Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

→ Seijuuro Akashi

Seijuuro Akashi as Your Boyfriend
Kuroko no Basuke

Character owns ©Tadatoshi Fujimaki
Point ideas ©@meow.otaku
Story ideas ©liziaslavk

[IS, OOC maybe?]

###

If Seijuuro as your boyfriend, he will...

Help You Studying

Kamu menatap laki-laki tampan di depanmu itu dengan raut seperti kecewa. Pasalnya, kau mengajaknya ke sini---ke kamarmu itu untuk bermanja-manja bersamanya. Tetapi dia dengan iseng bertanya soal nilai ujianmu tadi di sekolah.

Kau yang tidak pandai berbohong, telah telak ketahuan oleh lelaki itu---kekasihmu---bahwa kau mendapat nilai empat di ujian fisika.

Kau memperlihatkan cengiranmu itu, tanda lain bahwa kau juga menyesal. Tetapi dia hanya menatapmu lurus dengan manik merahnya. Lalu menghela nafas dan berujung memerintahmu untuk duduk di meja belajarmu. Dan kembali membuka buku.

Kau tau. Sangat tau. Bahwa kekasihmu ini sangat mutlak. Jadilah, kau tidak bisa mengelak barang berkata 'ah', dan membuatmu hanya menunjukkan raut kecewa.

Kau menatap buku fisika itu, nilai merahmu, dan makhluk merah di hadapanmu yang sangat kau cintai itu, "Sei-kun---aku tidak mau belajar lagi saat ini..."

Kenalkan. Makhluk bermata merah yang begitu mutlak dengan perintahnya, sekaligus kekasihmu ini adalah Seijuuro Akashi. Makhluk yang mempunyai kehormatan di sekolahnya. Anak dari Tuan Akashi. Pemilik Akashi Corporation.

Lalu, bagaimana pemuda perjaka multitalent seperti Seijuuro bisa kepincut denganmu yang seperti ini? Nilai ujian fisika aja empat. Huh. /taboked

Gampang saja. Cinta itu buta. Itu artinya pemuda tampan ini sudah buta. Buta karena cintanya kepadamu. Kamu, sih, engga masalah kalo dia cuman buta, iya, kan. Seijuuro punya segudang kelebihan yang lain. Apalagi buta karena cinta padamu. Berarti, eksistensimu yang payah ini mampu membuat Seijuuro klepek-klepek.

"...lalu, kau mau belajar kapan, [name]?" Dia memandangimu. Dan kau masih memandanginya. Seijuuro kembali bersuara, "bukankah lebih baik jika kau mengambil remedial lebih awal?"

Uh. Iya. Mutlak.

Kau memberi jeda sejenak sebelum menjawab. Menurunkan pandanganmu ke bawah, di mana merah satu lagi bertengger. Bedanya, merah yang duduk di hadapanmu itu sungguh wonderful, sementara merah yang kini kau pegang itu begitu menyebalkan. Kau membenci fisika.

"Iya, baiklah," Kau akhirnya menjawab.

Seijuuro yang mendengar itu hanya meresponnya dengan. Dia bilang ini untuk kebaikanmu, tetapi kau merasa senyumnya itu untuk menandakan puas bahwa kau menurutinya. Huh.

"Jangan khawatir. Aku akan membantumu," ucapnya.

Kau pun menghela nafas, dan kembali menatap kertas sial tersebut. Matamu bergerak, dan mulai membaca kata sampai menjadi kalimat cerita pada soal pertama itu. Begitu sampai penghujung titik-titik, kau pun kembali menatap wajah tampan kekasihmu itu. Tidak mengerti.

Kekasihmu menyadarinya, "di mana yang tidak kau mengerti?"

Kau pun menunjukkannya dengan ragu. Merasa payah, karena baru soal pertama saja kau sudah kewalahan.

Seijuuro memindahkan pandangannya ke kertas yang kau tunjukkan. Maniknya bergerak, membaca sampai habis soal pertama itu.

"Kau harus mencari nilai induksi magnetik-nya terlebih dulu, baru setelah itu temukan nilai momen gaya-nya," jelas Seijuuro.

Kau menghela nafas. Lalu dengan gusar membuka kembali buku paket fisikamu. Mencari objek yang dibicarakan oleh kekasihmu itu tadi. Tetapi memang dasarnya. Namanya benci.

"Kau harus mencarinya dengan rumus gaya Lorenz," Seijuuro mengambil alih bukumu. Mengebetnya beberapa halaman, dan menunjukan sebuah rumus padamu.

"...sampai sini kau paham?"

Kau membaca sekali lagi. Dan ajaib saja, kau seperti langsung dapat ilham untuk bisa menjawabnya.

"Iya, iya---aku paham-paham," ucapmu sumringah akhirnya. Kau langsung meraih pensilmu. Matamu bergerak bergantian ke kertas soal dan tulisanmu, begitu juga tanganmu yang sibuk menulis.

Seijuuro memerhatikanmu. Dalam heningnya itu, ia tersenyum.

"Selesai!" ucapmu begitu beberapa menit berlalu. Soal pertama sudah kau kalahkan. Kau melabuhkan manikmu ke pemuda yang berjasa atas semua ini. Kebetulan, dia masih menatapimu juga. Lalu kalian berdua sama-sama tersenyum.

"Sei-kun---aku mohon, tolong bantu aku untuk mengerjakan ini, ya?" pintamu.

Seijuuro, sejak awal pun sudah berniat membantumu tanpa kau pinta, pun. Jadi, langsung saja ia menjawab, "tentu. Dengan senang hati."

Shogi Matches (He Sometimes Lets You Win)

"Heungg..."

Kau menggeram tertahan. Lagi-lagi posisi ini. Entah berapa kali kau sudah terjebak dalam strategi sama yang dibuat kekasihmu. Bukan. Bukan kau yang terlalu lemah. Kau cukup mempunyai skill ini, karena kau belajar langsung dari 'raja'nya. Ya. Seijuuro Akashi hebat dalam hal ini. Laki-laki itu, lah, yang terlalu hebat.

Ngomong-ngomong, kau sudah selesai mengerjakan remedial yang dibuat oleh kekasihmu sendiri itu. Begitu selesai, ia langsung menawarkanmu untuk bertanding Shogi seperti biasanya. Papan Shogi ini milikmu. Karena kekasihmu jagonya, dan kau sering diajak tanding walaupun selalu kalah, kau pun berambisi untuk mengalahkan Seijuuro. Membeli papan Shogi, dan menyiapkan strategi untuk mengalahkan Seijuuro.

Tapi kemampuanmu, masih jauh di dasar. Seijuuro kembali menelakkanmu.

"Ah--Sei-kun, aku harus bagaimana?kau selalu menggunakan taktik itu," ucapmu.

"Sudah aku katakan. Cara ini masih mempunyai titik lemah. Kau masih harus menemukannya sendiri," ucap Seijuuro.

Kau berpikir. Lebih keras. Tetapi sekencangnya otakmu berputar, kau tetap belum menemukannya.

Lama.

Kau tidak mau menyerah begitu saja, tetapi kau juga belum mendapatkannya.

Melihat itu, Seijuuro pun mengalah. Tidak. Dia hanya memberikan hint.

Sekali lagi, ilham mendatangimu. Kau menelan hint itu. Membawa bidak rajamu agar tidak terkepung bidak menteri milik Seijuuro. Kau diberikan hint sekali. Tapi kesempatan terlihat datang berturut-turut. Kau terus mengikuti instingmu. Dan berhasil membawa mundur bidak raja milik Seijuuro. Sampai sini, kau merasa semakin pintar.

Seijuuro menerima kekalahan itu dengan senyuman. Apalagi kau yang menang. Lihat. Cengiran senantiasa tak lepas dari wajahmu.

...padahal, Seijuuro hanya sengaja mengalahkan dirinya. Jika ia menganggap kau musuh, kau pasti akan menangis karena semua bidakmu dibawa turun olehnya.

"Yatta---aku menang!" jeritmu.

Kau memang sudah pernah menang sekali sejak mulai bertanding pada saat masa pendekatan dulu, tetapi percayalah. Menang dari Seijuuro yang mutlak itu sulit.

Lazy Days in Bed and Watching Your Favourite Series

Kau berakhir di atas kasurmu bersama kekasihmu di penghujung siang ini. Jangan pikirkan yang bukan-bukan. Hanya berbaring. Bermalas-malasan. Sambil menatap layar televisimu.

Kamarmu cukup jauh di bawah kamar milik Seijuuro. Tentu saja. Televisi milik pemuda itu seukuran meja belajar milikmu yang bisa menampung empat orang itu. Dan kasurnya, seluas samudra---terlalu alay. Kasurnya luas, lah, dari kasur milikmu. Dengan busa yang begitu empuk, dan seprai yang begitu lembut.

Kau sering diajak ke kamar Seijuuro. Dan kaupun pernah berpikir tidak mau pulang dan ingin tidur di sana semalaman dan sepanjang hari. Tetapi Seijuuro yang menggodamu, membuatmu kembali berpikir lurus. Dia bilang, tidur sepanjang hari di kamar milik pemuda itu berarti menjadi milik Seijuuro seutuhnya.

Layar televisimu, sedang memutarkan sebuah film harian yang diangkat dari sebuah manga shoujo. Biasanya kau memang menontonnya di jam segini. Tetapi kali ini, kekasihmu---seseorang yang kadang kau khayalkan akan melakukan hal manis seperti cerita shoujo tersebut---ada di sini. Menontonnya bersamamu.

"...aku akan mengambil cemilan lagi," ucapmu. Dan Seijuuro hanya mengangguk. Mengawasimu sampai benar-benar pergi, dan kembali menatap layar televisi.

Tak lama. Kau kembali ke kamar. Membawa beberapa makanan ringan, juga dua gelas pudding susu di atas nampan. Ngomong-ngomong, itu buatan ibumu. Kau tidak pandai berdiam di dapur.

Kau menaruhnya di atas meja samping tempat tidur. Lalu duduk di tepian kasur. Sementara Seijuuro masih statis seperti tadi---duduk di tengah kasur dan duduk menyadar.

Seijuuro yang melihat kau akhirnya memilih duduk di tepian kasur sambil menonton film, lalu menepuk tempat di sebelahnya, "untuk apa kau di sana? Sini."

Kau menurut.

Holding Hand

Akhirnya, kau duduk di posisi yang sama sepertinya. Dan kalian seperti sepasang pengantin muda yang menghabiskan waktu bermanja-manja di kasur.

Kalian begitu anteng menonton bersama. Sesekali kau blushing. Melihat kemanisan cerita tersebut. Apalagi begitu melirik Seijuuro yang ternyata tetap menatap lurus ke depan saat adegan manis itu terjadi.

Berusaha tenang. Kau mengambil nafas. Meraih kerileksanmu.

Susah. Begitu susah kau menjaga apa yang sudah kau dapatkan tadi itu. Kerileksanmu hilang begitu kau merasakan sesuatu menjalar ke tanganmu.

Seijuuro menggenggam tanganmu yang bebas. Menautkannya erat seolah tidak ingin hilang di tengah kesantaian ini.

Tetapi, walaupun begitu, pemuda itu tetap setia menatap ke depan.

Kau mungkin tidak tau. Tapi Seijuuro telah termakan pancingan hasrat yang diperlihatkan dalam serial shoujo tersebut. Dia berpikir, bahwa kalian juga bisa melakukan itu. Berpelukan, berpegangan tangan, bahkan berciuman pun. Sebut saja saat ini Seijuuro sedang iri.

Plays With Your Hair and Sometime Call You 'Darling'

Berpuluh menit pun berlalu. Kalian akhirnya menjadikan televisi yang kini tidak lagi menayangkan serial kesukaanmu itu sebagai nyamuk.

Ya. Kalian sudah merasa dunia ini milik berdua.

"Lalu, kapan kau akan bertanding kejuaraan lagi, Sei-kun?"

"Tiga bulan lagi akan ada Winter Cup. Jadi mungkin mulai saat ini akan ada latihan tambahan," jawabnya.

Kau membentuk mulutmu seperti huruf bulat tersebut.

"---dan kau harus selalu bersamaku saat itu," lanjut Seijuuro. Iya. Kau diminta untuk selalu hadir dalam segala latihannya.

Tidak apa-apa. Kau suka melihat kekasihmu berlatih. Tetapi masalahnya, "tapi Hayama-kun selalu menakutiku kalau di gudang penyimpanan ada makhluk halus. Aku tidak mau pulang malam, Sei-kun."

"Sudah aku bilang, bukan? Jangan dengarkan apa kata Koutaro," ucap Seijuuro. Ia berucap itu sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran kasur. Lalu menilik rambutmu yang tergerai sepunggung itu. Kemudian, tangan yang paling dekat denganmu, lah, yang menghampiri rambutmu. Memainkannya.

Sementara kau yang mendengar itu, ingin kembali menyambar. Mengadukan tingkah teman-teman Seijuuro selagi pemuda itu sendiri berlatih. Kali ini, tentang Nebuya yang kadang menjahilinya. Tetapi, terpotong lebih dulu dengan Seijuuro.

"Biar aku yang akan bilang pada mereka nanti."

Dengan begitu kau pun terdiam. Kalimat itu, jauh bisa lebih dipercaya dari ucapan berita masa kini.

"...tapi Sei-kun," Kau kembali berbicara. Ngomong-ngomong, kau tentu menyadari Seijuuro yang saat ini sedang bergelut di belakang kepalamu. Laki-laki itu kadang menyisir lembut rambutmu, "nanti jangan seperti ini di hadapan mereka, ya?"

Salah satu tangan Seijuuro masih setia bertaut dengan tanganmu. Kau yang memainkan tangan yang saling menggenggam itu sekarang. Tanganmu dan tangan Seijuuro berbeda. Punya Seijuuro nampak besar. Walau sebenarnya tubuh pemuda itu tidak sebesar Koutaro, maupun Nebuya.

Sedangkan Seijuuro sendiri sekarang, sedang bermain dengan rambutmu. Sekali lagi---menjadikan televisi yang masih menyala itu seperti nyamuk.

...pemandangan yang bikin iri...

"Kenapa tidak boleh, Darling?"

Oh. Seijuuro sedang ada di posisi ternyamannya. Itu ditandai dengan perubahan panggilannya untukmu. Ini hanya sekedar info.

Kau memberi jeda, "...nanti Hayama-kun meledek."

Kali ini, Seijuuro yang memberi jeda, "...apa aku perlu menelpon Koutaro sekarang?"

"Ah. Tidak," jawabmu cepat. Kau tidak ingin pemuda pirang itu merasakan lagi betapa seramnya Seijuuro Akashi itu. Tetapi walaupun begitu, Koutaro tetap tidak pernah jera.

"Kalau begitu jangan khawatir. Bahkan mulai besok, tidak akan ada yang menganggumu lagi. Kau mengerti?"

Dan kau hanya bisa mengangguk.

Tell You That You're The Best Thing in His Live

"Kau tau, Darling? Kau itu milikku yang paling penting," Seijuuro kembali berucap, "aku tidak akan membiarkan sesuatu yang mengganggumu terus mengganggumu begitu saja."

Iya. Makanya ia menahan-nahan agar tidak menciummu tadi---saat adegan di televisi menayangkan hal seperti itu---karena itu mungkin akan mengganggumu.

Kau terdiam. Kalian masih sibuk dengan kegiatan kalian masing-masing sedari tadi. Lalu, mulutmu pun bersuara.

"...bahkan jika aku merasa terganggu denganmu?"

Pertanyaan yang membuat Seijuuro terbisu. Ia juga menghentikan kegiatannya.

"Kau merasa terganggu denganku?" tanyanya. Kedengarannya seperti orang yang tidak percaya.

Membuatmu tersenyum geli. Lalu perlahan terkikik, "tidak, lah, Sei-kun. Kau juga yang terpenting bagiku."

...namun Seijuuro hanya terdiam.

Kau yang mendapat itu, merasa bahwa sepertinya ucapanmu tadi mungkin menyakiti perasaannya. Menoleh, menatapi rahang yang terpahat sempurna, lalu ke manik pemuda tersebut.

"Aku hanya bercanda tadi, Sei-kun. Kau tidak mengambil itu serius, kan?"

Talks With You About His Feeling

Seijuuro memberi jeda cukup lama. Membuatmu membatin dengan kecemasan. Takut-takut kekasihnya hari ini ternyata berubah menjadi sensitif.

"[Name]," Bahkan Seijuuro telah mengganti lagi panggilan untuknya. Itu artinya, kau berhasil merubah mood nyamannya, "kau tau, kalau aku mencintaimu---"

"---iya, dan aku juga mencintaimu," potongmu langsung. Kalian menenggelamkan diri pada manik lawan masing-masing.

"---dan aku tidak perduli kalau kau terganggu padaku atau tidak. Aku mencintaimu. Dan ini mutlak." /aelabang.

Take You Out From Dinner

Saat ini kau sedang menunggu. Menunggu pangeranmu untuk datang dan menculikmu dari keluargamu---tidak, hanya meminjammu untuk makan malam. Walaupun, dalam lubuk hati Sang Pangeran, ia tidak ingin mengembalikanmu lagi. Tetapi ini belum saatnya. Kekayaan dan kekuasan Seijuuro, belum bisa membelimu dari keluargamu. /gagitu

Awal sore tadi ia pamit pulang. Sekaligus memberikanmu tawaran untuk pergi makan malam di luar. Seperti biasa. Kencan malam.

Setelah melewati fase panjang untuk mempercantik diri. Kini kau tinggal menunggu kekasihmu itu datang. Biasanya dia tepat waktu. Dan selalu tepat waktu. Jadi, bisa hitung mundur kedatangannya.

Yaitu tepat detik ini.

Ting. Tong.

Langsung kau bergegas ke pintu. Membukanya. Dan tampaklah malaikat yang kadang bisa jadi iblis di hadapannya. Memakai rompi hitam semiformal, dengan kemeja merah dan jeans hitam.

Astaga. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Kau tersenyum.

Buy You Flower a Lot

Melihat senyummu, Seijuuro pun menyodorkan sebuket bunga mawar indah. Tapi lebih indah kekasihmu.

Besar.

Kau mengambilnya dengan sedikit kewalahan.

"Terima kasih, Sei-kun. Aku taruh ini dulu, tidak apa?"

Kau meminta izin. Takut yang bersangkutan merasa tersinggung, melihatmu malah menaruh bunga pemberiannya. Masalahnya, kalau kecil, sampai toilet, pun, kau mau membawanya. Tetapi jika besar seperti ini, kamu akan kerepotan. Belum lagi kalau dikira jualan bunga pertangkai nanti.

Seijuuro mengangguk. Dengan begitu, kau menaruh itu di kamar. Takut di recokin oleh ibumu. Nanti, ibumu malah menjualnya lagi pertangkaian.

Setelah itu, kau kembali. Kekasihmu masih di sana. Tersenyum. Menambah indah ciptaan ini. Ia lalu mengadahkan tangannya. Menunggumu untuk meraihnya. Dan berikutnya mengenggenggam tanganmu dengan gentle.

Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro