CHASING HAPPINESS - 9
Repub tanpa edit 20/7/20
16/9/20
9/11/20
10/1/21
"Kenapa Niel?" ucap wanita berambut panjang berwarna hitam legam, dengan bola mata yang besar, bibir mungil, alis yang tercetak sempurna sehingga dia terlihat seperti barbie.
"Aku...perlu pergi sekarang, Bell."
"Apa itu lebih penting dari aku? Aku lagi sakit, Niel, kamu gak bisa stay sama aku dulu?"
Ucapnya manja sambil merengek. Dia tau Daniel tidak pernah bisa menolaknya jika seperti itu. Dia adalah kelemahan Daniel. Danielpun tidak bisa memungkiri dia butuh bertahun-tahun untuk berada di posisi ini dan perjuangannya tidak main-main untuk mendapatkan perempuan ini.
Dia akan berusaha untuk membuat Bella tidur secepat mungkin dan langsung pergi kerumah sakit.
Butuh waktu delapan jam untuknya agar bisa ke rumah sakit karena Bella sangat manja dan tidak bisa tidur.
Pukul sepuluh malam. Semoga dia tidak telat. Daniel berlari ke arah kamar yang tadi sudah di beritahu oleh Sera melalui pesan singkat.
Dia mengetuk pintu hanya untuk berbasa basi dan langsung membukanya.
Wanita itu disana memegang tangan kecil yang terbaring lemah dengan jarum infus di tangan kanannya serta alat bantu pernapasan di mulutnya.
Ata. Dia terlihat sangat lemah.
Daniel berjalan ke arah bankar.
"Ada apa ini?"
Sera menoleh. Matanya bengkak, masih ada sisa air mata di pipinya, hidungnya memerah. Dia terlihat lemah dan Daniel tak pernah melihatnya seperti ini. Well, kau tak pernah melihatnya lebih dari pada erangan dan desahan, Niel.
Wanita itu menghapus air matanya kasar.
"Kenapa kau disini?"
"Well, kamu tadi menelponku dan menyuruhku datang ke sini, so here i am."
"It was like eight hours ago. Tadi memang aku sangat membutuhkan darahmu, tapi sekarang tidak."
"Darah?"
"Bisa kau keluar? Aku tidak punya tenaga lebih untuk meladenimu." ucap Sera lemah. Tangannya masih setia menggenggam tangan mungil Ata.
"Ada ap..."
"Ra, aku bawakan makanan,"
Ucap seorang lelaki setelah membuka pintu "Oh, sorry ada tamu. Makan dulu, Ra" lelaki itu terus berbicara sambil menyiapkan makanan dan meletakkannya di meja dekat sofa bed lalu menuntun Sera untuk duduk di sana dan menyuruhnya makan lagi.
Daniel melihat itu semua dan merasa ada yang mengganjal di hatinya.
"Ra...eh maaf Pak Daniel ada yang bisa saya bantu?" seseorang membuka pintu lagi dan nampak terkejut melihat orang lain di ruangan dan tatapannya berubah menjadi tidak suka ketika melihat dirinya. Daniel tahu perempuan ini, dia sekertaris di perusahaan yang akan bekerja sama dengan dirinya.
Merasa tidak ada jawaban wanita itu melanjutkan "Kalau tidak ada kepentingan mari saya antarkan ke depan, Pak. Kami butuh istirahat disini."
Daniel merasa diusir dan dia memilih untuk keluar dari pintu itu. Sepanjang jalan menuju pintu rumah sakit dia merasa penasaran dan memilih untuk menanyakan kepada Gia.
"Ata kecelakaan ketika istirahat jam sekolah. Dia kabur memanjat tembok sekolah untuk jajan. Dia mengalami patah di kakinya dan juga kehilangan banyak darah. Darah Sera tidak cocok dengan Ata dna juga persediaan di rumah sakit untuk darahnya tidak ada sehingga dia menghubungi anda dan anda adalah harapan terakhir Sera. Tapi anda sepertinya anda sangat sibuk sehingga tidak memiliki waktu, untung tadi kakak saya bisa datang tepat waktu dan golongan darahnya cocok sehingga Ata bisa terselamatkan...."
Gia berceloteh panjang kali lembar kali tinggi menjelaskan semua serta Aga yang sekarang berada di rumahnya bersama kedua orang tuanya. Itu sedikit mengusiknya apa lagi setelah mengetahui bahwa Tara, lelaki yang berada di kamar rawat inap Ata tadi, adalah kakak Gia. Memang dimana kedua orang tua atau saudara-saudara Sera sehingga anaknya dititipkan ke orang lain?
Dia memilih tidak menyuarakan pemikirannya dan pergi dari tempat itu dengan rasa bersalah yang bergelayut di hatinya.
Revisi 14/8/19
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro