Chapter 7 Part 2
Di area luas ruangan 01, aku dan Clone berdiri di sisi ruangan yang berlawanan dengan jarak 3 meter.
Aku kembali menguap. Sepertinya rasa kantuk ini tidak bisa ditahan. Kalau begitu, aku harus segera menyelesaikan pertarungan ini sebelum tubuhku dikuasai rasa kantuk.
Aku memiringkan kepala ke kanan kiri. Lalu, aku meluruskan lengan kanan ke depan dan menarik telapak tangannya ke belakang dengan tangan kiri. Lalu bergantian dengan tangan kiri yang ke depan.
Tenaga di dalam mulutku kembali terasa. Tenaga itu meronta – ronta ingin keluar. Aku harus menahan tenaga itu dengan melompat – lompat kecil.
Sementara itu, Clone mendongak menatap langit – langit ruangan. Dia menggaruk kepalanya lagi. Lalu, Clone menunduk dan badannya bergetar.
Dari speaker di dinding ruangan terdengar suara yang mengatakan kalau tes kemampuan tahap 2 sudah bisa dimulai. Bersamaan dengan itu, salah satu sisi dinding terbuka memperlihatkan sebuah papan timer di baliknya.
Papan timer mulai menghitung mundur 10 menit. Aku menggertakkan gigi dan melangkahkan satu kaki ke depan.
Tapi kemudian, Clone berseru, "Spirit Ability!" Di sekitar tubuhnya meledak semacam aura bertekanan hingga menyebar ke seisi ruangan.
Aku hampir terhempas. Badanku menggigil sesaat dan jaket yang kupakai berkibas – kibas. Hampir saja terlepas dari tubuhku jika aku tidak menarik restletingnya.
Saat Clone mengaktifkan Spirit Abilitynya, angin yang kencang akan bertiup lingkungan di sekitarnya. Tapi, itu justru mempermudah lawannya untuk melihat serangannya, apalagi jika di ruangan tertutup seperti ini.
Clone membuka telapak tangan kanannya. Di atas telapak tangan itu tampak pusaran angin berbentuk bola dan berwarna kehijauan.
Clone melempar pusaran angin itu ke arahku. Saat pusaran itu mulai mendekatiku, aku tersenyum sinis sambil berkata pelan, "Terbelahlah."
Sesaat sebelum mengenaiku, pusaran itu terbelah menjadi 2, masing – masingnya lewat di sebelahku dan menghantam tembok ruangan di belakang.
Clone telihat kaget. Dia bertanya dengan suara keras, "Kenapa tidak kena?"
"Ini adalah Spirit Abilityku. Kaget ya," jawabku.
"Tidak," balas Clone.
Aneh sekali. Tadi, Clone menyuruhku untuk tidak bohong, tapi dia sendiri juga sedang bohong. Tidak mungkin dia tidak kaget saat melihatnya, terlebih lagi aku belum pernah menunjukkan siapa pun tentang Spirit Ability ini.
Lagipula, walaupun dia tahu Spirit Abilityku, bukan berarti dia bisa mengalahkanku. Saat ini, aku lebih unggul karena aku tahu kemampuannya sedang dia tidak tahu kemampuanku.
Dan juga, Clothes of Chaos yang kupakai adalah salah satu dari Elemental Spirit. Dia memiliki kemampuan yang tak terkalahkan. Dengan begitu, bagaimana kau akan menghadapi ini, Clone?
Aku meluruskan tangan kanan ke depan dengan telapak tangan terbuka ke luar sambil berseru, "Spirit Ability! Kaze 風! "
Seruan itu menggema di dalam ruangan. Kemudian, di sekitar tubuhku muncul aura yang melindungiku. Kedua aura itu—milikku dan miliknya Clone—saling bertabrakan.
Baiklah, siapa yang akan menyerang duluan? Aku atau dia? Sebaiknya, aku menyerangnya langsung agar tes ini segera berakhir.
Di depanku, Clone membuka kedua telapak tangannya. Di keduanya muncul pusaran angin yang besarnya sama. Jangan – jangan, dia ingin mencobanya lagi? Kau tidak tahu kapan harus menyerah ya.
Tapi, cara Clone menyerang itu tidak efektif. Dia harus membuka telapak tangannya dulu sebelum membuat pusaran angin itu. Apa dia tidak bisa langsung melepaskan angin tanpa persiapan yang merepotkan itu?
Clone melemparkan pusaran yang di tangan kanan dahulu. Aku menjentikkan jari dan pusaran itu menghilang begitu tiba di depan wajahku.
Kemudian Clone melempar pusaran yang di tangan kirinya. Aku mengayunkan lengan kananku untuk memukul pusaran itu. Pusaran itu lenyap saat menyentuh lenganku.
"Percuma! Percuma! Percuma!" aku berseru kecewa.
"Seranganmu itu tidak akan pernah menyentuhku," sambungku.
Clone menggelengkan kepala sambil kembali memunculkan pusaran angin di kedua telapak tangannya. Sepertinya, dia tidak tahu kapan harus menyerah.
Kedua pusaran itu dilemparkan secara bersamaan. Yah, mau dilempar satu per satu atau langsung bersamaan juga tidak akan mengubah apa pun. Aku akan tetap unggul disini.
2 pusaran angin itu berbelok dan tiba di samping tubuhku. Pusaran itu kemudian bergerak mengitari tubuhku. Dua kali putaran, aku merentangkan kedua tangan dan meraih kedua pusaran itu.
Mereka berputar sebentar di atas telapak tanganku. Aku pun melangkah ke depan sambil membawa pusaran itu. Bagaimana menurutmu, Clone?
2 meter jarakku dengan Clone, aku melempar balik 2 pusaran itu padanya. Mereka bergerak cepat untuk menyerang Clone jika dia diam saja.
Clone melangkah ke belakang. Aura yang berada di sekitar tubuhnya itu tersedot ke depan dadanya, membentuk sebuah tekanan energi.
2 pusaran angin menghantam tengah – tengah tekanan energi itu. Saat keduanya bersentuhan, tekanan energi menyebar ke samping sementara pusaran anginnya perlahan – lahan menghilang.
Clone menahan keduanya. Responnya cepat juga walau tadi dia kaget. Mungkin sekarang saatnya aku untuk menyerang karena daritadi aku hanya menahan serangannya Clone.
Clone mendongak menatap atap ruangan. Dia menarik nafas panjang dan aura di sekitar tubuhnya itu terhisap seluruhnya ke bawah kakinya, berubah menjadi seperti gasing berwarna hijau yang sedang berputar.
Gasing itu berputar membuat pusaran angin ke atas. Lama menunggu, tubuh Clone sekarang diselimuti oleh pusaran angin yang tampak seperti tornado kecil.
Jadi dia mencoba untuk bertahan ya? Sepertinya ini saat yang bagus bagiku untuk menyerangnya. Apa yang sebaiknya kugunakan untuk menyerang ya.
Tidak membuang – buang waktu lagi, aku berlari kepadanya. Aku akan mengendalikan tornado kecil yang menyelimuti tubuh Clone untuk menyerang dirinya sendiri.
Setengah meter berlari, tiba – tiba tubuhku terhempas ke belakang. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tubuhku melayang hingga menghantam dinding ruangan.
Aku mencoba berdiri dengan tertatih – tatih. Saat kulihat kedua tanganku, terdapat luka goresan di kedua lengan bawahnya. Apa – apaan ini? Aku tidak tahu apa yang barusan dia lakukan tapi itu cukup tidak terduga.
"Apa – apaan barusan itu?" aku berseru.
Wajah Clone terlihat senang.
"Aku membuat angin yang tak bergelombang," jawabnya.
Angin yang tak bergelombang? Apa – apaan itu? Tidak ada yang namanya angin tak bergelombang. Bilang saja kalau kau tidak mau memberitahuku.
Aku berjalan pelan ke depan. Di luar dugaanku, sepertinya kini Clone lebih unggul. Dia bahkan sudah tahu kemampuan dari Kaze 風 milikku.
Aku harus pakai cara lain untuk menyerangnya. Tapi, apa itu? Aku malas memikirkannya. Akan kugunakan cara yang sebelumnya saja.
Aku mencoba berdiri tegak dan membusungkan dada. Aku berseru, "Hei Clone! Pertarungan sebenarnya baru dimulai sekarang!"
"Ya. Kau benar," balas Clone.
Aku melihat ke timer di dinding ruangan. Sudah menunjukkan tinggal 5 menit lagi. Aku tidak bisa bermain – main dengan pusaran angin itu lagi. Saatnya serius.
"AAAAAAAAAAAHHHHHHHH1!!!" aku berteriak sekencang mungkin, tidak ada yang terjadi setelah itu.
Dia menangkisnya. Tornado kecil itu pasti tebal. Pertahanan yang bagus dan cukup merepotkan untuk ditembus. Meski begitu, pasti bisa dihancurkan dari dalam.
Clone berlari dengan tornado kecil itu masih menyelimutinya. Tornado kecil itu sepertinya meningkatkan kecepatan larinya.
Aku juga ikut berlari. Kami sedang berlari menuju ke satu sama lain.
Kami bertemu di tengah ruangan. Aku langsung mengulurkan tangan kanan ke depan sambil berkata pelan, "Terbukalah."
Tornado kecil itu sedikit terbuka di bagian yang menutupi kepalanya Clone. Aku pun menggerakkan tangan kananku untuk memasuki celah itu. Aku akan mendapatkan jaketnya.
"Inilah akhirnya!" aku berseru penuh kemenangan.
Tanganku menggenggam erat kerah jaketnya Clone. Tapi tak kusangka, Clone juga memegang lengan kiriku.
Darimana dia memegangnya? Aku sedikit menunduk dan melihat kalau dia membuka celah lain di tornado kecil itu. Celah itu berada di bagian yang menutupi sebelah kanan badannya.
Tangan kanannya menjulur keluar dari celah itu dan memegangi jaketku di bagian lengannya. Aku menggertakkan gigi. Kalau begini, jaket kami berdua akan terlepas bersama dan pertarungan akan berakhir seri.
Aku meronta – ronta agar tangannya Clone terlepas dari lenganku bersamaan dengan aku menarik terus tangan kananku yang memegang kerahnya Clone.
Apa sebaiknya kutarik kuat hingga jaketnya robek? Itu berarti, Clone akan kehilangan Clothes of Chaosnya bukan? Dan aku akan mendapatkan kemenangan.
Pegangan tangan Clone di lenganku terlepas, begitu juga dengan pegangan tanganku di kerahnya Clone. Kemudian, tubuhnya Clone terlempar ke belakang dan menghantam dinding.
Aku mengibaskan tangan kananku yang bergerak secara paksa tadi. Di depanku, Clone sedang merintih kesakitan setelah menghantam dinding.
"Kau bunuh diri, Clone! Menghantamkan diri ke tembok dan menyakiti diri sendiri adalah hal yang sama. Yang kau lakukan itu justru memperburuk situasimu!" aku berseru sambil sedikit mendongak ke atas.
Lalu, aku berlari kepadanya. Sementara itu, Clone masih berbaring di lantai. Tadi itu pasti sakit sekali.
Satu setengah meter jarakku dengan Clone, terdengar suara alarm dari dinding. Aku berhenti berlari dan menoleh melihat timer di dinding. Timer di dinding menunjukkan tinggal 0 menit lagi, yang berarti waktunya sudah habis.
"Apa – apaan ini!" aku berseru kecewa sambil berlutut di lantai.
Inilah alasannya aku benci batasan waktu. Pembatasan membuatku tidak bisa bersenang – senang karena aku dipaksa untuk menyelesaikannya sebelum batas. Terlebih lagi, karena itulah tes ini berakhir seri.
Di depanku, Clone sudah berdiri walau tubuhnya sedikit oleng ke samping. Dia mengusap mulutnya dengan lengan kanan.
Clone berjalan kepadaku. Yah, aku tahu apa maksudnya ini. Aku pun kembali berdiri menunggu Clone tiba di depanku.
Saat dia tiba di depanku, Clone mengulurkan tangan kananya agak ke atas. Aku pun menerima uluran tangan itu dengan tangan kanan lurus agak ke bawah.
"Tes sudah selesai. Terima kasih atas usaha kerasnya," suara dari speaker di dinding ruangan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro