Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 Part 2

15 Juli 2013

Aku menggosok gosok mata kiriku puluhan kali hingga terasa perih. Suara alarm yang kencang nan menyebalkan terdengar menggantikan alunan lagu barusan.

"Kenapa lagunya menghilang?" gumamku.

Aku mencoba menatap ke depan sambil menggosok gosok mataku. Aneh, pandanganku buram. Tunggu ... pandanganku buram?

Baru kusadari kalau tubuhku sedang terbaring di sebuah benda yang lembut dan empuk. Benda itu terasa menarik tubuhku ke bawah agar aku terus berbaring di atasnya. Selain empuk, benda itu juga dingin.

"Jam berapa ini?" pikirku.

Secara otomatis tubuhku tiba tiba bangkit dari posisi berbaring. Kini aku jadi terduduk di atas benda itu. Mataku mulai mendapatkan cahayanya. Kedua pundakku merinding bersamaan dengan itu.

"Mimpi apa aku barusan?" pikirku.

Aku menatap lurus ke depan untuk menjernihkan pikiran dan mencoba mencerna apa yang sudah terjadi. Alunan lagu itu kembali terngiang ngiang di dalam pikiranku. Aku bergumam mengikuti irama lagu.

Kemudian aku menoleh ke kananku yang sebuah ruang kosong. Aku bisa menghadapkan badanku ke kanan untuk turun dari benda empuk ini yang ternyata adalah sebuah tempat tidur

Aku mencoba melakukan hal yang kupikirkan barusan. Menghadapkan badan ke kanan lalu duduk di pinggir tempat tidur ini. Aku melakukannya sambil menuduk ke bawah.

"Gen sudah keluar dulu?" aku bertanya tanya.

Kesadaranku perlahan lahan mulai berdatangan. Berbagai hal hal penting tiba tiba mengisi pikiranku. Lalu aku mengusap wajah dengan telapak tangan kanan saat hal hal penting itu mulai bermunculan.

Aku baru sadar bahwa tempat tidur yang kupakai adalah tempat tidur bertingkat. Aku memakai tempat di tingkat atas sementara tingkat bawah dipakai oleh Gen, teman sekamarku.

Begitu menyadari hal penting itu, aku melompat dari posisi dudukku di pinggir tempat tidur dan mendarat dengan selamat di lantai ruangan. Kini, aku kembali memikirkan sesuatu.

Tubuhku secara otomatis melangkahkan kakinya ke sebuah meja belajar dari kayu yang terletak di depan tempat tidur bertingkat.

Aku menyipitkan mata, berusaha menatap satu satunya benda yang berada di atas meja itu. Karena aku sudah mendapatkan kesadaranku sebelumnya, aku bisa mengidentifikasi kalau benda itu adalah jam weker kecil.

Jam 07.00

"Gawat aku bisa terlambat!" aku berseru sepersekian detik saat menatap jam weker itu dan mencerna maksud dua buah jarum yang tergantung di tengah jam itu. Keduanya membentuk posisi sudut tertentu sehingga tampak menunjuk dua buah angka yang berjajar di sepanjang pinggir jam weker.

Aku mengalihkan pandangan dari jam weker itu dan tanpa berpikir lagi, berlari ke sebuah kamar mandi yang entah bagaimana cara mendeskripsikannya.

***

Entah sudah berapa menit sejak aku mandi pagi, berganti baju, dan pergi sarapan. Aku melakukan ketiganya dengan secepat kilat. Sekarang, aku berada di halaman bangunan, lebih tepatnya di pinggir jalan raya.

Bangunan ini adalah bangunan asrama milik sekolah. Sementara itu, bangunan di seberang jalan raya ini adalah bangunan sekolahnya. Kedua bangunan ini, dan dua bangunan lain di masing masing sampingnya, termasuk dalam satu komplek.

Aku sedang memperhatikan situasi jalan raya dari tempatku berdiri sambil berkomentar, "Hari ini sedang sepi sepinya. Tidak seperti biasa."

Memang biasanya, jalan raya ini selalu ramai. Kendaraan bermotor dengan berbagai jenis, ukuran, dan kecepatan saling berpapasan di jalan raya ini. Apa yang kira kira mereka pikirkan saat melihat ada remaja berumur sekolah di sepanjang jalan ini?

Sebenarnya jalan raya ini bukanlah jalan umum karena jalan ini sudah menjadi milik komplek yang ada di lokasi ini sebelum akademi berdiri. Jalan ini hanya menjadi jalan pintas bagi kendaraan bermotor saat jalan umum sedang ramai ramainya atau terjadi kemacetan parah disana.

Setelah beberapa saat menoleh ke kanan dan ke kiri mengikuti standar aman menyeberangi jalan, aku akhirnya memutuskan untuk menyeberang. Aku pun melangkahkan kaki ke jalan raya itu.

"Apa aku terlalu lama berdiri di pinggir jalan?" tiba tiba aku memikirkan sesuatu.

Setelah berhasil menyeberang dengan aman dan tiba di halaman bangunan sekolah, aku lanjut berjalan ke tempat tujuan utamaku, yaitu untuk memasuki bangunan dan pergi ke kelasku.

***

Biar kujelaskan sedikit tentang tempatku bersekolah ini. Tempat ini bernama Academy of Super Ability atau Akademi Kemampuan Hebat. Sebuah komplek akademi yang menampung remaja yang memiliki pakaian bernama Clothes of Chaos atau Pakaian Kekacauan.

Clothes of Chaos adalah sebuah pakaian yang di dalamnya terdapat sebuah kemampuan supranatural yang disebut Spirit Ability atau Kemampuan Jiwa. Kemampuan ini dapat digunakan oleh seorang yang sedang memakai pakaian ini. Clothes of Chaos biasanya berwujud sebuah jaket.

Kembali ke penjelasan awal, Academy of Super Ability adalah akademi berbentuk komplek. Komplek akademi memiliki empat bangunan utama yaitu bangunan sekolah, bangunan asrama, bangunan laboratorium, dan bangunan gudang. Lokasi keempat bangunan itu dipisahkan oleh jalan raya. Meski begitu, akademi ini lokasinya disamarkan dari masyarakat umum.

Walaupun akademi ini khusus untuk pemilik Clothes of Chaos, di akademi ini kami juga diajarkan berbagai mata pelajaran yang biasanya diajarkan di sekolah umum seperti matematika, IPA, IPS, bahasa, dan lainnya. Pelajaran yang diajarkan disini adalah pelajaran setingkat SMP.

Remaja yang diundang dan ditampung di akademi akan menjalani pembelajaran yang sedikit berbeda dengan sekolah umum selama dua tahun atau empat semester. Akademi ini juga menggunakan sistem asrama yang bagiku menyenangkan karena kita bisa memilih ingin sekamar dengan siapa.

Selain itu, di asrama juga sudah disiapkan fasilitas fasilitas seperti di rumah. Mulai dari kantin dan dapur, tempat menyuci dan menjemur baju, hingga lapangan olahraga. Selain itu, di asrama tidak ada aturan khusus seperti yang ada di asrama tentara melainkan ada aturannya sendiri yang lumayan ringan.

Kami, remaja yang ditampung di sini akan mendapatkan kelas yang sama untuk dua tahun dimana satu kelas berisi delapan hingga sepuluh remaja. Aku sendiri, sekarang sedang berada di semester kedua. Kelasku adalah kelas 1B yang berisi delapan remaja.

***

Kembali ke cerita, saat ini aku sedang berjalan di sepanjang lorong di bangunan sekolah untuk menuju ke kelasku yang berada di lantai Satu. Aku menengok jam tangan yang kupakai di pergelangan tangan kiriku.

"Lima menit lagi bel akan berbunyi," pikirku saat mengetahui sudah berapa menit berlalu sejak aku bangun tidur tadi pagi.

Tak pakai lama aku pun tiba di kelas.

"Selamat pagi!" kataku sambil melangkahkan kaki melewati pintu masuk kelas yang membatasi ruang kelas dengan lorong bangunan sekolah.

"Pagi!" balas Trail, Tech, dan Proty yang sedang berada di dalam kelas. Mereka adalah teman sekelasku.

"Halo Clone. Tumben sekali datang jam segini. Biasanya pagi pagi sudah datang," Tech memberikan kalimat balasan untuk sapaanku itu.

Seperti biasanya, Tech sedang duduk di bangkunya dengan pandangan matanya yang terus terfokus pada layar ponsel yang dia pegang. Meski begitu, telinganya menjadi cukup tajam untuk mendengarkan apa yang sedang terjadi di sekitarnya.

Aku berjalan menghampiri Tech sambil berkata, "Oh, Aku bangun kesiangan hari ini."

Setibanya di sebelah bangku Tech, aku menepuk pundak Tech sambil mengintip layar ponselnya. Kulihat bahwa dia memainkan sebuah game yang sudah tidak asing lagi bagiku.

"Gen masih belum datang?" tanyaku kemudian.

"Belum," alih alih Tech, Proty menjawab pertanyaanku barusan.

"Aneh sekali," balasku.

Aku masih mengintip layar ponsel milik Tech. Kurasa Tech tidak terasa terganggu oleh hal yang kulakukan ini. Karena itulah kusimpulkan kalau aku boleh mengintip layar ponsel itu setiap Tech memainkan sebuah game.

***

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Mulai dari titik ini, jam pelajaran yang lama dan akan membosankan jika kuceritakan telah dimulai.

Aku berpikir untuk tidak menceritakan apa yang terjadi saat jam pelajaran ini. Karena sebenarnya, jam pelajaran di Academy of Super Ability itu sama seperti jam pelajaran di sekolah negeri maupun swasta lainnya.

Tapi hari ini, aku tidak melihat Gen dimanapun. Di awal cerita, aku menyimpulkan kalau dia sudah berangkat sekolah duluan tanpa membangunkanku. Namun, di poin ini, kesimpulanku keliru.

Gen tidak hadir di kelas sejak pagi ini. Saat Pak Steven, wali kelas kami membacakan daftar kehadiran, dia menanyaiku dimana Gen dan kenapa dia tidak hadir hari ini. Aku menggelengkan kepala saat ditanyai itu olehnya karena aku memang tidak tahu.

Saat jam istirahat juga, aku tidak melihatnya di kantin tempatnya biasa saat istirahat, atau di sisi sekolah manapun. Dia juga tidak ada di UKS, tempat anak yang sakit biasa dirawat.

Aku mencoba menanyai anak kelas lain soal keberadaannya. Berapa banyak dari mereka yang kutanyai, mereka semua menjawab hal yang sama. "Enggak" atau menggelengkan kepala.

Bahkan sekarang, aku ingat kalau aku mengingkari perkataanku di awal, bahwa aku tidak akan menceritakan apa yang terjadi di jam pelajaran hari ini. Ceritaku barusan hanya memperbanyak huruf dan membuat bab ini semakin panjang. Apa kalian tidak bosan membaca satu bab yang panjang sekali?

Aku sudah memutuskan, aku akan menskip cerita ini langsung ke jam pulang sekolah! Tapi sebelum itu, aku akan bilang kalau walikelasku, Pak Steven mengajar pelajaran seni di sekolah ini. Saat jam pelajaran tadi, dia memberi PR untuk membuat lukisan di kanvas. Dan sialnya, aku malah kembali cerita tentang jam pelajaran.

Jadi sepulang sekolah, aku akan meminta izin keluar komplek untuk membeli kanvas dan cat air karena orangtuaku tidak menitipkan kedua benda itu padaku saat aku tinggal di asrama akademi. Tapi untungnya, mereka memberiku cukup uang untuk membeli barang itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro