Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHASING HAPPINESS - 7

Repub tanpa edit 19/7/20
12/9/20
8/11/20
10/1/21

Setelah perdebatan alot melalui sms akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu pada hari sabtu pukul dua disalah satu tempat makan di Grand Indonesia.
Hari ini dia terlihat sangat santai. Kaos abu-abu, celana jeans biru pudar, keds berwarna mint serta tas furla metro hadiah ulang tahun dari Gia melengkapi penampilannya. Tanpa makeup berlebih, hanya lipstick dan rambut kuncir kuda.

Dia sudah duduk di salah satu meja yang terletak di ujung ruangan, cukup aman jika mereka ingin perang otot atau jika Sera lelah dan ingin mencampur minuman Daniel dengan sianida. Tidak ada kamera, jadi aman.

Sera melihat sosok itu. Mengenakan polo shirt navy, celana jeans hitam dan loafers senada.

Lelaki itu celingukan mencari seseorang dan Sera tak berniat untuk memanggilnya. Dia masih ingin menatap lelaki itu dan memastikan bahwa debaran yang dulu sudah tidak ada.

Sialnya debaran itu masih ada.

Tahun yang berlalu tampaknya tak membuat lelaki itu menua dan menjadi keriput seperti doanya selama ini tapi malah menjadikannya terlihat lebih matang dan siap untuk di santap.

Sial kuadrat!

Mata itu akhirnya menemukan matanya. Dia berjalan dan ketika sampai di mejanya dia langsung duduk di sebrang, memanggil pelayan untuk memesan minum.

Kopi hitam tanpa gula.

Masih sama.

Mata itu mengunci tatapannya. Sera mencari-cari setidaknya sedikit saja apakah ada pancaran kerinduan di mata itu.

Tidak. Tidak ada.

Ayolah, apa yang kau harapkan, Ra?

Ucapnya pada diri sendiri.

"Mereka anakku kan?"

Ucapan itu mengembalikan Sera dari lamunannya.

Sera terkekeh.

Lelaki ini dulu ngotot bahwa dia hamil anak lelaki lain dan sekarang dia ngotot bahwa si kembar adalah anaknya. Situ sehat, Pak?

"Is it matters? Anak siapapun mereka tidak ada hubungannya denganmu. Aku sudah menerima uangmu dan pergi dsri hidupmu. Ingat?"

"Seingatku, aku memberika uang untuk menggugurkan mereka."

Penolakan. Sera terkekeh lagi.

"Ya karena itu kita sudah tidak ada hubungannya lagi kan? Kau sudah membayarku untuk menggugurkan kandunganku. Consider it done."

Daniel mengeluarkan dua lembar kertas dari sakunya dan meletakkannya di meja.

Sera mengambil kedua kertas itu dan membacanya. Tes DNA dan hasilnya 99,99% cocok.

Sekali lagi lelaki itu menghancurkan hatinya. Dia tahu bahwa dulu dia menghargai tubuhnya sehingga sangat susah mempercayai dirinya. Well, dia juga tidak akan percaya jika ada seorang wanita murahan yang mengatakan dirinya dihamili olehmu dengan gampang bukan? Dia paham akan hal itu. Tetapi yang Sera tidak suka adalah memasukkan si kembar dalam hal ini.

"Tidak perlu repot-repot untuk tes DNA seharusnya," ucap Sera sembari mengembalikan kertas itu ke meja dengan gerakan yang anggun "aku tidak akan meminta apapun darimu. 20 juta dulu sudah lebih dari cukup. Aku tidak akan menghubungimu untuk hal apapun yang menyangkut mereka."

"Ah, jika kau tidak percaya kau bisa membuat surat perjanjian."

Sera menahan tangisnya. Tidak. Dia tidak boleh menangis.

Ketika Daniel akan mengeluarkan kata gawainya berbunyi dan dia segera mengangkatnya melihat caller id itu.

"Ya, Bell?"

"Tidak, aku tidak sibuk. Mau dijemput di mana?"

"Ok, be right there in 30 mins."

Ah 'Bell' lagi. Kata itu bagaikan alaram sejak dulu bagi Sera. Dia harus bersiap turun dari kendaraan out of nowhere dan menerima uang taksi jika mereka sedang dalam perjalanan atau siap di tinggalkan sendiri di hotel di tengah permainan mereka jika mereka sedang bersama. Kali ini pun sama. Dia akan di tinggalkan.

Daniel bersiap akan pergi ketika mendengar suara teriakan.

"Mamaaaaaaaaaa" teriakan Ata mengalihkan perhatian Sera. Bocah tengil itu berlari ke arahnya di ikuti Aga yang membawa tas mereka.

"Kok ke sini, sayang? Kan Mama bilang tunggu di sana aja."

"Ata laper, Ma." ucapnya sambil duduk dan mencomot minuman Sera dalam sekali tenggak hingga tandas.

"Aga, sini tasnya." Sera melihat Aga membawa tas yang berisi baju ganti si kembar, kotak p3k karena Ata sering jatuh, botol minum dan mainan.

"Gausah, Ma, berat. Aga aja yang bawa."

Sera tersenyum sambil mengelus sayang kepala Aga. Aga memang pengertian dan perhatian dengan caranya sendiri. Aga mengambil kursi untuk duduk di sebelah kiri Sera sedangkan Ata sudah duduk di sebelah kanannya.

Aga memanggil pramusaji dengan mengangkat tangannya. Begitu pelayan datang dia langsung memesan minuman dan makanan untuk dirinya dan Ata lalu menoleh kepada Sera untuk menanyakam pesanannya yang hanya di jawab dengan gelengan dan mengucapkam terimakasih ketika selesai memesan.

Daniel terpaku melihat interaksi mereka bertiga. Terlebih kepada Aga yang terlihat jauh lebih dewasa di bandingkam umurnya. Dia sangat menjaga Sera dan Ata.

Di sisi lain Ata terlihat sangat bebas dan sangat aktif bergerak kesana kemari.

Sedangkan Sera terlihat.......berbeda.
Tidak ada lagi dempulan tebal, lipstick merah menantang, tidak ada lagi pakaian kekurangan bahan. Raut mukanya terlihat jelas kelelahan tapi pancaran matanya berbinar ketika bersama si kembar. Berbeda jauh ketika mereka hanya berdua.

Sera terlihat sangat menikmati perannya sebagai ibu si kembar.

Mereka asyik bertiga hingga tak menyadari kehadirannya atau enggan menyadari keberadaannya.

Daniel berdeham hingga menarik perhatian Ata.

"Lho ada orang toh? Kirain patung habis diam aja dari tadi." ucapnya polos.

"Sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi kan pak? Saya dan anak-anak saya mau makan."

Sera mengusirnya sambil menekankan kata-kata 'anak-anak saya'.

Ah dia tidak berubah, masih tidak bisa berbasa-basi.

"Om gak ikut makan bareng?"

Daniel menatap bocah kecil yang sedari tadi lebih banyak diam.

"Gak, Sayang, Omnya sibuk. Ini sudah mau pergi." ucapnya sambil menata makanan yang sudah diantarkan oleh pramusaji.

"Ata, jangan dicomotin. Doa dulu ayo."

Mereka melipat tangan di ikuti dengan Sera yang mengucap syukur atas makanan dan kesehatan mereka serta berkat bagi mereka. Selesai berdoa Ata menunggu Sera mengambil makanan, lalu Aga lalu dia terakhir.

Sekali lagi Daniel merasa tak kasat mata.

Dia akhirnya bangkit dari kursinya dan berjalan keluar restoran.

Dia seharusnya merasa lega karena Sera tidak akan merecoki hubungannya dengan Bella yang akhirnya dia dapatkan setelah berjuang bertahun-tahun tapi dia justru merasa sesak.

Revisi 8/19



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro