CHASING HAPPINESS - 1
Rebup tanpa edit 13/7/20
4/12/20
2/1/21
Tidak sampai tamat di WP.
Harum masakan menguar dari ruangan itu. Seorang wanita masih sibuk dengan pisau, talenan dan berbagai macam bahan masakan lain untuk diolah. Senandung kecil terdengan dari mulutnya dan gerakannya terlihat sangat luwes. Waktu yang menunjukkan pukul empat pagi tidak mengurangi semangatnya untuk mengolah makanan. Dia harus mempersiapkan tiga sarapan dan tiga bekal untuk dibawa makan siang. Masak dulu merupakan hal yang dia benci. Well, berkutat di dapur bukan hal yang pernah dilakukannya, tapi semenjak tujuh tahun lalu itu berubah. Dia harus memastikan apa saja yang dimakan buah hatinya terjamin, baik kesehatan makanannya maupun rasanya. MSG is a big no buat dia, oleh karena itu memasak merupakan satu-satunya pilihan yang dia punya karena itu yang paling murah dan masih sanggup dia biayai sendiri.
Tak terasa sudah hampir pukul enam, nasi uduk, ayam goreng tepung, capcay, roti bakar selai coklat dan susu sudah tersedia. Dia dan buah hatinya memang tidak makan besar pagi hari. Cukup roti dan susu. Setelah memastikan semua sudah beres dia beranjak menuju kamar di samping dapur. Dia membuka pintu perlahan sekedar untuk mengintip kamar itu. Kamar itu sudah tidak seberantakan tadi malam. Di seberang pintu terdapat dua single bed yang dibatasi satu side table dengan lampu tidur berbentuk bola, di samping kiri tempat tidur ada kotak berisi mainan-mainan mereka yang tidak bisa ditutup lagi karena sudah kepenuhan, di seberangnya ada dua meja belajar. Meja berwarna biru sangat tertata rapi dari buku-buku pelajaran yang disusun berdasarkan abjad hingga buku tulis yang disusun berdasarkan mata pelajaran dan peralatan tulis dan alat tulisnya tertata rapi di satu cube, sedangkan meja belajar berwarna kuning disebelahnya terlihat sangat kontras. Semua barang saling tumpuk dan berserakan diatas meja tersebut. Di sebrang tempat tidur, tepatnya samping pintu, terdapat lemari baju. Di tempat tidur itu terlihat buah hatinya. Mereka masih tidur dengan tenang. Tidak ada yang percaya dengan tampang seperti malaikat pada saat tidur seperti ini dapat merubah orang menjadi iblis pada saat mereka membuka matanya.
Wanita itu terlebih dahulu menghampiri si sulung. Si sulung terlihat tidur dengan damai. Selimut, bantal masih berada di tempatnya. "Aga, bangun yuk sayang. Hari pertama di kelas dua lho ini." Ucap wanita itu sembari menggoyang pelan tubuh kecil yang masih bergelung dalam selimut. Bocah itu bergumam kecil, yang terdengar seperti iya ma oleh telinga wanita itu dan mengucek mata. Ia berdoa sebelum turun dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi yang terletak di kamar wanita itu.
"Satu selesai, tinggal satu lagi." gumamnya kecil sembari berjalan ke sisi tempat tidur lainnya. Sekali lagi, seperti meja belajar yang terlihat sangat kontras, kondisi tempat tidur ini pun jauh berbeda. Selimut sudah terjatuh, bantal kepala sudah berada di pelukannya sedangkan guling sudah melintang di bawah kakinya. Wanita itu tersenyum kecil melihat bagaimana ajaibnya cara tidur bocah kecil itu. "Ata, ayo bangun. Sudah pukul enam lewat lima belas ini, sayang. Gak mau telat di hari pertama kan?" ucapnya sambil mengguncang tubuh jagoan kecilnya itu. Tidak ada tanggapan. "Ata, ayo dong bangun. Aga udah mandi itu. Kamu mau ditinggal sama Ata dan jalan sendiri ke sekolah?". Tidak ada tanggapan lagi. Ok, senjata terakhir. "Ata, mama masak ayam goreng crispy kesukaan kamu lho. Kalo ga bangun nanti dihabisin sama Aga." Bocah kecil itu langsung melompat dan bergegas keluar kamar dan menuju kamar mandi. Wanita itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakukan bocah itu yang lebih takut kehabisan ayam goreng dibanding telat sekolah ataupun ditinggal saudaranya.
Wanita itu sendiri langsung berjalan ke arah kamarnya. Dia juga harus siap-siap untuk berangkat ke kantor. Dia memilih memakai celana bahan berwarna hitam dengan atasan kemeja bermotif bunga-bunga berwarna peach, tidak lupa juga dia memakai heels berwan hitam. Dia memakai makeup minimalis dan rambut di ikat kuda. Penampilannya terlihat sederhana. "Maaaaa, ayo cepet dong bedakannya. Aku laper banget nih" teriak salah satu bocah kecil itu. "Ata, kamu berisik deh." Sahut bocah lainnya sambil membuka pintu kamar wanita itu.
"Aku laper Ga, kamu juga cepetan dong siap-siapnya!" ucapnya sambil mendorong tubuh kecil si sulung kedalam kamar mereka sedangkan si sulung terlihat malas menanggapi ucapannya dan memilih langsung bersiap-siap menggenakan seragam sekolah mereka. Ribut si bungsu dan cuek si sulung sudah menjadi makanan sehari-hari wanita itu
Setelah drama ribut kecil antara Aga dan Ata yang rebutan segala hal sampai dengan siapa yang duduk di depan hari ini, akhirnya mereka bisa berangkat juga. Tidak butuh waktu lama untuk sampai sekolah anak-anak,hanya tiga puluh menit, atau empat puluh lima menit jika macet. Mereka sudah berlari ke arah gerbang sekolah setelah mereka pamit dan salim.
Jarak antara rumah, sekolah anak-anak dan kantor wanita memang tidak jauh. Wanita itu membeli apartment di daerah yang strategis agar memudahkan mobilisasinya dan anak-anak. Setelah memarkir mobilnya, wanita itu berjalan memasuki gedung perkantoran di daerah sudirman. Jangan bayangkan tatapan penuh hormat atau sapaan layaknya CEO atau anak pemilik perusahaan, wanita itu bekerja sebagai sekretaris direksi. Sesekali wanita itu terlihat menyapa beberapa orang yang dia kenal atau hanya melempar senyum pada orang-orang yang menatapnya.
Dia segera meletakkan tasnya, dan menyalakan komputer untuk melihat apakah ada hal urgent yang harus di tanganinya pagi ini. Nihil. Kembali dia melihat dokumen-dokumen untuk mengecek apakah sudah sesuai prosedur sebelum di tanda tangani oleh bosnya. "Ra, ntar siang makan di mana?" Wanita itu menolah ke arah suara tersebut. Ah wanita itu dengan cengiran khasnya, wanita yang menjadi teman dekatnya di kantor ini. Sekretaris lainnya enggan dekat dengannya karena statusnya, mereka malah terang-terangan menggunjingkan dia. Tapi wanita itu tetap dengan pemikiran "peduli setan, selama gue bekerja dengan baik disini dan bos aman tentram mana gue pikirin omongan mereka." Karakter ini yang membuat ke dua wanita tersebut bisa dekat. Mereka sama-sama peduli setan dengan omongan orang. "Gia, for reminder ya, ini masih jam 7.58 pagi. Kita bahkan belum masuk kantor dan lo udah nanya makan siang di mana? Naga di perut lo itu beranak apa gimana sih?" jawabnya tanpa memandang lawan bicara, wanita yang di panggil Ra itu masih sibuk dengan dokumennya.
"Seraku sayang, kita berteman udah berapa lama sih? Wait, like 8 years?" dengan gaya menghitung dengan jarinya yang habis di pedicure, "Dan lo masih mempertanyakan kemampuan makan naga-naga dalam perut gue?"
Wanita bernama Sera itu hanya memutar bola matanya. Gia memang memiliki kemampuan makan di atas rata-rata, tetapi bagian menyebalkannya, wanita itu tetap memiliki tubuh langsing.
"Since you didn't answer my question, maka pilihan tempat makan gue aja yang pilih dan lo tinggal ikut aja tapi lo yang nyetir ya?" lanjut Gia karena tidak mendapat jawaban dari Sera sambil menaik turunkan alisnya yang on fleek.
Sera mau ketawa tetapi ditahan. Gia dan sikap seenaknya. "Lo tumben banget sih Gi udah kelaperan jam segini? Gak masak?"
"My baby ga mau lepasin gue semalaman, kangen katanya gak ketemu dua minggu. Jadi lah gue di gempur, gila badan gue pegel-pegel."
"Ck, urusan ranjang lo gausah di ceritain ke gue kali." gerutunya
"Pagi-pagi udah judes amat neng, go get laid lah. Udah kelamaan tuh ga dikeluarin. Mau gue kenalin ke temen gue? Ganteng lho Ra." Cengiran Gia terlihat jelas. Gia dan urusan ranjangnya memang tidak bisa dipisahkan.
"Sorry, gue sibuk urus anak-anak gue. Lagian gue ogah kebagian bekasan lo." Sekali lagi wanita itu mencibir yang di hadiahi ketawa meledek dari Gia.
"Eh sebelum gue lupa, babeh gue ga masuk hari ini karena sakit terus ada tamu yang udah keburu bikin janji, babeh gue udah info babeh lo dan dia bilang oke sih. Pukul sembilan ya, Ra. Nama tamunya Daniel dan ini bahannya." Ucap Gia sembari memberikan bahan.
"Ok, now off you go. Ganggu tau ga."
"Jangan judes-judes shaaaayy." Teriak Gia sambil terkikik yang dihadiahi delikan dari sekretaris di lantai ini karena mengganggu me time mereka. Dasar titisan kuntilanak, dia tetap cuek saja melenggang ke arah kursinya.
"Pagi Ra, udah heboh lagi ya si Gia?" ucap seorang laki-laki tua di sertai kekehan.
"Iya, Pak. Belom sarapan jadi belom minum obat gilanya."
Lelaki tua itu hanya tertawa kecil mendengar jawaban sekretarisnya sambil berlalu masuk ke dalam ruangan di ikuti oleh Sera.
"Bapak, kok terima jadwal gak bilang-bilang saya, sih, pak? Saya kan jadi harus reschedule meeting yang pukul sembilan." Gerutu Sera. Lelaki tua itu hanya nyengir tanpa rasa bersalah. Hubungan bos dan sekretaris itu memang terbilang dekat seperti bapak dan anak tetapi Sera tetap menjaga batas sehingga mereka tetap terlihat profesional di depan orang-orang. "Ya, Gimana? Wong, orangnya sakit lho, Ra. Lagian Cuma sebentar dan yang di temuin anak salah satu investor di sini lho." Sekretarisnya tetap misuh-misuh sambil memberika bahan dan menjelaskan jadwal hari ini.
Pukul sembilan, di ruang meeting sudah tersedia beberapa gelas minuman, bahan-bahan meeting dan juga Sera sebagai notulen sedangkan Babeh Bos lagi pergi ke toilet. Suara ketukan terdengar tiga kali sebelum pintu terbuka. Seorang lelaki memasuki ruangan di ikuti dengan 2 orang laki-laki lainnya. Sera segera bangkit dari duduknya untuk menyambut tamu-tamu tersebut sampai akhirnya dia melihat mata itu.
beberapa part akan di private secara acak, di follow dulu ya kalau mau baca 😁❤️
Dan iya ini revisi untuk memperbaiki typo yang menyebar dengan indahnya di setiap part.
30/7/19 revisi
Ini sudah tamat 2019, bisa dibaca di Lontara.app atau ke shopee.co.id/akudadodado
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro