Chapter 8: Black Ace
11 Agustus 2014
Terdapat sebuah ruangan dimana orang – orang yang berada di dalam ruangan itu duduk mengelilingi sebuah meja kayu luas berbentuk persegi panjang.
Sisi panjang meja yang di sebelah kiri diduduki oleh mereka yang berjenis kelamin laki – laki, sementara yang di sebelah kanan diduduki oleh mereka yang berjenis kelamin perempuan. Kemudian, masing – masing sisi lebar meja diduduki oleh seorang laki – laki.
"Apa yang ingin kau sampaikan, Tyro?" tanya salah satu laki – laki yang duduk di sisi lebar meja.
Terdapat beberapa keriput di wajah laki – laki itu. Sebuah kumis bertengger di bawah hidungnya, menjadi ciri khas tersendiri bagi laki – laki itu. Meskipun begitu, rambut laki – laki itu masih belum memutih.
Namanya Hed. Dialah yang memimpin rapat di dalam ruangan itu.
Laki – laki di sisi lebar meja yang satunya berkata, "Apakah bapak – bapak ibu – ibu yang hadir di sini masih ingat dengan kejadian saat komplek diserbu oleh kerumunan pria berjas hitam?"
Hed menganggukkan kepala, disusul oleh manusia – manusia lain yang juga duduk mengelilingi meja.
"Saat itu, semuanya termasuk murid – murid berusaha mengusir mereka dari area sekolah, kan. Namun, karena kebanyakan orang sedang berada di area sekolah, tidak ada yang menyadari kalau ada lebih banyak kerumunan pria berjas hitam yang menyerbu area laboratorium daripada yang menyerbu area sekolah. Bahkan, tidak ada satu pun yang menyerang area gudang.
Tujuan mereka adalah Clothes of Chaos Kokoro 心 yang disimpan di laboratorium. Penyelidikanku selama satu bulan ini menemukan bahwa mereka adalah bagian dari sebuah sindikat kriminal pemilik Clothes of Chaos," sambung Tyro.
Tyro tidak duduk sendirian. Di samping kanannya terdapat sebuah kursi kayu lain yang diduduki oleh teman sekaligus sahabatnya, Ray. Keduanya adalah sosok manusia termuda yang berada di dalam ruangan itu.
Penjelasan Tyro itu mengejutkan seisi ruangan, termasuk Ray. Dia menoleh ke kiri sambil bertanya, "Tyro, kau tidak mengatakan ini padaku?"
Tyro menoleh ke kanan untuk balas menatap Ray. Ketika tatapan kedua laki – laki itu saling bertemu, Tyro berkata, "Ya. Aku belum mengatakannya kepada siapa pun. Sekalian kau kuberi tahu saat ini juga, Ray."
Ray kembali meluruskan kepalanya ke depan.
Sementara itu, seorang laki – laki berambut pendek dan berjanggut tipis yang duduk di sebelah Hed memukulkan tangan kanannya yang menggenggam ke atas meja. Bind adalah namanya.
Setelah terdengar suara ketukan, dia berkata, "Cih, mereka sudah merencanakan banyak hal dan kita tidak menyadarinya."
"Masalahnya, kita baru mengetahuinya saat ini," sela seorang perempuan berambut pendek dan berkacamata.
Suasana menjadi hening. Satu – satunya suara yang terdengar adalah suara ketukan dari sentuhan tangan Bind yang menggenggam dengan meja.
"Berdasarkan laporan yang kalian buat, kalian menyelidiki ini dari deep web, kan?" tanya Hed memecah keheningan.
Tyro menganggukkan kepala, sementara Ray di sebelah kanannya menyandarkan badannya ke kursi. Di dalam hati, dia berkata, "Bukan kami. Hanya Tyro saja."
"Seberapa jauh kalian telah memasuki deep web? Apakah kalian sadar kalau kalian berurusan dengan elit global? Aku bisa melaporkan kalian pada pihak berwenang atas tuduhan mengakses web terlarang," Hed menyipitkan mata ketika membom bardir Tyro dengan pertanyaan.
Tyro menghela nafas. Dia tetap tenang meski dihadapkan dengan pertanyaan yang memojokkannya.
"Sudah kuduga pasti ada yang bertanya seperti ini," pikirnya.
Ray menoleh ke kiri. Wajahnya mulai berkeringat. Namun, melihat Tyro yang tenang membuat rasa tenang itu menjalar padanya.
Kemudian, Tyro pun menjelaskan, "Pak Hed tidak mungkin melaporkanku ke pihak berwenang, karena artinya sama saja dengan membongkar rahasia Clothes of Chaos ke dunia luar. Di deep web, aku hanya menyelami hal – hal yang berhubungan dengan Clothes of Chaos saja. Lalu, aku juga sudah siap berhadapan dengan elit global.
Dalam penyelidikan kemarin, elit global telah mengirimkan seorang pembunuh bayaran untuk membunuhku."
Mata Hed semakin menyipit hingga tampak seperti terpejam.
"Lalu, apa yang terjadi padanya?" tanyanya kemudian.
"Aku berhasil menghasutnya dan membuatnya menjadi informan yang berguna dalam penyelidikanku. Berkatnya, aku menemukan banyak informasi yang tidak kutemukan di deep web," kata Tyro dengan kedua lengan diletakkan di atas meja.
Suasana lenggang sejenak. Seorang laki – laki yang wajahnya bersih tanpa kumis maupun jenggot—dia duduk di samping Bind—berkata, "Seperti yang kuharapkan dari Tyro."
Dia menghela nafas dan mendongakkan kepalanya. Laki – laki itu bernama Steven.
Tyro memandangi wajah setiap orang yang hadir di ruangan itu secara bergantian, sebelum kemudian dia menyandarkan badannya ke kursi. Pikirannya melayang ke masa lalu, beberapa jam sebelum rapat dimulai.
***
Beberapa jam yang lalu.
Tyro duduk menghadap layar komputer yang memancarkan cahaya biru. Kedua telapak tangannya diletakkan di atas papan ketik. Layar komputer itu menampilkan percakapan antara seseorang yang bernama Hitam dengan Ballz.
"Apa kau pernah mendengar tentang larangan untuk tertawa?" tanya Ballz.
Hitam menjawab pertanyaan itu dengan sebuah tanda tanya.
"Masa tidak pernah?" alih – alih menjawab, Ballz malah memanas – manasi Hitam.
Kesepuluh jari Tyro menari – nari di atas papan ketik di saat yang bersamaan dengan Hitam berkata, "Otakku yang kecil tidak memahaminya."
"Untung saja otakku besar," balas Ballz.
Tiba – tiba, pintu ruangan tempat Tyro berada terbuka. Di depan pintu, Ray berdiri sambil berseru, "Tyro!"
Yang dipanggil pun menoleh ke belakang. Tampaklah bahwa area putih di kedua matanya Tyro mulai memerah dan terdapat kantung mata kehitaman di bawah mata itu. Mungkin, itu adalah akibat dari terlalu lama menatap layar komputer.
"Ibu Kos kah?" tanya Tyro seolah membaca pikiran Ray.
Ray menganggukkan kepala. "Y—" perkataannya terputus, karena Tyro telah berdiri dari kursinya.
Dengan kedua tangan digenggamkan di samping badan, Tyro berjalan mendahului Ray dari sebelah kirinya. Setibanya di depan pintu ruangan yang telah terbuka, Tyro melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan itu.
Ray menyipitkan mata, memandangi layar komputer dimana Ballz berkata, "Hei, jawab dulu pertanyaanku."
Namun, Ray tidak menghiraukan tulisan di layar komputer itu dan malah membalik badannya. Dia pun berjalan mengikuti Tyro dari belakang.
Ruangan yang terdapat komputer itu—sebut saja ruang kamar, karena selain komputer, di dalam ruangan itu juga terdapat sebuah tempat tidur bertingkat—adalah salah satu ruangan kecil yang terdapat di dalam ruangan lain yang lebih luas, sebut saja ruang kos.
Selain ruang kamar, di dalam ruang kos juga terdapat ruang tamu, ruang dapur, dan kamar mandi. Saat ini, Tyro sedang berjalan dari ruang kamar ke ruang tamu.
Bisa dibilang bahwa Tyro dan Ray tinggal bersama di sebuah kos – kosan—kos – kosan termewah di kota, jika diperhatikan dari deskripsi ruang kosnya. Terbukti juga dengan adanya pendingin ruangan di ruang tamu.
Ruang kos ini terdapat di dalam sebuah bangunan setinggi dua lantai. Selain ruang kos yang ditempati Tyro dan Ray, ada sembilan ruang kos lain—lima ruang kos di setiap lantainya dan ruang kos yang ditempati Tyro terdapat di lantai dua. Semua ruang kos ini dikelola oleh seorang wanita yang dipanggil Ibu Kos.
Ibu Kos adalah wanita berbadan gemuk yang sedang berdiri menunggu di luar ruang kos Tyro. Dia berambut keriting yang dijepit dengan penjepit rambut merah muda, seolah memaksa rambut itu untuk menjadi lurus.
Begitu Tyro membuka pintu depan ruang kosnya, disambutlah dia oleh penampilan Ibu Kos yang sedang memakai daster bergambar bunga.
"Mana uang kos bulan ini!" katanya ketus.
Perkataan yang tanpa basa basi dan mengejutkan Tyro. Namun, Tyro tak berlama – lama terjebak dalam keterkejutannya dan segera berpikir untuk mengambil tindakan.
"Maaf bu, belum ada uang. Besok deh bu," inilah yang dikatakan Tyro.
Ibu Kos memegang sisi kiri dan kanan pinggangnya dengan kedua tangan sebelum mengatakan, "Kau belum membayar bulan ini sama sekali! Padahal, biasanya kau yang paling rajin!"
"He he, iya bu," balas Tyro sambil memegang bagian atas kepalanya dengan telapak tangan kanan.
Lalu, Ibu Kos menyondongkan badannya ke depan hingga wajahnya hampir menyentuh wajah Tyro dengan memasang tatapan menyelidik. Tyro membalas tatapan menyelidik itu dengan tatapan ketakutan. Dia bahkan menyondongkan badannya ke belakang dengan kemiringan yang sama dengan badannya Ibu Kos.
Ray tiba terlambat di ruang tamu, saat wajah kedua orang itu sedang saling berhadap – hadapan, membuatnya bertanya, "Tyro membuat masalah apa?" di dalam hati.
Semenit berlalu, Ibu Kos kembali menegakkan badannya. Kemudian, dia membalik badannya dan berjalan menjauh sambil menggerutu.
Sepeninggal Ibu Kos, Tyro menghela nafas. Dia meraih gagang pintu ruang kos dengan tangan kanannya.
Sementara itu, Ray berjalan mendekatinya dari belakang.
"Ray, aku menghabiskan uang kosku untuk membayar informan itu," kata Tyro saat Ray berada di jarak satu meter darinya.
"Mungkin, selanjutnya kau yang membayar seluruh uang kosnya," sambungnya sambil terkekeh.
Ray mengerutkan dahi saat berkata, "Harusnya kau saja, Tyro. Bukannya keluargamu kaya. Kau bisa meminta tambahan uang kos kan?"
Tyro menjawab perkataan yang mengandung pertanyaan itu dengan menggelengkan kepala. Kemudian, dia menjawab, "Yah, aku terlalu sungkan. Lagipula, tujuanku kos adalah agar bisa sedikit menjauh dari mereka. Biarkan saja yang enak – enak itu dinikmati Syco."
Kerutan di dahi Ray berangsur – angsur hilang saat jawaban itu terdengar olehnya. Jauh di dalam hati, dia membenarkan jawaban Tyro itu. Sebenarnya, Ray tidak sanggup menentang pendapat sahabatnya sendiri.
Sementara itu, Tyro melepas pegangan telapak tangan kanannya dari gagang pintu sambil berkata, "Benar juga. Nanti ada rapat di Academy of Super Ability."
Ray terdiam. Dia mencoba menggali ingatannya tentang rapat yang barusan dikatakan Tyro. Yang diingatnya, akhir – akhir ini Tyro sibuk menyelidiki organisasi kriminal tertentu dan kebenaran penyusup di Academy of Super Ability.
"Mungkin, rapat tentang penyusup di akademi," kata Ray.
"Ya. Itu dia," balas Tyro.
Dia memandang koridor bangunan kos. Ruang kosnya yang terletak di lantai dua membuat ruangan itu berhadapan langsung dengan balkon. Di seberang balkon itu terdapat sebuah ruang kos lain yang pintunya juga sedang terbuka.
Orang yang menempatinya—yaitu seorang laki – laki kuliahan juga, sama seperti Tyro dan Ray—sedang duduk bersila di depan pintu. Di pangkuannya terdapat sebuah laptop berwarna abu – abu yang menjadi fokus pandangan laki – laki itu.
Kemudian, Tyro mengarahkan pandangannya ke bawah balkon. Itu adalah sebuah areal paving yang menjadi tempat parkir sepeda motor bagi penghuni kos.
Setelah itu, dia menoleh ke belakang sambil bertanya, "Ray, mau ikut ke Academy of Super Ability gak?"
"Eh?" Ray terkejut oleh pertanyaan itu.
"Ikut denganku pas rapat nanti. Daripada bosan tidak melakukan apa – apa di sini," Tyro mengulangi pertanyaannya dengan mengubah pertanyaan itu menjadi sebuah pernyataan.
Ray mengedipkan mata, sesaat sebelum menjawab, "Boleh saja. Tapi, mungkin aku hanya diam saja di sana."
Tyro pun memutar badannya ke belakang dengan tumpuan kaki kiri, sehingga badannya melakukan gerak balik kiri, sebuah gerakan yang konon katanya, tidak pernah ada di dalam jenis gerakan baris berbaris.
***
Pikiran Tyro saat ini sedang dipenuhi banyak hal. Cara mengurangi beban pikiran Tyro adalah dengan mengatakan hal – hal yang dipikirkannya itu kepada hadirin di dalam ruangan itu. Masalahnya, mana dulu yang harus dikatakan?
Mengurutkan informasi yang ada dimulai dari yang paling penting hingga yang tidak terlalu penting adalah cara yang terpikirkan oleh Tyro untuk menentukan informasi mana yang harus dikatakan.
Kemudian, terdengar pertanyaan, "Informasi apa saja yang kau dapatkan dari deep web?" yang membuyarkan Tyro dari lamunannya.
Tyro pun membungkukkan badannya ke depan hingga kepalanya berada persis di atas meja.
"Sebagian sudah tertulis di laporan yang kubuat," jawabnya.
Hed menundukkan kepala, menatap sebuah jilidan kertas yang terletak di atas meja di depannya. Itu adalah laporan yang dimaksud Tyro. Telapak tangan kanan Hed meraba sampul jilidan itu, sebelum jari – jarinya memegang ujung lembaran pertama dari jilidan itu.
Kemudian, tangan kanan itu digerakkan untuk membalik jilidan kertas itu ke lembaran acak, sebuah lembaran yang isinya penuh dengan tulisan.
Sementara bola mata Hed bergerak ke kiri kanan untuk membaca tulisan di lembaran itu, Tyro mencoba untuk menyusun kembali isi pikirannya yang berantakan. Tyro menarik nafas panjang saat pikiran demi pikiran tersusun bagai rak buku yang rapi.
"Untuk meringkas, keberadaan tempat ini tidak lagi aman, karena informasi – informasi tentang akademi maupun Clothes of Chaos banyak diperjualbelikan di deep web. Kemudian, kerumunan yang menyerbu tempat itu pada saat itu dipimpin oleh Visty Blade, buronan level S dengan julukan Shadow Assassin.
Selain itu, sebagian saksi juga mengatakan kalau tempat ini sedang diawasi oleh penembak jitu yang merupakan buronan level SS bernama Blast Snip dengan julukan Eye of Terror," jelasnya kemudian.
Steven menyandarkan badannya ke kursi sambil berkata, "Mungkin, menyebarnya informasi akademi diakibatkan oleh penyusup yang kamu sebutkan itu."
"Tepat sekali!" tiba – tiba Tyro berseru sambil menjentikkan jari.
Seisi ruangan—termasuk Ray—pun menoleh ke arahnya. Jarang sekali Tyro tampak sesenang ini.
Seorang perempuan berkacamata memegang dagunya dengan jari jempol dan jari telunjuk kanan saat mengatakan, "Jadi, dua buronan itu bergabung dalam sebuah sindikat kriminal, begitu?"
"Ya. Nama sindikat kriminal itu adalah Black Ace," jawab Tyro.
***
Black Ace, sebuah sindikat kriminal yang setiap anggotanya memiliki Clothes of Chaos. Dengan memiliki pengaruh yang kuat di kegelapan dunia, Black Ace dapat menumbuhkan cabangnya hingga merangkul sebagian besar kelompok kriminal yang ada.
Dibentuk pada tahun 2011, Black Ace menganggap bahwa keberadaan Clothes of Chaos membawa kerusakan dan kekacauan di dunia ini. Oleh karena itu, mereka bertujuan untuk menghapuskan keberadaan Clothes of Chaos dengan cara menyerang dan membunuh mereka yang memiliki Clothes of Chaos.
Sejak berdiri, Black Ace telah memiloti tak terhitung banyaknya kasus – kasus kriminal. Di tahun 2012, kasus yang melibatkan Black Ace antara lain:
20 Mei 2012, penyerangan di perpustakaan kota yang diduga dilakukan oleh buronan level S, Shadow Assassin. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun pelakunya melarikan diri,
9 September 2012, penemuan bom waktu yang asal usulnya masih misterius di sebuah mall oleh pihak berwenang, dan
31 Desember 2012, aksi terorisme saat malam tahun baru. Dua orang terluka parah dan tidak ada korban jiwa.
Anggota inti Black Ace adalah mereka yang hadir saat hari berdirinya kelompok ini. Mereka adalah sebagai berikut:
Shad Lack, seorang pria tinggi dengan rambut disemir merah dan berpakaian sebuah jaket hitam dengan kemeja putih di baliknya. Di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya terselip sepuntung rokok,
Blast Snip, seorang wanita berambut ponytail berwarna coklat. Dia memiliki sepasang mata yang bola matanya berbeda warna, bola mata kiri berwarna coklat dan bola mata kanan berwarna merah. Kedua tangannya mengangkat sebuah senapan laras panjang di depan badan,
Visty Blade, remaja perempuan yang sedang menundukkan kepala. Berpakaian serba hitam dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Rambut hitamya yang panjang sedang terurai, tertiup oleh kencangnya angin,
Blaz Flar, remaja laki – laki dengan wajah mengantuk hingga kantung matanya memiliki kantung mata. Warna kesukaannya adalah merah, terbukti dengan jaket merah yang sedang dipakainya,
Picto Kira, laki – laki berbadan bungkuk dan berwajah bersih tanpa jerawat satu pun. Dia mengempit kanvas berbentuk persegi di ketiak kirinya. Tangan kanannya menggenggam sebuah kuas yang telah dilumuri dengan cat warna merah,
Line Clark, remaja laki – laki yang berambut pendek yang sedang berjongkok, dan
Ward Cime, sosok bertopeng putih dan berjubah hitam yang panjang hingga ke mata kaki. Sebuah pisau hitam sepanjang dua puluh senti dipegang oleh setiap tangannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro