana gak boleh pindah kelompok lagi. Yah itu tuh, karena keseringan satu kelompok. Tapi selalu beda pemikiran, jadi mulailah perdebatan diantara kita.

"Yaelah negatif mulu pikirannya, enggaklah gue gak lagi pingin berantem sama lo."

"Astagfirullah, ampuni hamba yang selalu berbuat dosa ini."

"Lo mah emang udah banyak dosanya Prill," ujarnya yang disertai kekehan gelinya lagi.

"Duh udah yah gue males debat, sebenernya lo tuh mau apa telepon gue?"

"Yah pingin aja sih."

Heh, gak jelas banget sih.

Gue hembuskan napas gue perlahan, "lo ganti nomer?" dari pada gak jelas ini obrolan, yaudah mending gue isi dengan pertanyaan yang udah pingin gue tanyain dari tadi.

"Enggak."

"Terus?"

"Yah sengaja beli dulu, buat ngerjain lo sih niatnya. Eh malah udah diblok aja, terus gue beli lagi deh buat telepon lo. Hehe...."

Gue memutarkan bola mata dengan jengah, seniat itu mau ngerjain gue? Emang sih tuh si Ali rada-rada orangnya, tapi dia gitu cuma sama gue? Apa coba salah gue?

"Seniat itu lo mau ngerjain gue?"

"Kan demi mak lampir dihati gue...."

Gak tau kenapa si Ali selalu panggil gue Mak Lampir dihatinya, apaan coba? Anehkan? Emang sih dia mah udah aneh dari sononya. Jadi tuh dia selalu manggil gue berbeda dari yang lain. Saat yang lain manggil gue Prilly, dia akan manggi gue Illy. Saat yang lain manggil gue Prill, dia akan manggil gue Pri Cantik. Nah karena semua keanehan yang dia kasih buat gue, jadilah kata 'cie-cie' muncul dari mulut teman-teman gue. Gilakan emang temen gue semua. Dan untuk Mak Lampir, itu akan keluar saat benar-benar adanya pertengkaran.

"Terserah, asal lo bahagia aja deh...."

"Cie pingin gue bahagia yah? Ohh co cweet...."

Lah salah ngomong gue, diakan orangnya gr-an.

"Heh lo tuh gak jelas banget sih, lo udah ambil waktu gue 15 menit yang sangat berharga cuma buat kegajean lo itu."

"Ya maaf, ehh btw tugas kelompok kita udah jadi?"

"Udeh."

"Bagus deh kalau udah, emang gak salah sih gue selalu satu kelompok sama lo. Berguna juga lo, thanks."

"Heh, yaiyalah gue berguna. Emangnya lo, susah kalau disuruh."

"Iya deh yang pinter mah bebas, yaudah deh gue tutup dulu. Bye Pri Cantik...."

Tut... Tut... Tut

Setelah sambungan telepon mati mendadak, gue langsung berniat menuju alam mimpi. Karena emang ini udah malem banget, dan si Ali itu benar-benar gak ada kerjaan.

-----

Author PoV

Matahari mulai menampakkan dirinya dari sebelah Timur, cahayanya yang terang memasuki sela-sela jendela disetiap rumah. Wajah cantik seorang anak SMA mengerejapkan matanya saat merasa hari mulai pagi, mengubah posisinya menjadi duduk untuk mengumpulkan nyawanya.

"Engghh," dengkuran napasnya terdengar kasar.

Beranjak dari kasur empuknya untuk menyegarkan tubuhnya. Hanya sekitar dua puluh menit, dia sudah menyelesaikan mandi paginya.

"Sayang, ayo sarapan dulu!" Ajeng sang Umi memanggilnya.

"Iya Mi, bentar lagi...," seru Prilly sang anak.

Prilly tersenyum pada cermin yang memantulkan gambar dirinya, saat merasa semuanya selesai. Sedikit membenarkan kerudung putihnya, kemudian mengambil tas sekolahnya dan pergi menuju ruang makan.

"Selamat pagi Abi, Umi, Adekku juga." Sapa Prilly pada semua keluarganya, tanpa banyak bicara mereka memulai sarapan paginya.

Prilly Pramesti Gavin, anak pertama dari keluarga Gavin. Mempunyai adik perempuan yang terpaut enam tahun dengan dirinya, yang diberi nama Azzahra Pramesti Gavin. Keluarganya bisa dikatakan terpandang, mereka sangat taat dengan peraturan agama. Sekalipun kadang putri-putrinya sedikit melanggar larangan yang sudah diterapkan dalam agama, maupun keluarganya. Ardian sang ayah yang sering Prilly sebut dengan panggilan Abi, dia adalah sosok ayah yang sangat keras. Dia tidak suka jika anak-anaknya tidak teratur, maka sedari kecil mereka mendidik dengan banyak aturan. Tapi meski begitu, Prilly sama sekali tidak terkekang. Bahkan dia sangat bersyukur memiliki keluarganya yang menjujung tinggi apa itu peraturan, karena itu membuatnya selalu sadar jika dia melakukan kesalahan.

Prilly menghelakan napasnya, saat kelas masih terlihat kosong. Lagi-lagi dia selalu yang pertama datang, duduk sendiri sampai kelas menjadi ramai. Itu adalah kebiasaan paginya.

Prilly mengusap jilbabnya, saat merasa hembusan angin menerpanya. Sedikit berpikir, angin ini tidak biasa. Lagi-lagi angin itu membuat Prilly celingukan, membuatnya sedikit merasa takut. Tidak biasanya seperti ini, pikirnya.

Saat Prilly membalikkan badannya yang masih berdiri tepat pada pintu kelas, seseorang mengagetkannya dengan wajah yang sangat dekat dengannya. "Aaaaa...," pekik Prilly.

Suara tawa menggelegar pada lorong sekolah, membuat Prilly semakin menatapnya kesal. "Lo tuh apa-apaan sih, gak lucu."

Ali, pria yang menjadi teman debat Prilly. Tawanya mulai berhenti, menstabilkan napasnya yang masih tersenggal-senggal. "Haha, lo takut yah?"

"Lo tuh pagi-pagi udah bikin masalah aja sih, bisa gak sih lo tuh diem sehari. Gak usah gangguin gue terus, lo tuh dah tau kalau gue penakut...," teriak Prilly, matanya mulai berkaca-kaca.

"Sorry, gue bercanda Prill."

Prilly menghapus air matanya yang menetes dengan kasar, "gak lucu tau gak."

Prilly melangkahkan kakinya menuju bangku kesayangannya. Duduk manis pada kursinya, saat dirasa teman-temannya mulai berdatangan.

Wajahnya tidak bisa menyembunyikan mood-nya yang sudah hancur dipagi hari, dan itu semua karena Ali teman debatnya. Membuat teman di depannya menatap heran, saat merasa mata Prilly berkaca-kaca.

"Lo kenapa? Sakit?" tanyanya yang mendapat gelengan dari Prilly.

"Eh Prill lo nangis?" ujar Liham teman Prilly yang sedikit lemes.

"Wah loh kenapa pagi-pagi nangis?" dan alhasil, di kelas menjadi heboh gara-gara mulut lemesnya Liham.

"Biasanya nih yah, dia kalau nangis paling sama Ali. Tapi masa iya pagi-pagi gini, Ali udah bikin onar sama lo?" ujar Liham dengan lagi-lagi mulutnya tidak bisa dikontrol.

"Gue gak apa-apa."

"Li lo apain dia pagi-pagi gini?" tanya Liham asal.

"Gue cuma bercanda, elah...," jawaban Ali membuat Liham dan teman-temannya melongo.

"Tuhkan bener sama si Ali ini mah, wah parah banget sih lo Li...."

Kelasnya semakin bising dengan obrolan teman-teman Prilly, banyak sekali yang membicarakan dirinya. Dan itu bahkan di depan matanya.

"Suka itu mah sama lo Prill."

"Cie-cie...."

"Dasar modus lo, Li. Bisa aee caranya, ajarin dong!"

"Minta maaf sono Li!"

"Fiks, ini mah lo suka sama Prilly."

Begitulah kira-kira ujaran mereka yang terdengar jahat ditelinga Prilly, membuat mood Prilly semakin hancur dipagi ini.

Tak lama kemudian terdengar suara bel masuk, diikuti guru yang memasuki ruang kelas XI-IPA2. Aneh bukan, baru saja bel berbunyi tapi sudah ada guru yang masuk ke dalam kelas. Memang guru yang bernama Sarah itu sangat tepat waktu, sebelum bel berbunyi dia sudah on the way menuju kelas. Jadi beginilah, saat bel berbunyi dia sudah ada di dalam kelas.

Prilly PoV

Setelah banyaknya ucapan pembukaan dan tidak lupa ucapan salamnya, Bu Sarah menyuruh kami untuk duduk berkelompok. Dan lagi-lagi gue harus duduk bareng Ali, karena dalam pelajaran Indonesia ini hanya dua orang dalam satu kelompok.

Emang dasar, udah nasib sial gue tuh kalau sama Ali. Bukan apa-apa, masalahnya dia tuh rada susah diajak kerja samakan? Tau sendiri pemikiran kita beda, dan lagi mood gue semakin ancur denger 'cie-cie' dari teman-teman gila gue. Dan gue selalu mencoba bodo amat.

-----
Cianjur, 17 Agustus 2019
Ig : @mahilastory

Warning : Pict cuma pemanis, dan itu pict asli. Sedikit aku edit dibagian pesan 'Siapa?' karena aslinya pesannya udah dihapus, alhasil aku edit. Tapi itu asli chatnya, ingat pict hanya pemanis!

A/n : Gimana nih cerita barunya? Semoga suka dengan cerita baruku 😉 terimakasih sudah membaca 😘

Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, coment, saran dan kritik diterima.
Jika typo boleh dibenarkan dalam komentar, selamat menunggu part selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro