Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

→ Ryouta Kise

Ryouta Kise as Your Boyfriend
Kuroko no Basuke

Character owns ©Tadatoshi Fujimaki
Point ideas ©@meow.otaku
Story ideas ©liziaslavk

[IS, OOC maybe?]

###

If Ryouta as your boyfriend, he will...

Add '-chan' to Your Name

Kamu terdiam. Sesekali mencuri pandang ke pemuda di hadapanmu yang saat ini sedang menatapmu dengan intens. Mukamu sendiri sudah memerah sedari tadi. Sejak ia---Ryouta Kise---menembakmu.

Iya. Begitu keluar kelas setelah pelajaran usai tadi, Ace dari tim basket sekolahmu, Kaijo---telah menunggumu di depan kelasmu. Dan kau di bawanya ke belakang gedung olahraga. Katanya, ada yang ingin ia bicarakan.

Kamu sendiri sudah mengenalnya. Tentu. Dia begitu terkenal di sini. Saat upacara penerimaan, pun, Ryouta sudah terlihat mencolok dengan warna rambutnya dan kepribadiannya.

Walaupun tidak satu kelas dengannya, Ryouta kadang mengobrol padamu jika kalian bertemu. Tentu saja, ia yang memulai percakapan lebih dulu.

Kamu, sih, tidak menaruh curiga dengannya. Itu sesuai dengan kepribadian cerianya. Dan, yang tidak bisa kamu pungkiri adalah---Ryouta yang memang begitu tampan dan keren. Apalagi jika ia sedang berjuang keras dengan permainannya.

Lalu saat ini, adalah saat yang paling tidak terduga dalam hidupmu. Ryouta menembakmu. Menginginkanmu menjadi kekasihnya.

Hell, siapa yang akan menolak?

"...jadi g-gimana-ssu?" Dia terdengar gugup. Tetapi wajahnya tetap tegar tak memperlihatkan kegugupannya.

Kamu menunduk. Tidak kuat ditatapinya yang memasang wajah seperti itu. Setengah gemetar, mulutmu pun bersuara, "...tapi kenapa aku, Kise-kun?"

Ryouta menaikkan sebelah alisnya, "maksudmu---kenapa aku menyukaimu?"

Kamu mengangguk.

Raut Ryouta melonggar, namun nada serius tetap bersama dengannya, "ayolah [name]-cchi, cinta tidak butuh alasan. Aku hanya merasa sudah menyukaimu sejak kita saling mengobrol."

Kamu masih terdiam.

"---dan saat ini, aku menginginkanmu menjadi milikku."

Ryouta biasanya ceria. Kamu tau itu. Tetapi ketika cerianya berubah menjadi serius, sungguh membuatmu tidak tahan. Kau merasa---segalanya tentang Ryouta saat ini menjadi seduktif. Padahal biasanya kau memandangnya sebagai kekanakan.

"A-aku..." Kau masih saja gugup. Sebenarnya, jawaban sudah ada di tanganmu. Yang pasti, kau tidak akan menolaknya. Karena kau juga punya perasaan sama sepertinya. Ingin saling memiliki. Hanya saja, kau bingung bagaimana untuk menjawabnya. Walaupun ini bukan pertama kalinya kau ditembak, tetapi ini pertama kalinya kau akan bilang 'iya' sebagai jawabannya.

"[Name], kau mau jadi pacarku?" Ryouta bertanya sekali lagi.

Kamu memberi jeda. Takut kesempatan ini terlewatkan begitu saja, kau pun akhirnya mengangguk. Pelan. Masih sambil menunduk. Dengan wajah yang sudah pasti memerah.

Dan membuat manik Ryouta membulat sesaat, sebelum akhirnya tersenyum lembut.

Lalu, kau merasa tangan Ryouta mulai bergerak. Mengangkat dagumu. Membuatmu menatapi maniknya. Gugup tambah banyak menyerangmu. Karena kau melihat, pantulan wajahmu di matanya. Kau sudah tercermin dalam matanya.

Ryouta yang bisa menangkap perubahanmu, hanya bisa tersenyum. Sebut saja ini seringaian kecil. Sebelum akhirnya bibir miliknya bertemu dengan milikmu.

Dan malah membuatmu membatu.

Ini ciuman pertamamu. Dan kau merasa, ciuman ini begitu lembut. Ryouta hanya menyatukan bibirnya dengan bibirmu, tanpa ada nafsu di dalamnya. Inilah ciuman yang dilandasi kasih sayang.

Setelah cukup lama, Ryouta menarik kembali wajahnya. Sementara kau masih memasang ekspresi yang sama saat bibir kalian bertemu tadi---memerah, dengan mata membulat.

Ryouta terseyum melihat ekspresimu itu. Ibu jarinya mengusap pipimu, lalu ciuman kali ini mendarat di keningmu.

"Terima kasih, [name]-chan. Aku mencintamu. Kau milikku sekarang-ssu."

Respects You More than Anyone Else

"Nah. Ayo, [name]-chan."

Kamu mengikuti langkah pemuda di hadapanmu. Ini sudah lewat tiga hari semenjak Ryouta menyatakan perasaannya, dengan kau yang menerimanya juga. Dengan arti lain, kau sudah tiga hari menjadi milik Ryouta setelah diresmikan. Dia juga telah memintamu memanggil nama kecilnya. Awalnya bahkan, dia ingin kau memanggilnya dengan kata 'sayang'. Tapi kau menolak mentah-mentah hal tersebut.

Hari ini sekolah seperti biasa. Kalian sendiri belum melakukan kencan setelah menjadi sepasang kekasih. Baik karena kau yang masih gugup, juga dengan Ryouta yang padat latihan sepulang sekolah.

Niatnya, hari ini Ryouta akan memperkenalkanmu pada timnya. Katanya, itu harus. Itu sebagai tanda bahwa kau miliknya, dan tidak boleh ada yang mendekati. Bisa saja Ryouta meneriakkannya pada dunia kalau kau adalah kekasihnya. Tetapi kau pasti akan menolak itu. Maka dari itu, setidaknya harus dikenalkan walaupun hanya sebatas teman tim Ryouta.

Kamu berhenti. Padahal pintu besar gedung olahraga sudah terbuka lebar untuk menelanmu. Keraguanmu itu membuat Ryouta kembali berbalik dan bertanya.

"[Name]-chan? Ada apa?"

Jeda sejenak, "...aku hanya gugup."

Tetapi dia malah tertawa, "tidak apa~ mereka baik, kok. Yah. Walaupun Kasamatsu-senpai sering menendangku, sih."

Kamu bergidik. Apa yang akan dilakukan orang bernama Kasamatsu itu jika kamu bertemu dengannya nanti? Itu yang kamu pikirkan.

Menganggap bahwa kau tidak akan masuk sampai kapan pun, Ryota menarik tanganmu. Menggenggamnya.

Membuatmu mau tidak mau terseret ke hadapan dua orang laki-laki yang sedang mengelap keringat sambil berbincang ringan itu.

Kouji Kobori, dan Shinya Nakamura.

"Doumo, Kouji-senpai!"

Ryouta kini tepat di hadapan ke dua pemuda itu. Kamu yang sebelumnya berada di samping, kini mundur ke belakang sedikit.

"Oh, Kise. Kau terlambat dari biasanya," Pemuda yang menjabat sebagai wakil kapten Kaijou itu berucap. Maniknya yang tadi menatap Ryouta, menurun, menatap tangan kalian yang masih saling bertaut, lalu berakhir ke arah dirimu.

"Wah, siapa dia, Kise?"

Laki-laki satunya, Shinya, yang sepertinya mendapati maksud yang sama seperti Kouji, langsung menyuarakan pertanyaannya.

Kamu dapat melihat, Ryouta menoleh ke arahmu, lalu tersenyum, "ini pacarku-ssu, yo."

Dia merangkulmu. Membuat wajahmu memerah, "[n-name] [surname], salam kenal."

Kamu merasa kamu terlihat kikuk. Tetapi bagi Ryouta, kamu terlihat imut.

"Ooh? Kau akhirnya memilih mengakhiri status single-mu, Kise?" Kouji melemparkan ejekannya, sebelum akhirnya maniknya kembali memandangmu, "Kouji Kobori. Salam kenal, [surname]-san."

"Kise, apa yang kau lakukan? Sudah terlambat, bukannya langsung berlatih."

Kalian yang ada di situ menoleh ke arah lain. Menemukan tiga pemuda lainnya yang berjalan ke arah kalian.

"Oh, siapa ini, Kise?"

Kamu menatapnya, pemuda lain dari yang pertama berbicara. Maniknya menilikmu dari bawah sampai atas.

"Dia pacarku-ssu, yo. Namanya [name]-chan!"

"S-salam kenal semua."

Mereka semua masih memandangimu. Pemuda lain dari ketiga tadi, maju, lalu memperkenalkan dirinya. Kamu merasa, dia orang yang seram. Nadanya yang kurang woles itu, seolah membentakmu. Dan awalnya kamu pikir, dia adalah Kasamatsu-senpai yang dibicarakan oleh Ryouta tadi. Sebelum akhirnya pemuda itu menyebutkan namanya.

"Hooo! Pacar Kise-kun? Salam kenal! Aku Mitsuhiro Hayakawa!"

"Santai saja, Mitsu-cchi. Kau bisa menakuti pacarku-ssu, yo," Ryouta, mengerti ketakutanmu pada seseorang bernama Mitsuhiro itu.

"[Surname]."

Kamu menoleh. Dia pemuda yang pertama bicara tadi.

"...kau yakin mau dengannya? Laki-laki yang lebih baik banyak diluar sana. Jangan jadikan hidupmu malang jika berpacaran dengannya."

Kamu mengerutkan keningmu.

"Hidoi-ssu, Kasamatsu-senpai!" Ryouta menyambar. Nadanya terdengar merengek, "[name]-chan itu mencintaiku juga-ssu, yo. Maka dari itu ia mau menjadi pacarku!"

...oh, itu dia yang bernama Kasamatsu. Kamu menatapinya. Benar juga, orang yang sering menyeret kerah Ryouta saat sedang berbicara padamu sebelumnya, pastilah orang ini.

"Aku Yoshitaka Moriyama. Tapi perkataan Kasamatsu ada benarnya. Maksudku dari pada sama Kise, lebih baik kau bersamaku, [name]," Entah kenapa kau merasa, laki-laki yang bernama lengkap Yoshitaka Moriyama itu mengeluarkan aura gemerlap saat berbicara demikian---yang menurutmu malah menjijikan.

"Tidak boleh-ssu, yo! [Name]-chan itu sudah jadi milikku!" Ryouta menyambar tubuhmu. Memeluknya.

"Sudah, lah, Kise. Kau ke sini ingin berpacaran atau berlatih?" Kasamatsu mengeluarkan delikkannya. Ia berkata demikian sambil kembali menggiring anggota tim lainnya untuk kembali berlatih.

"Tentu saja berlatih-ssu!" jawaban Ryouta termakan angin. Itu karena Kasamatsu mengabaikannya dan malah kembali ke lapangan.

"Nah, [name]-chan, terima kasih sudah mau memperkenalkan dirimu. Sekarang kau mau pulang atau menungguku berlatih-ssu? Aku akan antarkan jika kau mau pulang," ujar Ryouta menawarkan.

Kamu menggeleng, lalu berucap, "jangan. Nanti kau dimarahi oleh senpai-mu."

"Tapi aku harus mengantarmu pulang sebagai kekasihmu," balas Ryouta lagi.

"Terima kasih, Ryouta-kun. Lagi pula aku pikir aku akan menunggumu di sini sampai pulang," Kamu tersenyum.

Ryouta tampak berbinar. Tentu saja. Ini pertama kalinya kau menemani Ryouta dalam berlatih.

"Benarkah-ssu?" Nadanya terdengar sumringah, "terima kasih, [name]-chan! Jika kau ingin pulang, katakan saja padaku. Aku akan mengantarmu saat itu juga."

Kamu mengangguk, lalu memberikan senyum.

Dengan itu Ryouta berjalan ke dalam lapangan. Namun sebelum itu, ia sempatkan dulu untuk berucap. Kalimat yang langsung membuatmu merona, "aku mencintaimu, [name]-chan."

Very Loyal

Sudah berpuluh menit kamu menunggu di pinggiran lapangan. Dan tak bisa dipungkiri, kamu tidak merasa bosan sedikitpun. Pasalnya, ini pertama kalinya menonton Ryouta berlatih dengan status barumu itu. Membuatmu merasa beruntung, bahwa Ace Kaijo itu bisa terpikat padamu.

Di tengah Ryouta berlatih, kadang pria itu menggerlingkan matanya padamu. Membuatmu merona, sedangkan pria itu sendiri mendapat jitakan dari seseorang yang kau ketahui bernama Kasamatsu.

Ini sepulang sekolah. Tetapi beberapa murid selain klub basket, tampak mengunjungi gedung olahraga. Mayoritas perempuan. Dan kau tau, bahwa mereka adalah para fans kekasihmu.

Kamu sendiri hanya duduk diam di pinggiran. Sementara para fans itulah yang berisik menyemangati kekasihmu. Membuatmu berpikir, kalau kamu adalah kekasih yang buruk.

Tetapi sekelebat ide membuatmu kembali tersenyum percaya diri. Kamu akan membawakannya minuman.

Dengan itu pun, kamu bergegas ke kantin. Walaupun kamu tidak izin lebih dulu, Ryouta sempat menangkapmu yang pergi ke luar gedung. Ingin mengejarmu, namun lemparan basket dari Kasamatsu membuatnya urung.

Kamu membelinya, sebotol air putih. Menurutmu, tidak ada minuman terbaik yang pantas diminum sehabis berolahraga selain air putih. Walaupun mungkin asisten tim sudah menyiapkannya. Itulah yang membuatmu khawatir lagi kali ini.

Kamu berjalan pelan. Tampak ragu. Namun sebuah pemandangan begitu kau memasuki kembali gedung olahraga, sukses membuatmu berhenti.

Ryouta dengan segala keringatnya, sedang dikerumuni oleh fansnya. Menawarkan handuk, ataupun minuman.

"Ah, [name]-chan!"

Kamu terkesiap ketika dipanggil. Ryouta tampak berusaha untuk pergi dari kerumunan itu, lalu menghampirimu, "kupikir kau pulang. Syukurlah kembali lagi-ssu"

Kamu merasa, perempuan itu sedang menatapmu sebagai musuh, "...aku pergi membelikanmu minuman."

Kamu berbicara pelan. Ragu.

Tetapi Ryouta tetap menangkapnya. Wajahnya pun berubah menjadi sumringah, "wah! Kau membelikannya untukku-ssu? Terima kasih-ssu, yo! Aku memang mengharapkannya, hehe."

Dengan itu ia mengambil alih minumanmu. Langsung membukanya, dan meneguknya.

"...kenapa?" Kamu memutuskan untuk bertanya. Padahal sedari tadi ia disuguhkan minuman-minuman.

Ryouta menjauhkan ujung botol minumannya dari mulutnya, "kenapa-ssu? Tentu saja aku pasti mengharapkannya dari kekasihku sendiri."

"Datang dibawakan bekal, dibawakan minum, lalu membantuku mengelap keringaku, sambil berkata, 'kerja bagus Ryouta, aku mencintaimu.'"

Wajah Ryouta tampak memerah, tetapi ia tetap mengatakannya dengan lantang dan percaya diri. Sementara kau sendiri, speechless. Ryouta mengharapkan sekali dirimu agar bisa melakukan hal yang dia sebut tadi.

"...dan karena aku sudah memilikimu, aku tidak akan mau mengambil suguhan dari gadis lain-ssu."

Matching Shirt

"Ah~ akhirnya kita berkencan juga-ssu."

Kamu tersenyum menatapnya.

Iya. Ini sudah seminggu berlalu. Dan kalian baru menjalani kencan pertama kalian sesudah resmi. Walaupun pulang sekolah bersama menurutmu sudah termasuk kencan, tetapi kencan di hari libur berbeda rasanya.

"Kau mau ke mana, [name]-chan? Bioskop? Taman wahana? Akuarium? Kita ke mana saja, asalkan selalu bersama-ssu, yo!" ucapnya. Ryouta tampak ceria seperti biasanya.

"Terserahmu saja, Ryouta-kun," kamu terkekeh. Menanggapi antusiasnya hari ini.

"Hee~ jangan begitu. Aku bawa ke kamar, nanti, loh," celetuknya. Ia langsung kembali menyambar, "ah! Ada sesuatu yang ingin aku coba denganmu-ssu."

Ryouta kemudian menggenggam tanganmu. Kalian saat ini sedang berada di jalanan kota. Kau sendiri tidak tau, Ryouta akan membawamu ke mana. Namun yang kau yakin, ia tidak serius membawamu ke kamar. Walaupun kau sendiri tidak tau, apa yang akan ia coba di kamar denganmu.

-----------

"Nah! Ini cocok sekali-ssu!"

Kamu menatap cermin di hadapanmu. Di dalam cermin itu, terdapat pantulan keseluruhan tubuh kalian berdua. Ryouta yang sedang merangkulmu, menatap puas tubuhmu di dalam cermin, "kau juga terlihat makin imut. Kita akan langsung memakainya-ssu, yo."

Ryouta melepas rangkulannya darimu. Kamu memandangnya yang saat ini sedang memakai baju sama sepertimu. Bedanya, Ryouta memakainya dalam mode kaos berlengan panjang---namun digulung olehnya. Kau sendiri memakainya dengan model Skirt Dungarees. Kaos milikmu mirip seperti milik Ryouta. Sementara luarannya, berbahan jeans, yang menyatu dengan jeans milik Ryouta. Ini yang di sebut baju couple.

Love that You Support Him in Everything He Does

Setelah serangkaian jalan-jalan dan membeli baju yang saat ini kalian pakai, kalian berakhir di sini. Di sebuah cafe.

Kamu sendiri merasa, ketika kakimu menginjakan diri masuk ke dalam cafe ini, banyak pengunjung yang melabuhkan atensinya padamu. Sempat kau dengar bisikan samar dari salah satu pengunjung, ternyata mereka membicarakan kekasihmu itu.

Tentu saja. Wajah kekasihmu begitu familiar. Terpampang keren di majalah, membuat Ryouta mengambil eksistensi beberapa pengunjung.

"[Name]-chan, kau mau pesan apa?"

Memberi jeda untuk sekadar melirik menu, kamu pun menjawab, "terserah Ryouta-kun saja."

"Eeh?" Ryouta ikut menatap daftar menu yang tersedia di meja, lalu memutuskan, "baiklah, karena kau manis, [name]-chan---aku pesankan Pure Vanilla saja, ya? Sementara aku sendiri Coffee Crumble-ssu."

Kamu mengangguk. Ryouta langsung saja menyebutkan pesanan pada pelayan yang baru mereka panggil.

"...Ryouta-kun---sepertinya banyak pelanggan yang mengenalimu," ucapmu tiba-tiba begitu pelayan telah selesai melakukan tugasnya.

"Huh?" Ryouta melihat sekeliling. Beberapa tatapan memang tertuju pada mereka. Lebih tepatnya Ryouta. Tetapi ia sendiri tidak memusinhkan itu karena sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Lain halnya denganmu. Selain para wanita itu sepertinya melemparkan tatapan tidak sukanya padamu, kau tidak bisa menjadi pusat perhatian.

"Biarkan saja, [name]-chan. Abaikan mereka. Anggap saja kita di sini hanya berdua-ssu," Ryouta meraih telapak tanganmu. Menggenggam dan mengelusnya dengan ibu jari lembut.

Tatapan mereka seolah makin menusuk begitu Ryouta melakukan hal demikian padamu. Kamu sendiri mencoba untuk mengabaikannya---sesuai perkataan Ryouta. Tetapi berikutnya kamu tersenyum.

"Kamu sangat populer, Ryouta-kun. Sebagai pemain basket, juga sebagai mantan model," Iya. Kamu menyadari seberapa kerennya lelaki yang sudah kamu gaet ini.

"Huh? Hehe. Yah, begitulah-ssu," dia menggaruk pipinya dengan jari tangan satu lagi, "kebanyakan perempuan. Karena sudah memilikimu, aku merasa risih sekarang-ssu."

"Uh---tapi tenang! Aku tidak akan menduakanmu-ssu, yo. Kau satu-satunya yang aku cintai," ia menyambung cepat. Kamu juga dapat melihat, rona merah samar di kedua pipi Ace Kaijo tersebut, "...kau mempercayaiku, kan?"

Kamu terdiam. Berikutnya tersenyum lembut, "iya, Ryouta-kun. Aku mempercayaimu."

Pelayan datang membawa pesanan. Kamu terkesiap, karena tanganmu masih berada dalam genggaman Ryouta. Ingin melepasnya, tetapi kekasihmu itu malah mengeratkan genggamannya. Kamu melemparkan tatapanmu ke kekasihmu, dan dia malah melemparkanmu senyum miringnya.

Hingga akhirnya pelayan itu pergi, kau memutuskan untuk menyuarakan protesanmu, "kenapa tidak dilepas?"

"Kenapa-ssu? Apa tidak boleh aku menunjukkan kepada pelayan itu kalau kita adalah pasangan mesra?" Lagi. Ryouta melemparkan senyum miringnya. Membuatmu salah tingkah. Karena ucapannya, dan senyumnya.

Kemudian, kamu memilih untuk langsung menyeruput Pure Vanilla-mu. Membiarkan tanganmu masih digenggam erat olehnya.

"...Ryouta-kun---kalau begitu masa depanmu mau jadi apa? Pemain basket, atau model terkenal?" Kamu tiba-tiba menanyakannya. Sekadar mengisi topik sebenarnya.

"Huh? Um... Cita-citaku tidak ada dalam kedua pilihan itu-ssu."

Kamu mengerutkan alis.

"...sebenarnya aku ingin menjadi pilot-ssu."

"Kenapa?" Kamu sendiri tidak tau kenapa malah bertanya seperti ini.

"Kenapa? Itu aneh, ya?"

Dan akhirnya, kamu merasa sudah salah berbicara.

"Uh, tidak. Bukan begitu. Maksudku, padahal kau terlihat sangat berbakat dengan basket," ujarmu. Mencoba unthk meluruskan.

Ryouta terlihat menghela nafas. Kamu merasa balasanmu tadi masihlah buruk. Tetapi, Ryouta malah tersenyum, lalu berkata, "kau tau? Aku orang yang cepat bosan---"

Kamu menatapnya. Dia yang mendapatimu seperti itu langsung menyambar cepat, "---maksudku, bukan berarti aku akan cepat bosan denganmu!"

Kamu sendiri bahkan tidak berpikir ke situ.

"...maksudku, kadang pembelajaranku itu cepat. Tau-tau aku sudah menguasainya, dan sebab itu, aku bosan karena tidak ada tantangan lagi dalam mengejarnya."

Ryouta memandang jendela luar, "menjadi pilot... Aku rasa tidak akan membosankan-ssu. Banyak negara yang bisa aku kunjungi. Mempelajari bahasanya, dan tantangan setiap kali menerbanginya."

Ia tersenyum mengakhiri. Membuatmu juga ikut tertular akan memberikannya senyum.

"Dan untukmu sendiri---akan ada banyak hal yang harus aku coba. Mempertahankanmu itu termasuk tantangan yang tak akan membuatku bosan."

Kamu sendiri heran. Padahal membicarakan cita-cita. Lalu kenapa ujungnya jadi membuatmu merona juga?

"Nah. Untuk itu-ssu---aku akan merasa sangat bahagia jika kau terus berada di sisiku," sambil meraih tanganmu yang masih terbebas itu, ia menatapmu dalam.

Kali ini, kau tersenyum. Lalu membalas genggamannya pada ke dua tanganmu, "tentu, Ryouta-kun. Aku akan ada di sisimu. Selalu mendukungmu dengan apa yang kau inginkan. Maka dari itu, jadilah pak pilot yang bisa membuatku bangga."

----------

"Kau bilang kau akan selalu mendukungku dengan apa yang aku inginkan, bukan?"

Kamu mengangguk. Sambil kembali menyeruput minumanmu.

"Kalau begitu, berarti aku sudah dapat persetujuan darimu? Salah satu keinginanku, adalah cepat menikahimu-ssu, yo!"

"!?"

Kamu terbatuk. Dengan wajah memerah.

Get Angry when People Treat You The Wrong Way

"---[Name]-chan, kamu engga apa-apa?" Tentu saja Ryouta khawatir. Kamu tiba-tiba terbatuk. Dia sendiri tidak tau bahwa kamu yang seperti itu karena ucapannya.

"...t-tidak apa-apa," jawabmu. Mengambil tisu, lalu segera mengelap mulutmu, "Ryouta-kun, aku permisi ke toilet."

Iya. Kamu menghindar. Saking gugupnya. Kamu berpikir, padahal kalian baru seminggu berpacaran, tetapi Ryouta sudah menginginkan untuk menikahimu. Kamu yang baru pertama kali mendapat ini, tentu saja tak punya banyak pengalaman, dan malah melarikan diri untuk menenangkan degup jantungmu.

Sesampainya di toilet, kamu tidak benar-benar untuk buang air. Menatapi cermin, kamu dapat melihat wajahmu masih merona. Menarik nafas, itu yang kamu butuhkan saat ini.

Setelah dirasa sudah normal, kamu membuka keran. Sekadar mencuci tangan. Lalu berjalan keluar toilet. Tetapi, sesuatu di luar ruangan toilet itu membuatmu seperti tikus terperangkap pemangsa.

Beberapa gadis, bediri di hadapanmu. Salah satu dari mereka, dapat kau kenali. Gadis yang ikut-ikutan menatapi kamu dan Ryouta sedari tadi.

"Aku tidak akan berbasa-basi," Salah satu dari mereka mulai berbicara, "siapa kau? Kekasihnya Ryouta?"

Kamu tidak menjawab. Dan mereka kembali merentetkan pertanyaan.

"Sejak kapan kau berpacaran dengannya? Jurus jalang apa yang kau gunakan sampai Ryouta bisa menjadi kekasihmu?"

Pertanyaan yang membuatmu terbelalak.

"Kuakui kau memang hebat. Ryouta bisa menjadi kekasihmu. Tetapi kami sebagai penggemarnya, tidak akan membiarkanmu mempermainkan Ryouta begitu saja."

"...aku tidak mempermainkannya."

Itu suaramu. Nadamu terdengar berbisik. Membuat gadis yang sedari tadi berbicara, kembali melecehkanmu.

"Hah? Kau bilang apa? Suaramu menciut di depan kami, tapi kau berani mempermainkan Ryouta kami. Cih," Kamu terkesiap. Gadis itu menarik rambutmu. Membuatmu meringis.

"Sok polos! Dasar wanita jalang!" Gadis itu kembali mencemooh, namun kali ini, satu tangan lainnya akan ikut mencemooh dirimu. Menamparmu.

Kamu memejamkan mata.

"!?"

Tetapi apa yang kau pikirkan itu tidak pernah terjadi.

Karena kekasihmu, datang melindungimu.

"Apa yang kau lakukan pada pacarku, hah?"

Kamu membuka manikmu kembali. Ryouta ada di hadapanmu. Dia memegang lengan gadis itu. Sepertinya kencang. Karena kau dapat melihat gadis tersebut meringis.

"Mau memprovokasinya agar menjauhiku? Mau melarangnya agar berpacaran denganku? Kau bisa katakan itu padaku saja, Bitch," Iya. Kamu baru pertama kali melihat Ryouta seperti ini.

Ryouta masih memegang kencang tangan gadis tersebut. Suara yang keluar berikutnya, ia keluarkan dengan nada menekan, "aku menghargai kalian sebagai fans-ku. Tetapi jika sampai seperti ini, kalian harusnya mengaca, siapa yang lebih pantas disebut wanita brengsek."

Dengan itu, Ryouta menghempaskan lengan si gadis. Beralih menggenggam lenganmu. Tetapi dengan lembut. Lalu langsung menarikmu pergi dari sana.

Ceritanya simpel saja. Koridor luar toilet wanita terlihat dari mejamu dan Ryouta. Awalnya begitu kekasihmu itu menyadari kalau kau sudah keluar dari toilet, Ryouta membiarkannya. Karena Ryouta berpikir, kalian hanya saling menyapa biasa saja.

Tetapi ketika melihat rambutmu sudah ditarik, ia langsung bergegas mengunjungimu. Dan menahan tamparan yang akan kau terima itu. Memberikan suatu peringatan bagi mereka, lalu membawamu lari dari cafe tersebut.

You Need to Force Him to Study

Manikmu mendapatinya, papan pengumuman itu sudah dikerubungi murid-murid. Saling berdesakan, injak kaki sana, injak kaki sini, sikut sana-sini, dan sebagainya.

Kamu yang kurang suka dengan kondisi seperti itu hanya bisa memandangi papan pengumuman dari belakang. Sementara ketiga temanmu lainnya nekat menerobos khalayak liar di hadapanmu. Mencoba melihat bagaimana hasil ujian.

Bahkan dari belakang, manikmu masih mampu membaca tulisan di papan itu. Dan kau tau, kau bukan diurutan lima belas besar. Nilaimu turun. Mungkin efek saking exited punya pacar tampan yang mubazir apabila sedetik saja tidak absen dalam pikiranmu.

Peringkat delapan belas. Astaga. Tertendang jauh dari sembilan besar sebelumnya. Mau marah dengan si oknum yang membuatmu menjadi seperti ini, namun menatapnya saja rasa hampir meleleh.

...tapi bukan itu saja yang membuatmu hampir depresi.

-----------------

"Lihat? Dia hanya akan mempermalukanmu, [surname]," Yukio mulai berkicau, manik yang semula memandangmu, beralih ke sebuah objek berwarna kuning, "nilaimu sama sepertimu, yang hanyalah kulit pisang busuk rendahan, Kise."

"Hidoii, Kasamatsu-senpai! Aku tidak serendah itu!"

Yukio, Ryouta, dan kamu saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Yukio ternyata punya jalan searah denganmu selama ini. Kau mulai mengetahuinya ketika beberapa minggu setelah berpacaran dengan Ryouta. Pertama kali pulang dengan Yukio, kalian tenggelam dalam kecanggungan. Hingga akhirnya, Yukio bisa bebas berekspresi--menyumpah-serapahi kekasihmu di depanmu sendiri. Kau, sih, tidak keberatan. Berdasarkan cerita Yukio, memang Ryouta, lah yang bersalah.

Sementara Ryouta sendiri, terkadang memang dia mengantarmu sampai rumah. Hari ini, karena melihatmu dan Yukio yang saling mengobrol sambil berjalan bersama keluar gerbang, Ryouta langsung menerobos jarak kalian berdua, sehingga pemuda itu menjadi penengah kau dan Yukio.

"...Ryouta-kun, bukankah kau bilang sudah belajar?" Iya. Selama masa ujian kemarin, semenjak kau menjadi kekasih Ryouta, pria itu menjadi sering menelponmu malam-malam. Bilangnya, sih, rindu. Padahal baru sore tadi berpisah. Lalu ketika kau bertanya apakah dia sudah belajar karena menelponmu sampai larut, dia bilang sudah.

...nah, ini satu faktor penyebab nilaimu runtuh. Setan kuning tengah malam menganggu waktu belajarmu.

"Iya, aku sudah belajar-ssu! Aku tidak bohong!" Ryouta menjawab agak panik. Menyangka takut kau merasa terbohongi olehnya, "...tapi memang saja soalnya yang susah."

"Hhh!"

Kau menatap Yukio yang menghela nafasnya kasar. Well, harusnya kau yang menghela nafas seperti itu.

"Memang dasarnya makhluk kuning itu kelewat bodoh," sambil berkata itu, Yukio memijat pelipisnya.

"Apa kau baru saja menyamakanku dengan Spon kuning bawah laut, Kasamatsu-senpai?!" Ryouta memandang senpainya itu tak terima.

"Tapi Ryouta-kun, jika nilaimu terus seperti ini, liburan musim panasmu akan dihabiskan oleh pelajaran tambahan---"

"---iya, aku tau-ssu, yo! Dan aku maunya menghabiskan musim panas bersamamu..." dia berbalik memandangmu.

"Biar saja. Bocah sepertimu, urusi saja dulu nilai. Jangan pacar-pacaran."

...lambang keirian jomblo yang hakiki.

"Padahal nilai Kasamatsu-senpai saja cukup jauh dari nilai [Name]-chan."

Duk!

"Sakit, Kasamatsu-senpai!"

Yukio, setelah menendang lutut belakang Ryouta----yang menyebabkan makhluk kuning itu terpatah jalannya---langsung berbelok ke rute rumahnya selanjutnya. Mereka berpisah di sini.

"[Surname], kalau kau merasa risih, teriak saja. Setidaknya mungkin ada tukang sampah yang menyeret si kuning bodoh itu," sebut saja itu salam perpisahan penting dari Yukio sebelum pemuda itu melambaikan tangan, "jaa, [surname]."

Meninggalkanmu dengan kekasih kuningmu ini.

"[Name]-chan, bagaimana ini? Aku mungkin akan dapat pelajaran tambahan selama liburan-ssu!" Ryouta kembali merengek.

"Y-yah bagaimana? Kau harus perbaiki nilai mu, Ryouta-kun," kau ternyata malah ikutan panik saat Ryouta melemparkan tatapan memelas padamu.

"...kalau begitu kau harus membantuku belajar, [Name]-chan!"

-----------------

Kau mulai melangkah masuk, begitu si empunya apartemen ini telah mengizinkanmu.

Ini sudah dua hari terlewat semenjak Ryouta memintamu untuk membantu pelajaranmu. Dan hari libur ini, kau diundang ke rumahnya, katanya, sih, untuk belajar. Tapi kau sendiri tidak yakin. Pasalnya, jika itu di apartemen Ryouta, berarti kalian hanya berdua di sana.

Oh.

"Kasamatsu-senpai?"

Yang dipanggil memutar haluannya dari televisi besar punya Ryouta.

"[Name]-chan, lihat---Kasamatsu-senpai beralasan akan me-review pertandingan Shutoku itu di sini. Jadi kita tidak bisa berduaan-ssu, yo!"

Itu Ryouta. Membawa senampan suguhan, ia meletakan itu di atas meja yang ada di hadapan Yukio.

"Aku tidak tau kalau hari ini kau ada jadwal dengan [surname]. Dan aku tidak menerima tolakan. Jadi aku akan di sini sampai kalian selesai."

Kau tau. Itu murni alasan yang dibuat Yukio. Kau sendiri lupa kalau Yukio ada di sini adalah atas permintaanmu sendiri. Bukan. Lebih tepatnya, kau tidak menyangka Yukio mau untuk berada di sini.

Kemarin, saat pulang, kau bilang padanya bahwa esoknya kau akan ke rumah Ryouta untuk belajar. Lalu entah kenapa kau malah meminta kapten Kaijo ini untuk ikut serta.

Yah. Hanya saja kau merasa aman dengan kehadiran Yukio ini. Wadoo. Harus dikasih sedikit warning ini.

Kembali. Langsung saja kau duduk di atas karpet. Ryouta mengikutimu. Dan duduk membelakangi televisi.

"Kasamatsu-senpai, tolong matikan televisinya," pintamu sopan. Yukio pun menurut. Namun suara Ryouta segera menyusul detik kemudian.

"Kan. Kasamatsu-senpai mengganggu-ssu."

"Diam. Dan belajar yang benar, Kise!" Yukio mengambil ponselnya, "kau pikir aku mau cuma-cuma berada di sini sebagai orang ketiga?"

Dih. Kalo gini, sih, kau jadi merasa bersalah atas undanganmu itu. Tapi, kan, ini bukan murni kesalahanmu juga, benar? Awalnya kau juga tidak tau kalau Yukio mau datang ke sini. Hanya saja yang pasti, nanti kau harus meminta maaf, sekaligus berterima kasih yang sebesar-besarnya pada senpai-mu ini.

"Sudah, Ryouta-kun. Kita mulai saja," ajakmu kemudian sambil mengeluarkan buku-bukumu, "Kasamatsu-senpai, kau bisa ikut mengajari Ryouta-kun kalau mau. Karena sudah kelas tiga, kau pasti lebih mengerti dari pada aku."

"Aku tidak sudi mengajarinya."

"Dia hanya akan menendangku terus-ssu, yo!"

Watching Trash TV Together

Serangkaian penjelasan telah kau curahkan di hadapan makhluk kuning ini. Rasanya susah-susah gampang, sih, mengajarinya.

'Memang dasarnya makhluk kuning itu kelewat bodoh.'

Kau jadi ingat kalimat Yukio dua hari yang lalu itu, dan mulai menyamakan Ryouta dengan segala makhluk kuning bodoh sebangsanya.

Untung saja, segala kesulitan itu telah terlewatkan. Kini, hanya kalian berdua yang masih di rumah ini.

Yukio?

'Maaf [surname], aku ada keperluan mendadak. Kalau si kuning itu macam-macam, hubungi aku atau polisi langsung.'

Itu isi pesannya ketika Yukio izin pulang dari hadapan kalian berdua. Ryouta sendiri, sih, malah kelewat girang pastinya.

Cukup lama setelah kepergian Yukio, Ryouta menyudahi pembelajarannya. Kau harusnya pulang, mengingat kau di sini hanya sebagai tutornya. Tapi kata Ryouta, sekalian saja jadikan ini sebagai kencan.

Kencan menonton tayangan tidak berfaedah. Kau jadi mengerti, kenapa kekasihmu itu kelewat bodoh seperti yang dikatakan Yukio.

Kau sendiri sadar tayangan ini tidak berguna. Namun entah kenapa tetap saja membuatmu tertawa. Kalian berdua tertawa. Mungkin ini tanda kau mulai tertular cap kuning bodoh milik Ryouta? Engga apa-apa. Ini namanya sehati.

Think it's Cute when You Fall a Sleep in His Arm

"[Name]-chan, tidakkah kau melihat bahwa orang itu mirip Kasamatsu-senpai? Hahaha."

Entah sudah berapa lama kalian menghabiskan waktu seperti ini-ini saja. Mengganti tayangan tidak berfaedah yang satu dan ke yang lainnya. Sepertinya memang itu tipe tayangan kesukaan Ryouta. Kau harus menasehatinya agar mulai menjauhi tayangan tidak bermanfaat seperti itu.

Tapi yang paling tidak dimengerti adalah kau---

Tuk.

---yang bisa-bisanya tertidur dalam lautan suara tawa Ryouta.

"Eh, [name]-chan?" Ryouta melirikmu yang duduk di sampingnya. Dengan kedua kaki yang berselonjor di atas sofa, dan kepalamu yang bersender di sandaran sofa dengan lengan Ryouta yang menjadi bantalannya, kau sudah terlelap nyaman di sana.

Membuat Ryouta tersenyum geli melihat wajah tidurmu yang cukup dekat dengan wajahnya sendiri. Mematikan televisi yang tiba-tiba saja sudah tidak menarik lagi, Ryouta kini beralih memandangimu. Anak rambut milik ponimu, keningmu, alismu, bulu mata lentikmu, hidung kecil milikmu, bibir kecilmu---dia merasa harus mampir dulu di sana. Dan Ryouta melakukannya dengan lembut agar tidak membangunkanmu.

Neck Kisses

Dalam posisinya yang seperti ini, mudah bagi Ryouta untuk menciumi seluruh area wajahmu. Selepas menciummu--well, dia hanya menjilati bibir bawahmu--kepalanya terus turun ke bawah dagumu. Dan berhenti pada sumber aroma dirimu. Leher jenjangmu.

Dia sangat suka aromamu. Katanya semanis vanilla, tapi lebih menarik. Awalnya dia hanya menenggelamkan wajahnya pada lehermu. Namun perbuatannya itu semakin lama semakin nakal. Menjilati, menghisap pelan, bahkan kini sudah mulai menggigiti kecil lehermu.

Kau, sih, masih terlelap. Namun sepertinya, perlakuan Ryouta itu terbawa sampai mimpimu.

Alhasil, dia menciptakan tanda kemerahan pada lehermu.

Memperbaiki posisi, Ryouta membuat dirinya jauh lebih leluasa untuk menjamahi lehermu. Candu. Sepertinya itu kata yang tepat saat ini. Dia mulai mencari tempat lain untuk 'ditandai'.

Dalam damainya lelapmu. Kau tidak sadar bahwa kekasihmu hampir mencabulimu saat kau sedang tertidur. Meninggalkan tiga tanda kemerahan sebenarnya tidaklah cukup bagi Ryouta. Namun terus menjamahimu lebih dalam saat kau sedang terlelap tidak mempunyai sensasi yang menarik.

Ryouta tentu lebih suka melakukannya saat kau sadar. Sehingga dia bisa mendengar  suaramu yang paling indah itu.

-----------

'Kasamatsu-senpai, tolong tendang Ryouta-kun untukku T_T'

Kasamatsu-senpai

'Dengan senang hati, [surname].'

Kasamatsu-senpai

'Tunggu---apa yang dia lakukan padamu?'

What the hell. Tentu kau tidak bisa memberitahunya tentang apa yang Ryouta lakukan.

Kasamatsu-senpai
'Si kurangajar itu. Akan aku tendang sampai masuk ke ring basket!'

'Uh... Jangan terlalu keras menendangnya Kasamatsu-senpai.'

...sepertinya bodyguard seperti Yukio sangat dibutuhkan untukmu. Apalagi pada saat-saat kau tertidur.

Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro