❬ 4 ❭ E m p a t
Part 4
*****
Malam ini Letta duduk di balkonnya. Memandangi bulan yang bersinar cerah di langit sana, di temani oleh ribuan bintang. Bulan itu seakan mewakili perasaan Letta yang bahagia. Ia masih memikirkan kejadian tadi di kampus. Di mana Alva menemuinya dan berkata seperti itu dengannya.
"Kalau boleh jujur, gue seneng. Gue jadi bisa tau perasaan cewek yang selama ini gue perhatiin di tempat camping."
Aah, ucapan itu terus menguasai otak Letta. Jadi, begini rasanya mengagumi seseorang dan di terima dengan baik oleh orang tersebut. Letta pikir, tadi Alva akan berbicara yang tidak-tidak dengannya, seperti menyuruh menjauh, misalnya.
"Enggak tau kenapa gue bisa sebahagia ini!" ujar gadis itu sembari menatap bulan, "gue yang selama ini cuma bisa jadi pengagum rahasia. Akhirnya bisa sedikit demi sedikit ngambil hatinya Alva," lanjut gadis itu masih terus memandangi bulan dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.
Gadis itu terus tersenyum dengan bulan di atas sana. Seakan bulan tersebut adalah teman curhatnya. Sampai beberapa saat kemudian, gadis itu kembali masuk ke kamarnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.
°°°
"Gue salah gak, sih, kalo buka hati untuk dia?" gumam Alva yang sedang tiduran terlentang dengan menatap langit-langit kamarnya, "keliatannya baik, sih" ujar lelaki itu lagi, masih setia memandangi langit-langit kamar dengan kedua tangan yang menumpu kepalanya, "oke! Gue coba buka hati untuk dia," lanjut lelaki itu memejamkan matanya.
"Dih, ngobrol sama siapa lo? Masih waras 'kan lo?" celetuk Kenzo yang duduk bersandar di kepala ranjang milik Alva.
Kenzo malam ini menginap di rumah Alva. Ia izin kepada orangtuanya, bahwa akan mengerjakan tugas kuliah di rumah Alva. Namun, nyatanya bermain game sampai larut.
"Hm," gumam Alva. Ia masih setia memejamkan matanya.
"Hm, apaan? Gak waras 'kan lo? Atau jangan-jangan lo kayak gini gara-gara cewek bulan tadi?" ujar Kenzo melirik ke temannya yang tengah tidur terlentang.
"Enggak ada hubungannya sama dia," balas Alva sekenanya.
"Ngaku aja, lo. Gue udah hafal sama gerak-gerik lo," sahut Kenzo masih terus mendesak Alva.
Alva yang tadinya memejamkan matanya, kini membukanya karena terus di desak oleh temannya.
Lelaki itu mengubah posisinya menjadi duduk di samping Kenzo yang sedang bermain ponsel.
"Dia baik gak menurut lo?" celetuk Alva bertanya, pandangannya masih lurus ke depan.
"Baik, maybe," balas Kenzo sekenanya.
"Maen game mulu, lo!" sungut Alva sebal.
"Dih, bawel lo," balas Kenzo masih memainkan gamenya.
"Nah 'kan, Anjing! Kalah gue," umpat Kenzo melemparkan ponselnya sampai ke tengah ranjang, "lo, sih, berisik!" lanjut lelaki itu masih kesal Karena gamenya yang kalah.
"Heh, bangke! Kok gue, sih?" ujar Alva memukul kepala Kenzo dengan guling.
"Ck!" Lelaki itu berdecak sebal, kemudian mengambil ponselnya yang tak jauh darinya.
°°°°
"Seneng banget, nih, kayaknya yang dapet lampu hijau dari Alva," celetuk Aina yang berjalan di samping Letta.
Letta, gadis itu pagi-pagi sudah bersenandung ria di koridor, layaknya anak kecil yang di turuti permintaannya oleh orangtua.
"Suka-suka gue lah," sungut gadis itu masih bersenandung kecil.
"Lama-lama enggak waras, nih, bocah," balas Aina mendahului untuk pergi ke kelasnya.
"WOI! TUNGGUIN GUE! GUE BELIIN ICE CREAM, MAU GAK?" pekik Letta di koridor. Untung saja sekarang masih sepi.
Aina yang mendengar kata ice cream pun, menghentikan langkahnya. Mana bisa ia menolak. Gadis itu menengok ke belakang melihat Letta yang berlari kecil untuk menghampirinya.
"Ayo, sekarang!" ujar Aina senang. Ia menarik tangan Letta untuk menuju kantin, di mana biasanya sudah ada penjual yang berjualan es krim pagi-pagi seperti ini.
"Pelan-pelan dong, kaki gue capek, nih," sahut Letta berdecak sebal.
"Halah berisik, lo!" ucap Aina masih terus menarik tangan Letta dengan langkah yang cepat.
Kedua gadis itu sampai di kedai kecil yang khusus untuk penjual ice cream.
"Bang, mau 2, ya, rasa cokelat," ucap Aina memesan es krim dengan penjual.
"Lo mau gak, Ta?" tanya Aina membalikan badan menghadap sahabatnya.
"Kan udah lo pesenin dua," balas Letta sedikit kebingungan.
"Itu 'kan untuk gue semua," sungut Aina.
"Ck! Lo pesen dua? Ini masih pagi, Aina! Nanti lo sakit," geram Letta menatap Aina.
"Halah bilang aja lo pelit 'kan?" ujar Aina, kemudian mengambil es krim yang di sodorkan oleh penjual tersebut.
"Bang, pesen rasa cokelat 1 lagi," ujar Letta dengan penjual tersebut.
°°°°
"Woi! Ini masih pagi. Kelas kita itu siang." Kesal Kenzo mengikuti langkah Alva dari belakang.
Lelaki itu terus berdecak, karena tidur di ganggu oleh Alva. Mereka sebenarnya ada kelas siang. Namun, Alva berangkat sepagi ini. Tahu begini Kenzo semalam tidak menginap.
"Gue mau ngumpulin tugas gue yang kemaren ketinggalan," sahut Alva masih terus berjalan tanpa mempedulikan Kenzo.
"Makannya kalo ada tugas kemaren tuh ya di kumpul kemaren," balas Kenzo menasehati.
"Berisik lo, kayak gak pernah aja," sungut Alva.
Akhirnya mereka sampai di ruangan dosen. Alva masuk ke dalam dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Sedangkan Kenzo berdiri di depan pintu dengan memainkan ponselnya.
Lelaki itu terus menggulir layar ponselnya, membuka aplikasi Instagram. Banyak juga followers-nya, pikirnya. Kemudian lelaki itu tersenyum dengan bangganya.
"Ayo!" ujar Alva menepuk bahu Kenzo membuat sang empu terkejut.
"Dateng-dateng ngagetin," gumam kenzo, kemudian kembali mengikuti langkah Alva, "mau kemana dah?" tanya Kenzo berjalan di samping Alva.
"Kantin, gue lapar."
"Bayarin gue sekalian, ya?" tanya Kenzo dengan sedikit paksaan.
"Enggak usah nanya kalo cuma basa-basi," balas Alva kemudian duduk di salah satu bangku yang ada di kantin. Kedua remaja dewasa itu kini sudah sampai di kantin.
"Mau makan apa, lo? Gue pesenin, nih, tapi lo yang bayar. Ehehe ...." ujar Kenzo cengengesan.
"Gue mau nasi goreng sama es teh manis aja," ujar Alva yang tengah memainkan ponselnya. Kenzo hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Alva.
°°°°
"Hai, Ken!" sapa Aina tengah duduk di bangku kantin dengan es krim di tangannya.
"Eh, hai," ujar Kenzo membalas sapaan Aina. Lelaki itu memesan makanan dengan penjual nasi goreng, kemudian duduk bersama dengan Aina dan Letta.
"Ada jam kuliah pagi, lo?" tanya Aina basa-basi di sela menikmati ice cream.
"Enggak. Gue tadi ikut Alva nganter tugas," balas Kenzo di angguki oleh Aina. Lelaki itu menaikan satu kakinya ke kursi, kemudian menatap Letta.
"Diem-diem aja lo," ujar Kenzo.
"Gue?" tanya Letta menunjuk ke dirinya sendiri.
"Hmm."
"Enggak apa-apa. Gue lagi menikmati ice cream," sahut Letta kembali menjilati es krimnya.
"Oh iya, katanya tadi sama Alva, kemana orangnya?" celetuk Aina bertanya.
"Noh," ujar Kenzo menunjuk seorang lelaki yang sedang asik bermain ponsel, Alva.
Aina hanya ber 'oh' ria. Kemudian melihat jam tangannya. "Ayo ke kelas, Ta. Udah mau masuk, nih," ujar gadis itu kemudian berdiri.
"Hmm," balas Letta ikut berdiri.
"Gue sama Letta pergi dulu, ya. See you ...." ujar Aina melambaikan tangan dan berlalu pergi dari kantin, diikuti oleh Letta di belakangnya.
Kenzo masih memandangi punggung kedua gadis itu, hingga hilang di belokan koridor.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro