Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13 Part 4

Aku tetap harus menahan rasa sakit di kaki kananku, karena Gen bilang kalau dia tidak bisa mengobatinya. Di titik inilah, akupun mengetahui kelemahan dari Clothes of Chaos miliknya.

Spirit Abilitynya adalah regenerasi, untuk menyembuhkan luka. Seperti pernyataan itu, kemampuannya bisa dilakukan kepada bagian tubuh yang terluka, tapi tidak kepada bagian yang hanya terkilir seperti pada kakiku.

Sementara itu, Trail dan Pak Steven memberitahu Mas Sal soal pemilik Clothes of Chaos dengan kemampuan manipulasi waktu itu. Kemudian, Mas Sal menjelaskannya kepada anak – anak yang lain.

Mas Sal juga mengajak rombongan kami untuk berdiskusi, tentang cara menghadapi si pemilik Clothes of Chaos ini.

Studi wisata yang seharusnya menyenangkan, berubah menjadi sebuah pertaruhan antara hidup dan mati.

"Ada yang punya ide, bagaimana cara kita kabur? Spirit Ability milikku tidak berguna di situasi ini," tanya Mas Sal.

Tidak. Aku tidak punya ide. Menurutku, apapun yang kita lakukan akan percuma saja. Kemampuan manipulasi waktu adalah kemampuan yang terlalu hebat, melampaui jenis kemampuan yang lain.

Kelemahan dari manipulasi waktu mungkin hanya kemampuan menetralkan. Tidak ada anak di antara kami yang memiliki jaket dengan kemampuan seperti itu, atau kemampuan menetralkan memang tidak ada.

"Kita harus memancing agar pemilik Clothes of Chaos itu keluar dari tempat persembunyiannya," kata anak dari kelas lain yang tidak kukenal.

"Tapi, bagaimana caranya?" balas anak yang berdiri di samping kanannya.

"Terus, mau diapain kalau dia udah keluar. Dipukulin gitu?" Proty ikut bergabung dengan perdebatan ini.

Sebaiknya, aku tidak perlu ikut campur dalam perdebatan ini. Di saat kami membutuhkan solusi dari masalah seperti ini, ada saja yang memanfaatkannya untuk memulai perdebatan.

"Ada ide, Clone?" tanya Gen kepadaku.

Aku menoleh kepadanya sambil menjawab, "Yang kupikirkan sekarang adalah kalau si pemilik itu akan membunuh kita satu per satu di ruangan ini. Kita akan mati dan dilupakan oleh semua orang."

Gen menghela nafas sebelum beralih ke anak lainnya. Beralih di sini artinya adalah mengalihkan pandangannya dariku, lalu berjalan menjauhiku menuju ke anak yang lain.

Dia menanyakan hal yang sama kepada mereka. "Apakah punya ide?" Mereka juga menjawabnya dengan hal yang sama. "Tidak ada." atau "Entahlah."

Hanya ada satu anak yang memberi jawaban yang berbeda, yaitu, "Aku ada ide, tapi belum tentu yang lain mau menerima ideku." Dia adalah Pulse. Aku juga terkejut saat mendengarnya, karena tidak kusangka kalau dia punya ide untuk situasi seperti ini.

"Ide bagaimana?" Gen terus bertanya.

Pulse melirik ke kanan—entah siapa yang dia lirik—sambil berkata, "Kita pancing orang itu ke luar ruangan, lalu melawannya di sana dengan seluruh kekuatan kita."

Seperti yang kuduga dari Pulse. Pikirannya selalu saja tentang pertarungan dan pertarungan. Aku sangsi kalau di SMPnya dulu, Pulse dijuluki sebagai pahlawan yang memenangkan banyak tawuran antar pelajar.

Memangnya, kekuatanmu ... kekuatan kita cukup untuk melawan orang seperti itu.

"Aku ada saran, mas!" tiba – tiba Proty berseru, memberi pertanda kalau perdebatannya dengan anak kelas lain sudah selesai.

Kami—termasuk Mas Sal dan Pak Steven—terdiam untuk mendengarkan sarannya. Semoga saja Proty punya saran yang bagus.

Kemudian, Proty berkata, "Kayaknya gak mungkin kalau kita nyari tau tempat sembunyinya orang itu. Gimana kalau kita lari ke luar ruangan aja. Terus, baru kita bisa ngelawan orang itu di sana." Setelah mengatakan hal itu, anak perempuan di sebelah kanan Proty menyikutnya di bagian lengan bawah.

Itukan, ide yang sama dengan miliknya Pulse. Hanya saja, Proty menggunakan kata – kata yang berbeda untuk menjelaskannya.

Mungkin, ide ini bukan pure dari Proty, melainkan merupakan hasil diskusi—debat maksudnya—dengan Rite dan anak dari kelas lain.

Tunggu dulu. Kalau si pemilik Clothes of Chaos itu sedang bersembunyi di dekat sini, berarti dia bisa menguping pembicaraan ini. Itu berarti, dia tahu rencana kami dan sudah mempersiapkan cara untuk mencegahnya.

"Baik. Kita akan keluar lewat pintu darurat di sebelah barat laut!" Mas Sal memberikan kami arahan sebelum menjalankan rencana yang tidak mungkin berhasil.

Namun, tidak ada yang memikirkan hal yang kupikirkan. Aku harus memendam pemikiranku ini sendiri, agar orang lain tidak menganggapku aneh atau terlalu perhitungan.

Dengan terpaksa, aku berlari mengikuti rombongan di depanku. Kami akan menuju ke pintu darurat yang dimaksud Mas Sal itu.

***

Pintu darurat ini adalah sebuah pintu besi yang berwarna perak. Di tembok di atasnya terdapat sebuah papan besi berwarna hijau dengan tulisan, "Exit" berwarna putih.

Tanpa kami sadari, pintu itu sudah terbuka. Di luar sana, berdiri seorang remaja seusia kami, menunggu dengan sabar.

Begitu melihat remaja itu, Pak Steven dan Mas sal yang berada di bagian paling depan rombongan ini menghentikan langkahnya, membuat kami yang berada di rombongan bagian tengah dan belakang ikut berhenti.

Tapi tidak bagi Trail. Dia malah berlari menorobos ke depan rombongan. Anak – anak yang berada di depannya buru – buru menyingkir ke samping kiri kanan, seolah memberi jalan bagi Trail.

Syco yang tadi berdiri di sebelah kanan Trail sempat mencoba untuk meraih lengan kanan Trail agar Trail tidak sempat melanjutkan gerakan berlarinya.

Namun terlambat. Dilihat dari situasi di dua paragraf sebelumnya, dapat dipastikan kalau usaha Syco itu mengalami kegagalan. Bahkan, lengannya Trail tidak bisa diraih oleh Syco.

Dalam kurang dari satu menit, Trail sudah tiba di depan remaja itu sambil mengepalkan telapak tangan kanannya.

Trail berteriak, "Line Clark!" sambil menggerakkan tangan kanannya yang mengepal itu ke depan, melepaskan pukulan yang tujuannya adalah kepala si remaja.

Pukulan Trail mengenai udara kosong. Ternyata, si remaja yang bernama Line itu sudah menghilang dari hadapannya, saat Trail masih di tengah – tengah proses memukul.

"Jika aku bisa menyentuhnya!" Trail bergumam dengan perasaan kesal.

Jadi begitu. Clothes of Chaos yang dipakai Trail bisa digunakan dalam situasi ini. Dia berkeinginan untuk menyentuh Line dengan pukulan itu, agar tubuhnya Line berhenti bergerak.

Akupun berpikir kalau Spirit Ability tidak bisa diaktifkan saat tubuh pemakainya membatu.

Line yang menghilang, muncul kembali sepersekian detik kemudian di area yang berada di luar pintu darurat itu.

Trail melangkahkan kaki kanannya ke depan badan, sehingga terbentuk jarak sekitar tiga puluh senti antara kaki kiri dengan kaki kanannya. Mungkin, dia sudah menduga kalau Line akan menghilang, lalu muncul lagi dengan menjaga jarak darinya.

Sementara dua anak—maksudnya remaja—itu saling bertarung, kami harus berdiskusi lagi, tentang bagaimana cara keluar dari ruangan ini, karena Line menghalangi pintu keluarnya.

Mas Sal juga masih bingung dengan kelakuan Trail yang tiba – tiba itu.

Pak Steven mencoba meredakan kebingungan Mas Sal dengan berkata, "Dia adalah pemilik Clothes of Chaos yang dimaksud Trail. Namanya Line Clark. Aku juga pernah bertemu dengannya dulu."

Penjelasan itu tidak hanya didengar oleh Mas Sal saja, tapi juga seisi rombongan. Kami mengangguk – angguk bersamaan.

Meskipun begitu, masih ada banyak hal tentang Line yang masih belum terjawab lewat penjelasan itu. Misalnya, apa saja yang bisa dilakukan oleh kemampuan manipulasi waktu, atau ...

"Kenapa tadi, tau – tau pintunya terbuka sendiri, terus Line udah berdiri di luar?" tanya Rite.

Proty yang berada di sebelah kirinya menghela nafas. Anak perempuan yang mungkin juga bagian dari golongan mereka mengacungkan dua jari jempol kepada Rite.

Kualihkan pandanganku ke sisi lain dari rombongan ini. Kulihat Tech yang sibuk dengan ponselnya dan tidak peduli dengan situasi ini. Akupun segera mengalihkan pandangan lagi, karena tidak ada yang bisa kuceritakan dari hal yang barusan itu.

Di bagian tengah rombongan, tampak Pulse yang sedang berlari menuju ke depan, seperti yang dilakukan Trail sebelumnya. Saat dia melewati Syco, Syco mengayunkan tangan kanannya untuk memegang bahu kanan Pulse.

Kali ini dia berhasil. Tubuh Pulse tertahan dalam jarak lima senti di depannya Syco. Bukan hanya Syco, anak – anak yang berada di sekitar area itu juga ikut menahannya dengan cara yang sama.

Ada empat anak—termasuk Syco—yang memeganginya. Ada yang memegangnya di bahu kiri, bahu kanan, tangan kiri, dan tangan kanan.

"Lepaskan! Aku ingin bertarung dengannya juga!" protes Pulse sambil meronta – ronta.

Syco menggelengkan kepala dua kali sambil membalas, "Jangan bergerak tanpa rencana. Sebelumnya, aku gagal mencegah Trail, jadi sekarang aku akan mencegahmu."

Pulse menggertakkan gigi. Dia akan menjadi sedikit tenang mulai sekarang. Ini adalah hal yang bagus, karena aku selalu terganggu oleh

Sementara itu, Pak Steven dan Mas Sal sudah memikirkan jawaban—hipotesis lebih tepatnya—dari pertanyaan Rite yang sebelumnya.

"Mungkin, Line memanipulasi waktu saat dia membuka pintu darurat dari luar, jadi yang kita lihat adalah pintu itu tahu – tahu terbuka," jawab Pak Steven.

Berarti, dia seolah menghilangkan waktu antara saat pintu masih tertutup, dengan saat pintu sudah terbuka. Menghentikan dan menghilangkan waktu adalah dua hal yang bisa dilakukan saat memanipulasi waktu, yang kuketahui hingga titik ini.

Artinya, masih ada ribuan hal lain yang bisa dilakukan. Kupikir, aku akan menemukannya saat menonton pertarungan antara Trail dan Line yang terjadi di depan rombongan.

Selama pertarungan itu, Line seolah bisa memprediksi gerakan yang akan dilakukan Trail, kemudian menghindarinya dengan melakukan hal yang kunamai, "Menghilang dan muncul kembali sesaat kemudian."

Saat Trail menggeser kaki kirinya sedikit ke belakang, Line menggerakkan badannya untuk menyamping ke sebelah kiri bagi Trail, seolah tahu kalau Trail akan melakukan tendangan ke samping kanan.

Anehnya, hal itu benar – benar terjadi. Saat Trail melepaskan tendangan samping dengan kaki kanan, tendangan itu menuju ke udara kosong di samping kirinya Line.

Seharusnya, dia tahu kalau tubuh Line sudah tidak ada disana, lantas mengganti arah tendangannya menuju ke lokasi tubuhnya Line yang baru.

"Masa depan tidak bisa diubah atau dihindari," suara orang menggumam terdengar dari samping kiriku.

Aku menoleh ke sumber suara dan melihat kalau Tech sedang berdiri di sana dengan pandangan yang masih terfokus kepada layar ponsel.

Sejak kapan ... lebih tepatnya kenapa tubuhku bergerak maju dengan sendirinya? Perasaanku, tadi aku masih berada di bagian paling belakang rombongan ini. Tiba – tiba saja aku sudah berada di bagian tengah rombongan, dengan Tech di samping dan Gen di belakangku.

"Tech, kenapa—," perkataanku terputus.

"Kau menggumam sendiri tadi," kata Tech sambil bergumam juga.

Aku pasti sedang melamun sambil memikirkan hal – hal yang kutulis di enam paragraf sebelum ini. Tanpa kusadari, aku menggumamkan isi pikiranku. Terlebih lagi, berapa lama aku melamun?

Kedua bola mataku berputar untuk mencari posisi yang pas agar bisa melihat layar ponselnya Tech. Jujur, aku penasaran, game apa yang dimainkannya, sampai – sampai dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari game itu.

Yang terlihat olehku di layar ponselnya itu adalah sebuah desa yang porak poranda. Sekitar sepuluh naga berwarna merah mengelilingi desa itu sambil menyemburkan api yang panas.

Berharap bisa mengalihkan perhatiannya Tech, akupun bertanya, "Apa kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

"Mudah saja," jawab Tech dengan kalimat yang menggantung.

Tanpa mengalihkan pandangan, dia menjelaskan, "Sebenarnya Line itu sedang bersembunyi di dalam ruangan. Setelah menghancurkan banyak fosil, dia melompati waktu ke saat kita akan pergi ke pintu darurat untuk memberikan kejutan.

Sebelum dipukul Trail, Line melihat ke masa depan tentang arah pukulannya, biar mudah menghindarnya. Saat menghindar, Line menghentikan dan melanjutkan waktu, agar terlihat seperti muncul dan menghilang."

Penjelasan itu malah membuatku semakin bingung. Otakku tidak cukup kuat untuk memahami cara kerja kemampuan manipulasi waktu.

***

"Clone, boleh lihat buku catatanmu? Sepertinya, kau banyak mencatat tadi," pinta Gen.

Perkataan itu membuatku tersadar dari lamunan. Tapi tunggu! Kenapa tiba – tiba Gen mengatakan hal itu.? Bukannya tadi kami sedang menonton pertarungan Trail dengan Line di ruangan museum?

Aku baru menyadari kalau ini bukan di museum. Aku sedang duduk di kursi bus. Kalau begitu, dimana ranselku? Apakah berada di tempat penyimpanan barang di langit – langit?

Kucoba melihat ke sekeliling. Susunan tempat duduk di bus masih sama seperti tadi pagi. Tempat dudukku berada di sisi kanan bus. Kursi yang kutempati letaknya bersebelahan dengan jendela.

Tempat duduk di depan dan belakang dari tempat duduk ini, ditempati oleh anak dari kelas lain yang tidak kukenal. Pak Steven dan guru yang lain mendapatkan tempat duduk di bagian depan bus.

Dalam kebingungan, akupun bertanya, "Buku catatan apa? Aku mencatat apa saja tadi?" dengan maksud untuk mendapat penjelasan soal kebingungan yang kualami.

Tapi, Gen justru balas bertanya dengan mengatakan, "Kau lupa, Clone?" Ini membuatku yang sedang bingung, menjadi tambah bingung.

"Tolong ambilkan tasku di atas," balasku.

Aku memutuskan untuk menyetujui permintaan Gen yang sebelumnya, daripada lanjut menanyakan hal yang tidak ada penjelasannya.

Aku menoleh ke kiri, melihat Gen yang sudah berdiri dan sedang berusaha untuk meraih ranselku dengan tangan kanannya. Ransel itu pasti letaknya didesak oleh tas – tas yang lain, melihat Gen yang kesulitan untuk mengambilnya.

Aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Kenapa aku begitu yakin kalau buku catatanku pasti ada di dalam tas? Bagaimana kalau ternyata buku itu tertinggal di dalam museum?

Aku teringat sesuatu. Itu adalah bolpoinku. Di mana dia sekarang? Apakah dia ada di dalam ransel, di saku jaket, atau tertinggal di museum?

Pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan – pertanyaan itu. Ditambah lagi dengan Gen yang masih berdiri tiba – tiba berkata, "Apa kau lupa, kalau di ruangan gunung api tadi banyak hal yang kau catat, Clone?"

Ruangan gunung api? Kalau tidak salah, itu adalah ruangan keempat di museum itu. Tapi, hal yang terakhir kali kuingat adalah kejadian di ruangan dinosaurus, ruangan yang kedua.

Aku merasa kalau ada waktu sesuatu yang hilang di antara saat di ruangan fosil dinosaurus, hingga saat aku sedang berada di dalam bus yang sedang dalam perjalanan pulang.

Sepertinya, banyak hal yang telah terjadi di antara selang waktu itu. Jawaban dari pertanyaanku yang sebelumnya terdapat di sana. Kutambahkan pertanyaan itu dengan, "Bagaimana akhir pertarungan antara Trail dan Line?"

Sepertinya, pertarungan itu berakhir dengan ... aku tidak bisa menebaknya. Yang pasti, kami mengurungkan diri untuk kabur, karena studi wisata kembali dilanjutkan setelah pertarungan itu

Gen dan anak yang lainnya mungkin tidak merasakan kehilangan ini. Buktinya, Gen mengetahui ada yang terjadi di ruangan gunung api, sementara aku tidak tahu.

Dua menit kemudian, Gen sudah mengambil tas ranselku dan menaruhnya di pangkuanku. Dia kembali duduk di bangkunya, siapa juga yang naik bus sambil berdiri dari berangkat hingga sampai?

Kalau aku benar—takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan selama waktu yang hilang—buku catatan dan bolpoinku ada di bagian ransel yang paling belakang.

Aku membuka restleting di bagian itu dan menengok ke dalamnya. Gelap, itulah yang kulihat. Tidak tampak ada benda apapun ... atau isinya memang kosong?

Kumasukkan tangan kananku ke dalam sana. Jangan berpikir negatif dulu, Clone. Mungkin buku catatan itu hanya tidak terlihat, membaur dengan kegelapan. Bukan menghilang.

Aku meraba sebuah benda tipis yang sepertinya berbentuk segi empat. Untuk memastikan bentuk benda itu, kugerakkan jari – jari tangan ke setiap sudutnya.

Apa ini? Tanpa sengaja aku meraba benda lain di dalam sana. Benda itu teksturnya keras. Panjangnya melebihi lebar telapak tanganku, karena saat aku menggenggamkan telapak tangan di sekitar benda itu, ada bagian dari benda yang tidak menyentuh telapak tangan.

Benda itu mungkin berbentuk silinder. Salah satu sisinya agak menjorok ke luar sepanjang ... entahlah, aku tidak tahu. Aku bisa memastikan kalau benda itu adalah bolpoinku.

Dan benda segi empat yang sebelumnya adalah buku catatanku. Aku kembali menggerakkan tangan, hingga menyentuh salah satu sisi buku catatan itu.

Aku menarik buku catatanku ke luar dari ransel dengan memegangnya menggunakan tangan kanan. Dari dalam tas, buku catatan kubawa ke depan dada dengan jarak sepuluh senti darinya.

Aku membuka buku itu ke sembarang halaman. Aku tidak tahu apa saja yang kucatat di sini selain tentang fosil dinosaurus.

"Sudah, Clone?" suara Gen mengagetkanku.

Aku lupa kalau Gen ingin menyalin catatanku. Sebentar Gen. Sebelum kau bisa melihatnya, aku ingin memastikan, apa saja yang kucatat selama di ruangan gunung api. Apakah hal yang kucatat begitu banyaknya?

Tapi memang banyak. Catatan tentang letusan gunung berapi saja menghabiskan tiga halaman kertas. Setelah itu, ada catatan tentang batuan vulkanik yang menghabiskan lebih dari lima lembar kertas.

Aku terus membalik halaman dari buku catatan ini. Di salah satu halaman, aku melihat sebuah gambar fosil dinosaurus yang tidak kuketahui namanya. Walau begitu, nama dinosaurusnya ternyata tertulis di bawah gambar.

Apa memang aku yang mencatat semua ini? Ini bukan buku catatannya Syco, kan? Sekadar informasi, Syco adalah anak yang paling rajin di kelas. Tidak heran jika catatannya selalu lengkap.

Dilihat dari font yang katanya, "Tulisan kaki ayam." catatan ini benar – benar milikku.

Aku menutup buku catatanku menggunakan kedua tangan, dengan cara yang sama seperti orang yang sedang menepuk nyamuk.

Kemudian, aku mengulurkan tangan kanan yang memegang buku catatan itu ke kiri sambil berkata, "Ini, Gen. Ada banyak tapi."

Gen menerima buku catatan dengan tangan kanannya.

"Pinjam sebentar," kata Gen sebelum membuka buku catatan dan terkejut dengan isinya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro