Chapter 16 Part 2*
Dua menit kemudian, Syco sudah menemukan benda yang ingin dia keluarkan dari dalam saku jaketnya. Benda itu adalah sebuah tabung putih yang berdiameter dua senti dan panjangnya sepuluh senti. Benda itu diselimuti oleh sebuah kertas berwarna biru yang mengelilingi badannya.
Di bagian atas benda itu terdapat sebuah tutup berbentuk lingkaran yang diameternya sedikit lebih besar dari diameter tabung.
Terdengar suara seperti tutup botol soda dibuka menggunakan alat pembuka botol saat tutup lingkaran itu tiba - tiba melayang setinggi lima senti dari mulut tabung. Itu pasti telekinesisnya Syco.
Sedetik kemudian, mulut tabung memuntahkan partikel debu yang berkilau berwarna biru. Jumlahnya yang banyak membuat partikel debu itu tampak seperti kabut.
Angin yang kencang kembali bertiup di lorong bangunan laboratorium, membuat jaketku, jaketnya Bu Cam, jaketnya Syco, jaketnya Visty, dan jasnya pria berjas hitam berkibar - kibar.
Angin ini lebih dingin dari sebelumnya. Beruntung aku memakai jaket yang bisa mengurangi suasana dingin yang kurasakan.
Kabut berkilau, ditambah dengan angin yang kencang, membuat partikel - partikel debu itu melayang ke arah kerumunan pria berjas hitam di depannya Syco.
Visty dan pria berjas hitam mengayunkan tangan kanan masing - masing hingga wajah mereka tertutup oleh tangan kanan itu di bagian lengan atasnya. Tujuan dari melakukan gerakan ini adalah untuk melindungi wajah agar partikel debu itu tidak mengenainya.
Meskipun begitu, partikel debu itu masih bisa mengenai bagian tubuh mereka yang lain.
Setengah menit setelah kabut berkilau melayang ke arahnya, cahaya berwarna biru mulai berkilau di sebagian besar anggota tubuh Visty dan pria berjas hitam. Di tangan, kaki, dan dada merekalah kilauan cahaya biru itu berasal.
Partikel debu itu memiliki sifat yang membuatnya seolah menempel ke benda yang disentuhnya. Hal itulah yang terjadi pada kerumunan pria berjas hitam.
Visty menyipitkan mata. Meski dia sudah melindungi wajahnya dengan lengan kanan bagian atas, tidak menjamin partikel - partikel debu itu untuk tidak memasuki matanya. Kalau tidak salah, istilahnya adalah, "kelilipan."
Hal yang sama juga terjadi pada kerumunan pria berjas hitam di belakangnya. Satu per satu-mulai dari yang berdiri di paling depan-mulai mengedip - ngedipkan mata.
Jadi, apakah Syco ingin mengganggu pandangan kerumunan pria berjas hitam di depan kami dengan membuat mereka kelilipan oleh partikel debu bercahaya itu?
Aku merasa kalau cara itu kurang efektif. Sebab, proses kelilipan hanya berlangsung selama kurang dari satu menit. Dan dalam satu menit itu, aku ragu kalau Syco bisa melakukan sesuatu yang lain kepada kerumunan pria berjas hitam.
"Satu ... dua ... tiga ...," aku memutuskan untuk menghitung waktu yang diperlukan kerumunan itu untuk lepas dari kelilipan. Tanpa sadar, aku menghitung sambil bergumam.
Ayolah Syco, lakukan sesuatu kepada mereka. Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang, karena anak perempuan itu membingungkan.
Setidaknya, kau mungkin bisa menggunakan telekinesis untuk menggerakkan kerumunan pria berjas hitam itu-mulai dari Visty misalnya-untuk keluar dari bangunan laboratorium.
"Sepuluh," saat mencapai hitungan yang kesepuluh, aku melihat kalau partikel debu yang menempel di kedua kaki dan lengan kiri Visty mulai bergerak sendiri.
Satu per satu dari mereka berjalan menuju telapak tangan kanannya Visty.
Di tengah perjalanan, rintangan pasti menghadang mereka. Contohnya antara lain, lipatan di pakaian yang dipakai Visty dan tubuh Visty yang bergerak tiba - tiba.
Partikel debu dapat melewati rintangan itu dengan melakukan gerak melompat.
"Dua pulu-sudah sampai berapa tadi?" gumamku.
Melihat perjalanan partikel debu itu membuatku terlena, sehingga melupakan perhitungan detik yang sedang kulakukan. Aku pun harus mengurungkan niat menghitungku.
Dalam waktu hampir satu menit, partikel - partikel debu itu pun akhirnya tiba di telapak tangan kanan Visty.
Tidak sampai di situ, perjalanan mereka rupanya masih berlanjut.
Partikel debu itu-dimulai dari yang pertama kali tiba di telapak tangan-mulai bergerak menuju ujung setiap jari - jarinya.
Sesampainya di ujung setiap jari dari telapak tangan kanan Visty, partikel itu melompat beberapa senti ke udara dan mendarat di atas sebuah ruang kosong di bawah tangan kanan itu.
Banyaknya jumlah partikel yang mendarat di sana, membuat ruang kosong itu terlihat seperti dikelilingi oleh kerlap - kerlip cahaya.
Sejenak, aku melupakan soal luka pada bahu kiri Syco dan keberadaan Bu Cam di sampingku. Perhatianku terpusat kepada kerlap - kerlip itu.
Kerlap - kerlip itu seolah membentuk wujud seperti sebuah pisau yang biasa dipakai tentara. Kalian tahu kan, bentuknya bagaimana? Pisau yang dipakai tentara itu bentuknya lebih pipih daripada pisau yang dipakai di dapur.
Bentuk pisau yang sama juga pernah kulihat di game yang dimainkan Tech di Hpnya.
"Ini-," Visty berseru tertahan.
"Aku sudah tahu Spirit Ability yang kau gunakan, Visty!" sela Syco seolah dia sedang berbicara dengan orang yang sudah akrab dengannya.
Jadi ... jaket kulit yang dikenakan Visty adalah sebuah Clothes of Chaos? Lalu, Spirit Abilitynya adalah pisau yang tidak kasat mata? Kemampuan ini terdengar aneh. Terlebih lagi, apa yang bisa dilakukan oleh pisau itu.
Tunggu ... pisau itu tidak kasat mata, kan? Jadi, Visty sendiri pasti tidak tahu di mana pisaunya dan bagian mana yang sedang dia pegang. Atau, pisau itu hanya bisa dilihat oleh penggunanya saja.
Jadi begitu. Aku berpikir kalau luka pada bahu kiri Syco, mungkin disebabkan oleh pisau tidak kasat mata yang dilemparkan oleh Visty. Tentu saja, kami tidak bisa melihat penyebab luka itu tadi.
Lalu, Visty mungkin bisa membuat pisau tidak kasat mata itu melayang kembali ke genggaman tangan kanannya.
Ini akan sulit kalau kami tidak bisa melihat pisau tak kasat mata itu. Beruntung, Syco menyadari hal ini dan segera bertindak cepat. Akhirnya, aku tahu tujuan Syco melemparkan partikel debu bercahaya kepada kerumunan pria berjas hitam.
Aku menoleh ke kiri. Tanpa kusadari, Bu Cam sudah berdiri di samping kiriku.
Lalu, aku pun bertanya, "Mereka ini siapa, bu?" kepadanya.
"Tidak tahu. Pak Hed juga-," jawaban Bu Cam tiba - tiba terhenti.
Kulihat bahwa kepalanya sedikit menunduk ke bawah. Tatapan matanya tertuju pada layar ponsel yang masih dia pegang oleh tangan kanannya.
Di layar itu ditampilkan sebuah laman berwarna putih agak keruh. Terdapat sebuah area berbentuk persegi panjang berwarna hijau di bagian atas laman itu. Di dalam area itu terdapat tulisan berwarna putih yang terlihat buram dari tempatku berdiri.
Tulisan berwarna putih yang serupa-namun ukurannya lebih kecil-juga terlihat memenuhi seisi laman berwarna putih keruh itu.
Gawat! Aku baru sadar kalau aku sedang mengintip isi ponselnya Bu Cam. Buru - buru kualihkan pandangan ke atas, agar menatap wajah Bu Cam saja.
"Barusan ada pengumuman dari Pak Hed. Katanya, komplek ini sedang diserang oleh kelompok orang - orang yang tidak dikenal," kata Bu Cam semenit kemudian.
Aku menganggukkan kepala.
Bu Cam pun melanjutkan, "Seluruh pengurus akademi dan siswa harap mengerahkan tenaga untuk menghalau kelompok orang - orang ini membuat kekacauan di dalam komplek. Oleh karena itu, saya memperbolehkan untuk menggunakan Spirit Ability."
Selesai menjelaskan, Bu Cam menggerakkan kepalanya untuk meninggalkan posisi menunduk.
Jadi, memang tidak apa - apa menggunakan Spirit Ability, ya? Berarti, aku tidak akan mendapat hukuman setelah menahan tembakan barusan.
Syco juga sama. Mau tak mau, dia pasti menggunakan Spirit Ability, karena lawannya-yaitu Visty-juga bisa menggunakan kemampuan yang sama.
***
Hal - hal di bawah ini kutulis saat sedang menonton pertarungan Syco dengan Visty.
Terdengar suara seperti bubblewrap pecah, bersamaan dengan suara air menetes dari kran yang tidak ditutup rapat.
Tiba - tiba, partikel - partikel debu yang menyusun wujud sepeti pisau tentara itu berjatuhan ke lantai.
"A-apa? Ke-kenapa ini?" Syco berseru terkejut.
Aku juga menyerukan hal yang sama di dalam hati.
Partikel debu bercahaya yang tiba - tiba berjatuhan itu menandakan menghilangnya tempat menempel mereka. Dengan kata lain, pisau tak kasat mata itu telah menghilang.
Apakah ini adalah bagian dari Spirit Ability Visty juga? Apakah dia bisa menghilangkan pisau tak kasat mata itu sesuka hati?
Kalau begini, kami harus mengulangi proses melempar partikel debu mengkilap itu lagi. Lalu, menggerakkan partikel debu itu untuk mencari letak pisau tak kasat mata itu, yang kemungkinan sekarang berada di tangan kirinya Visty.
Sesampainya partikel debu di tangan kirinya Visty, mereka akan ditempelkan ke badan dari pisau tak kasat mata itu.
Namun, hal demikian akan membuat Visty kembali menghilangkan pisau tak kasat mata itu, lalu mungkin memindahkannya ke tangan kanannya ... atau tangan salah satu dari pria berjas hitam?
Yang pasti, kami akan mengulangi proses melempar partikel debu mengkilap itu lagi ... dan begitu seterusnya hingga membentuk loop yang berakhir saat salah satu pihak merasa kelelahan.
Ini akan menjadi pertarungan yang mempertaruhkan stamina. Manakah yang lebih kuat, Syco atau Visty?
"Tidak mungkin," Syco bergumam sendiri, mungkin dia sudah tertular olehku.
Hening sejenak selama dua setengah menit, hingga kemudian keheningan itu dihancurkan oleh bergeraknya tong sampah yang berada di sisi kanan lorong bangunan laboratorium, jika dilihat dari tempat kami berdiri.
Tong sampah itu melayang naik setinggi lima senti dari lantai.
Tiba - tiba, tong sampah itu bergerak terbang dengan melalui lintasan berbentuk parabola dengan sudut elevasi sekitar enam puluh empat derajat, menuju ke arah kepalanya Visty.
Visty menyambut tong sampah itu dengan mengayunkan tangan kanannya ke depan badan dengan sudut putaran sebesar seratus delapan puluh derajat.
Lalu, tong sampah itu terbelah menjadi dua bagian yang sama besarnya, sambil mengeluarkan suara seperti kertas dirobek, namun dengan nada yang lebih rendah. Isi dalam tong sampah itu pun berceceran di lantai.
Hidungku mencium bau yang menyengat seperti nasi basi yang sedang dikerubungi oleh puluhan lalat sambil berterbangan di sekelilingnya. Jangan dibayangkan, karena rasanya membuatku mual.
Secara otomatis, aku menurunkan pandangan, menatap sampah - sampah yang berserakan di lantai.
Ada sebuah kresek berwarna hitam yang mulutnya diikat rapat, ada plastik putih yang di dalamnya terdapat sisa makanan-sebuah kue sejenis biskuit-yang sudah membentuk seperti gumpalan, dan botol air mineral yang dibuang oleh Syco sebelum tes dimulai.
Syco belum menyerah. Dia bahkan menggunakan telekinesisnya untuk menggerakkan sampah - sampah itu, tanpa merasa jijik sedikit pun.
Satu per satu dari sampah itu berterbangan ke arah wajahnya Visty.
Saat sebuah sampah-sebuah kresek berwarna hitam-tiba di jarak sepuluh senti dari wajahnya Visty, Visty mengayunkan lengan kanannya lagi dengan sudut ayunan yang sama.
Sepersekian detik kemudian, kresek berwarna hitam itu terbelah menjadi dua bagian yang masing - masingnya adalah sepertiga bagian dan dua per tiga bagian.
Bau busuk nan menjijikkan itu kembali tercium saat kedua bagian kresek berwarna hitam terjatuh di lantai.
Tampaklah bahwa ternyata, kresek hitam itu berisi butiran nasi yang tak berbentuk butiran. Mereka menempel satu sama lainnya, membentuk sebuah gumpalan berwarna kekuningan dan bertekstur lembek. Saking lembeknya, gumpalan itu pasti akan berubah bentuk jika tersentuh sedikit.
Syco menggerakkan kedua tangan yang tadinya berada di samping badan, menuju ke area di depan badannya.
Dari tempatku berdiri, aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan oleh kedua tangan itu selanjutnya, karena terhalang oleh badannya Syco. Mungkin, Syco sedang menggunakan kedua tangan itu untuk menutupi hidung dan mulutnya.
Sementara itu, Visty dan kerumunan pria berjas hitam tidak memasang ekspresi apa - apa saat melihat isi kresek hitam itu. Mengapa mereka tidak merasa jijik?
Jangan - jangan, mereka sudah terbiasa melihat hal yang menjijikkan seperti ini, atau mungkin lebih parah dari ini. Untuk manusia dengan tampang penjahat seperti mereka, seharusnya aku tidak kaget.
Visty kembali memanfaatkan perannya sebagai pemimpin kerumunan, untuk memberi perintah dengan membisikkan kata - kata seperti, "Kalian diam saja. Aku akan melawannya sendiri."
Para pria berjas hitam itu menganggukkan kepala secara bersamaan.
Kemudian, Visty berlari dengan menempuh jarak sejauh satu meter untuk tiba di depannya Syco. Di sini, aku tersadar bahwa kecepatan lari Visty lebih cepat dari kecepatan lariku.
Sesaat kemudian, saat dia sudah tiba di depannya Syco, Visty mengayunkan tangan kanannya secara vertikal dari bawah ke atas.
Alih - alih menghindar, Syco justru menangkis ayunan tangan itu dengan menggeser lengan kirinya-yang tadi sedang menutupi mulut dan hidungnya-sedikit ke arah kanan.
Suasana tiba - tiba hening. Walau tak terlihat, aku tahu kalau pisau tak kasat mata itu pasti menyabet lengan kiri Syco.
Benar saja. Setetes darah menyiprat dari tangan kiri Syco, tepatnya di bagian lengan bawahnya. Lalu, tetesan darah itu seolah berhenti bergerak, saat dia tiba di sebuah ruang kosong yang jaraknya dua senti di atas genggaman tangan kanan Visty.
"Ahhhh!" Syco menjerit kesakitan.
Namun, letak pisau tak kasat mata milik Visty kembali terlihat berkat tetesan darah itu, walau kini sudah tidak berguna.
Semenit kemudian, Visty kembali mengayunkan tangan kanannya itu, kali ini secara horizontal dari kiri ke kanan.
Tidak ada waktu untuk istirahat. Syco harus menangkis, atau menghindari ayunan tangan itu lagi.
Syco pun mengedipkan mata, sebelum menekuk kedua lutut dan membuat tubuhnya memasuki posisi jongkok. Selain itu, dia juga menundukkan kepala-tidak terlalu ke bawah. Setidaknya, dengan sudut yang masih memungkinkannya untuk melihat badan Visty yang berdiri di depannya.
Saat itu, aku melihat kalau sehelai rambut Syco terlihat bergoyang ke kanan.
Sekarang, pisau tak kasat mata itu pasti sedang berada di atas kepalanya Syco.
Oleh karena itu, Visty menarik lengan kanannya, kembali mendekati tubuhnya-genggamannya terletak sejajar dengan bahu kanan Visty-untuk memosisikan pisau tak kasat mata di posisi yang pas untuk menyerang.
Bersamaan dengan itu, Syco juga kembali memasuki posisi berdiri. Dia meletakkan tangan kirinya di samping badan, sementara tangan kanannya dia luruskan ke arah kanan. Terbentuk sudut sebesar empat puluh lima derajat di antara lengan kanan atas dengan badannya.
"Akan kuambil salah satunya," Syco bergumam.
Salah satu pria berjas hitam tampak terkejut, saat senjata api yang dia pegang tiba - tiba terlepas dari pegangan tangan kanannya.
Senjata api itu melesat di udara sambil berputar - putar, dengan bagian tengah pegangannya sebagai titik putar.
Dalam waktu sepersekian detik, Syco membuka telapak tangan kanannya selebar mungkin. Gerak melesat senjata api yang sebelumnya itu terhenti, saat pegangannya menyentuh telapak tangan itu.
Lalu, telapak tangan itu digenggamkan kembali, dengan sebuah senjata api di dalamnya.
Selanjutnya, serangkaian gerakan menyerang kembali dilakukan, dengan Visty yang mengayunkan tangan kanannya secara horizontal dari atas ke bawah, dan Syco yang menutupi arah ayunan tangan itu dengan mengulurkan tangannya yang memegang senjata api.
Lima detik kemudian, senjata api yang dipegang Syco hancur menjadi keping - kepingan, disusul dengan terdengarnya suara seperti sebuah toples plastik dihantamkan ke ujung meja.
Suara serupa, namun dengan nada yang lebih rendah, terdengar saat keping - kepingan itu jatuh ke lantai.
"Gawat," Syco bergumam lagi.
Visty kembali mengayunkan lengan kanan, kali ini dengan arah yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, yaitu secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
Aku baru sadar, bahwa Visty sama sekali tidak mengeluarkan suara saat dia menggerakkan badannya. Hal itu termasuk saat berlari maupun saat mengayunkan tangan kanan.
Satu - satunya suara yang dikeluarkan oleh Visty adalah saat dia memerintah kerumunan pria berjas hitam. Apakah mungkin seorang manusia bisa melakukan hal ini?
Kembali ke pertarungan, Syco sedang menarik tangan kanannya, hingga posisinya berada di samping badan. Lalu, dengan kecepatan yang tak kalah cepat dengan kecepatan ayunan tangan Visty, Syco menggerakkan tangan kirinya ke depan badan.
Darah menyiprat-entah dari luka yang sama atau dari luka yang berbeda-dan mengenai pisau tak kasat mata itu. Dia menempel di sebelah serong kanan dari tetesan darah yang sudah menempel sebelumnya.
"A-akh!" Syco kembali menjerit.
Sejenak, terlihat bahwa Visty menggerakkan bola matanya untuk melirik pisau tak kasat mata miliknya, sebelum melanjutkan rangkaian serangan yang sedang dia lakukan.
Tunggu dulu! Apakah Syco berniat untuk membasahi seluruh badan pisau tak kasat mata itu dengan darahnya?
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro