Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 Part 2*

"K ... kau ... Line ... Line Clark!" Steven berseru dengan terbata - bata.

Remaja laki - laki yang ternyata bernama Line itu tersenyum sinis sambil berkata, "Kita bertemu lagi, Steven! Kau masih mengingatku rupanya."

Steven merintih kesakitan. Dia sudah berdiri dengan badan bersandar ke tembok samping kanannya. Tangan kanannya sudah memegang kembali koper yang sebelumnya terlepas itu.

Sementara itu, tangan kirinya meraba - raba bagian punggungnya yang terasa sakit. Sedetik kemudian, Steven menggerakkan tangan itu untuk mengusap wajahnya.

"Apa ini-," tanya Steven.

Belum sempat pertanyaan itu terjawab, Line sudah menghilang dari pandangannya.

Sepuluh meter di belakang tempat berdiri Line, tampak sesosok laki - laki berusia dua puluhan dengan tinggi badan lebih dari seratus tujuh puluh senti.

Matanya berwarna hitam legam, kontras dengan rambutnya yang pendek dan disemir warna merah. Dia memakai jaket hitam dan celana jeans yang melekat di badannya.

Sebuah puntung rokok dipegang di sela - sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Kemudian, sosok itu menghisap rokok itu dengan menggerakkan tangan yang memegangnya hingga berada di depan mulut.

"Si-siapa dia?" tanya Steven dalam hati.

"Apakah kedatangannya dan kemunculan Line barusan sudah direncanakan? Atau hanya kebetulan? "

"Kalau begitu, apa hubungan mereka berdua?"

"Atau jangan - jangan dia yang menggunakan kemampuan bayangan itu?"

Pertanyaan demi pertanyaan tentang sosok itu bermunculan di pikirannya Steven.

Sosok itu mulai berjalan mendekat. Setiap langkah yang dia lakukan terasa sebagai ancaman bagi Steven. Karena itulah, dia meningkatkan kewaspadaannya.

Saat jarak di antara Steven dengan sosok itu adalah lima meter, warna bayangan Steven yang berada di bawah kakinya bertambah gelap.

Steven membanting koper yang dibawanya itu ke depan. Saat mengenai lantai, koper itu kemudian terbuka, memperlihatkan isinya yang ternyata penuh dengan tanah. Wajar saja Steven kelelahan saat membawanya.

Permukaan tanah yang berada di dalam koper itu bergetar dengan terdengar suara gemuruh darinya.

Sebagian tanah di dalam sana melayang ke atas hingga berada di depan dadanya Steven. Mereka berada dalam wujud sebuah gumpalan tanah berukuran sedang.

Kemudian, gumpalan tanah itu terbagi - bagi menjadi dua puluh bagian yang masing - masingnya merupakan gumpalan yang berukuran lebih kecil.

Setiap gumpalan itu mengambil bentuk sebuah benda silinder yang seperti peluru. Kemudian, peluru tanah itu melesat ke depan.

Semua hal itu berlangsung cepat, selama kurang dari satu detik.

Sosok di depannya Steven menanggapi peluru tanah yang melesat ke arahnya itu dengan memunculkan seperti cairan berwarna kehitaman dari lantai yang dipijaknya.

Cairan itu mengalir ke atas, menyelimuti ruang di sekeliling sosok itu dengan membentuk kubah yang juga berwarna hitam. Sosok itu sedang berada di dalam kubah.

Kedua puluh peluru tanah itu hancur berkeping - keping begitu mengenai dinding kubah hitam.

Dua detik kemudian, dinding kubah menjadi lunak seperti cairan. Mereka-cairan itu-mengalir ke bawah, lalu meresap ke dalam tanah. Samar - samar, tampak bahwa partikel - partikel cairan itu menyatu dengan bayangan yang berada di bawah kaki sosok itu.

Steven menghentakkan kaki kanannya ke lantai.

"Benda hitam itu ... sejenis dengan yang menyerangku sebelumnya," pikirnya.

Sementara itu, sosok di depannya kembali menghisap rokok yang dipegangnya. Setengah menit kemudian, rokok itu dia lemparkan ke depan, mendarat di lantai dengan jarak satu meter darinya.

"Kau tidak bisa menang dalam pertarungan saat kau tidak tahu apa kekuatan dan kelemahan lawanmu. Bukankah itu adalah kalimat yang sering kau katakan pada muridmu, Steven?" kata sosok itu.

"Jadi, sebaiknya kita memperkenalkan diri dulu sebelum bertarung agar pertarungan ini seimbang," sambung sosok itu.

Steven merasa kalau sosok itu ingin menghalanginya untuk pergi ke alun - alun kota. Entah apa tujuannya, namun, sosok ini dengan kumpulan pria berjas yang menyerang alun - alun kota pasti berhubungan.

Sepertinya, Steven juga harus menuruti perkataan sosok di depannya itu untuk memperkenalkan diri. Karena itulah, dia berkata, "Namaku Steven-"

"Tidak perlu," sela sosok itu sambil meluruskan tangan kanannya ke depan dengan telapak tangan terbuka.

"Aku sudah tahu. Namamu Steven. Clothes of Chaosmu namanya Tsuchi 土, salah satu dari Spirit Elemental. Spirit Abilitynya adalah mengendalikan tanah liat," sambung sosok itu.

Perkataan itu membuat Steven menyipitkan matanya. Dia pun berpikir, "Apa orang ini ... kenapa dia tahu banyak hal tentangku?"

Sosok itu tersenyum sinis sebelum memperkenalkan dirinya.

"Namaku Shad Lack. Clothes of Chaosku bernama Yami 闇, Spirit Elemental juga, seperti punyamu. Kemampuannya adalah mengendalikan bayangan," katanya memperkenalkan diri.

"Shad Lack? Buronan level A dengan julukan Crimson Night itu?" Steven terkejut mendengarnya.

Sosok yang bernama Shad itu mendengus dan berkata, "Sepertinya kau baru menyadarinya ya."

"Aku tidak tahu kalau Crimson Night adalah pemilik Clothes of Chaos," kata Steven di dalam hati.

Tampak bahwa ada bayangan benang yang tipis dan tajam muncul dari bawah kakinya Shad. Bayangan itu terus memanjang hingga tiga meter panjangnya.

Di titik tiga meter itu, bayangan mencuat keluar dari lantai, menjadi wujud benang hitam tajam yang kini melesat ke arah Steven.

Steven menghentakkan kaki kanannya ke lantai hingga lantai itu bergetar. Seluruh tanah liat yang mengisi koper di bawahnya berterbangan ke udara akibat getaran dari lantai di bawah koper.

Tanah liat itu kemudian menghujani Steven. Dia pun menutup matanya agar tidak terkena tanah liat yang menghujaninya.

Dengan mulut bergetar, Steven mengucapkan sebuah kata - kata yang tidak jelas. Sesaat setelah mengucapkannya, tanah liat yang melayang itu kemudian membentuk pusaran yang mengelilingi sekitar tubuhnya.

Tanah liat yang berada di pusaran itu saling menyatu, sehingga wujudnya tampak sebagai kubah yang dindingnya kokoh. Steven berada di dalam kubah tanah itu.

Benang hitam tajam itu masih melesat, kemudian menghunuskan ujungnya ke dinding kubah tanah itu.

Suasana hening sesaat. Dinding kubah tanah tak bergeming sedikit pun, walau tertusuk oleh benang hitam itu.

Benang hitam itu mulai memendek. Saat jaraknya dengan Shad adalah tiga meter, benang itu bergerak masuk ke lantai, mengubah wujudnya kembali menjadi bayangan.

Wujud bayangan itu melanjutkan proses memendeknya hingga menyatu kembali dengan bayangannya Shad yang berada di bawah kedua kakinya.

Shad mendengus kesal. Dia berkata, "Dindingnya tebal sekali. Bayanganku tidak bisa menembusnya."

Satu menit kemudian, Shad meluruskan kedua tangannya ke depan. Telapak tangan kanannya menggenggam, sementara telapak tangan kirinya memegang genggaman itu.

"Dalam kubah itu pasti gelap. Bayangan berada di dalam kegelapan," gumam Shad.

"Jadi!" tiba - tiba dia berteriak.

Tidak terjadi apa pun. Hanya terdengar suara tikus mendecit dari jendela salah satu bangunan di samping gang.

"Aku tidak bisa mengendalikan bayangan di dalam sana. Kalau begini, terpaksa menunggu kubahnya terbuka," kata Shad di dalam hati.

Shad melangkahkan kakinya ke depan untuk mendekati Steven. Dibutuhkan lebih dari sepuluh langkah untuk tiba di sana.

***

Sementara itu, Steven berpikir kalau Spirit Ability Yami 闇 tidak bisa meraihnya saat ini. Mengurung dirinya di dalam kubah tanah adalah keputusan yang terbaik, meski itu berarti membatasi udara yang bisa dihirupnya.

Tapi, Steven sudah terbiasa berada di ruang pengap. Ini bukanlah kali pertamanya dia menggunakan kubah tanah. Kubah tanah adalah cara bertahan yang dapat dilakukan oleh Spirit Ability Tsuchi 土.

Saat merasa aman, Steven memutuskan untuk membuka kubah tanah ini dan menggunakan tanah liat yang menyusunnya untuk menyerang Shad.

Karena itulah, dinding kubah tanah mulai merekah menjadi sepuluh bagian.

Lalu, tanah liat yang menyusun masing - masing bagian itu berubah wujud menjadi sebuah tongkat yang diameternya lima senti dan panjangnya satu meter setengah.

Tongkat - tongkat itu melayang ke atas hingga berada di posisi sejajar dengan pinggangnya Steven.

Mereka berputar mengelilingi pinggangnya Steven. Steven berpikir untuk melemparkan satu per satu tongkat itu dimulai dari yang berada di depan pinggangnya.

Shad menghentikan langkahnya begitu melihat hal yang sedang dilakukan Steven kepada tanah liat itu.

Dia berpikir, "Tidak perlu lama baginya untuk membuka kubah itu."

Shad memasukkan kedua lengannya ke masing - masing saku jaket yang dia pakai. Kaki kanannya mengambil satu langkah ke depan. Ini adalah persiapan yang biasa dilakukan Shad sebelum mengaktifkan Spirit Ability Yami 闇.

Satu menit kemudian, sepuluh buah tongkat tanah melayang secara bersamaan ke arahnya.

Kemudian, dari masing - masing bayangan tongkat itu muncul duri hitam yang bergerak memanjang ke atas, menusuk tongkat tanah di atasnya.

Gerakan tongkat tanah terhenti saat duri itu menusuknya di titik setimbangnya. Masing - masing tongkat hanya bisa berputar di tempat dengan poros putar titik yang ditusuk oleh duri hitam itu.

"T-tidak mungkin!" Steven berseru terkejut.

Tanpa dia sadari, benang hitam tajam yang berasal dari bayangan di bawah kakinya Shad sudah melesat ke arahnya.

Benang hitam itu menusuk Steven tepat di perutnya, seketika membuatnya muntah darah.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro