Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHASING HAPPINESS - 6

Repub tanpa edit 17/7/20
11/9/20
8/11/20
10/1/21

Kamu tau rasanya jika melambungkan harapan dan terjatuh itu akan sakit? Apalagi ketika harapan itu tidak terucap dan hal yang kamu harapkan dalam setiap untaian doamu? Itu sakit asal kalian tahu saja. Ketika mulutmu dan otakmu sejalan dengan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja dan kamu tidak mengharapkan apapun dari siapapun tetapi hatimu mengatakan hal sebaliknya dan itu menghancurkanmu secara perlahan.

Dan apa kamu tahu hal terberat dari semua itu adalah memulihkan setiap kepingan yang sudah berceceran. Keping per keping. Serpihan per serpihan. Sama seperti kaca yang sudah pecah dan coba untuk di rekatkan tetapi bayangan yang terpantul dari kaca itu tidak akan sama lagi.

Minggu ke-dua setelah pertemuan anak-anak dengan ayah biologisnya. Daniel tidak pernah menghubunginya sedikitpun.

Apa yang kamu harapkan, Ra?

Tidak mungkin lelaki yang menyuruhmu menggugurkan kandunganmu akan berlari dan memeluk anak-anakmu begitu melihat mereka? Atau bahkan sekedar kata-kata yang tidak merendahkanmu saja dia tidak bisa lakukan.

Sera mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa, menolak hatinya yang merasa sakit setiap mengingat kejadian malam itu. Dia pikir dia tidak akan merasakan sakit yang lebih parah dari pada penolakan pada saat dirinya hamil, ternyata ketika dia melihat penolakan terhadap anak-anaknya dari ayah biologisnya hatinya kembali patah.

"Ra, you okay?" Ucap Gia. Rautnya terlihat khawatir. Gia Hapal tabiat sahabatnya ini. Dia tidak akan bercerita jika tidak ditanya. Wanita yang sudah berubah begitu banyak selama delapan tahun terakhir. Tidak ada lagi Sera yang akan memborong semua hal yang dilihatnya, tidak ada lagi Sera yang akan dengan cueknya flirting sana-sini, tidak ada lagi Sera dengan tatapan mata berbinar. Tatapan wanita itu selalu sendu meskipun dia tidak mengatakan apapun dan dia terlihat sangat kuat. Kamu tidak bisa apa-apa ketika keadaan yang memaksamu untuk menjadi kuat dan membuatmu harus merubah segalanya karena tidak ada pilihan lain selain itu.

"No, I'm not. Gue ketemu ayah biologisnya anak-anak."

"Really?! Di mana Ra?"

"Tiga minggu lalu disini dan dua minggu lalu di pesta ulang tahun kantor."

"Wait, wait. Gue pernah lihat orangnya?"

Sera mengangguk, "Daniel."

"WHAT?! Daniel as in Daniel Kertawiradja?!"

"Are you out of your mind, Gia?! Stop screaming!"

desis Sera ketika menyadari tatapan kepo sekretaris lain. Kalian tidak tahu betapa mengerikannya kecepatan gosip yang dapat disebarkan oleh para sekretaris ini. Mengerikan. Ralat, sangat mengerikan.

"Sorry," Ucapnya sambil menutup mulutnya "Dan lo ga pernah bilang hal ini ke gue?"

"Well, lo ga pernah nanya seinget gue."

Gia memutar bola matanya. Ya, ya. Dia yang salah karena tidak pernah menanyakan hal itu kepada Sera.

"Dia mengatakan apa?"

"Bisa kita bahas ini pada jam makan siang, Gia? Kamu tahu bahwa tembok punya telinga di sini."

"Lunch it is."

********

Sera menceritakan segalanya dari awal kepada Gia. Mulai dari masa lalunya sebagai 'pacar' para pria kaya untuk membiayai hidupnya, bertemu dengan Daniel, hamil dan penolakan itu. Cukup sampai di situ karena sisanya Gia sudah tahu.

Gia menggenggam tangan Sera ketika dia bercerita. Dia merasa gagal menjadi teman Sera karena tidak mengetahui sakitnya masa lalu wanita itu. Membayangkan dirinya di posisi Sera adalah hal terakhir yang dia pikirkan. Sendiri, hamil, di tolak, cibiran orang-orang, usahanya untuk menghidupi dirinya dan kedua anaknya.

Sera tidak menangis ketika menceritakan itu semua, tapi Gia menyadari tatapan mata itu semakin meredup terutama penolakan yang disiratkan oleh Daniel kepada anak-anaknya. Hanya Tuhan dan Sera yang tahu bagaimana sakitnya ucapan itu dan Gia memilih tidak mengatakan apapun karena dia tidak pernah berada di posisi itu sehingga dia memilih untuk mendengarkan.

Sera berhenti. Menandakan dia sudah selesai bercerita. Gia masih menggenggam tangannya. Sera merasakan sedikit kelegaan ketika dia dapat bercerita semuanya kepada seseorang.

"Apa dia sudah menghubungi lo setelah acara itu?"

Sera menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada yang perlu untuk di bicarakan, Gia. Gue rasa gue udah gak sanggup mendengar kata-kata yang lebih sakit lagi, apalagi kalau ditujukan untuk si kembar."

"Apa anak-anak tahu?"

Sera menggeleng lagi.

"Sudah cukup gue yang mendengar penolakan itu, Gi. Tidak dengan mereka, gue ga pengen mereka merasa tdak di inginkan oleh ayahnya. Cukup gue, Gia. Cukup gue."

"Anak-anak pernah bertanya soal Ayahnya?"

"Ya. Jawaban yang terlinta adalah ayahnya sudah meninggal." Sera meringis ketika mengatakan itu.

Gia menghembuskan nafasnya kasar. Dia merasa gagal menjadi sahabat.

"You should've told me, Ra. Ini terlalu berat untuk ditanggung sendiri."

"Gue kuat, Gia. Gue kuat selama poros dunia gue baik-baik saja. Selama anak-anak gue baik-baik saja."

Ya,selama mereka baik-baik saja.

Dering gawai Sera mengalihkan perhatiannya. Dia mengambil gawai itu dan melihat sms yang membuatnya menghembuskan napas kasar.

08135757XXXX

Kita perlu bicara. Cafe yang biasa pukul 7.

********
8/19

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro