Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5: Diskusi*

14 Juli 2013

Sebuah rumor beredar di kota, bahwa siapa pun dilarang untuk mendekati sebuah gang di pusat kota, karena katanya siapa pun yang mendekati gang itu akan mengalami kesialan. Meskipun begitu, rumor ini tidak pernah terbukti, karena tidak ada orang yang pernah mendekati gang tersebut.

Siapa yang tidak takut dengan yang namanya kesialan? Hanya orang yang memiliki kemampuan supranatural selalu beruntung sajalah yang berani menantang kesialan. Alasannya, karena kesialan itu tidak mungkin terjadi padanya.

Nampaknya, kemampuan supranatural selalu beruntung ini dimiliki oleh seorang pria yang mencoba mendekati gang itu. Gang itu hanya gang biasa, dilihat dari pintu masuk dan bangunan yang mengapitnya.

Sebelumnya, warga sekitar pernah melihat pria yang sama berjalan memasuki gang itu dan keluar dari dalam sana tanpa mengalami satu pun kesialan. Karena itu, muncul kelompok yang tidak mempercayai rumor tersebut.

Ini adalah kali ketujuh si pria mendekati gang itu. Sebelum, melangkahkan kakinya ke dalam, biasanya dia melakukan sebuah ritual yang katanya merupakan ritual penangkal kesialan.

Ritual itu sendiri adalah mengibas - kibaskan jaket yang dipakainya sebanyak tiga kali. Entah orang kurang kerjaan macam apa yang menghitung jumlah kibasan itu.

Setelah sukses melaksanakan ritual itu, si pria pun melangkahkan kakinya, memasuki gang itu dengan tatapan lurus ke depan dan rasa percaya diri merasuki hatinya.

"Aku ada tugas untuk mereka," pikir si pria.

Sekitar sepuluh meter telah dilalui oleh si pria. Dia pun tiba di suatu titik di dalam gang yang menjadi alasan berkembangnya rumor aneh di kota.

Di titik yang dimaksud, terdapat satu - satunya rumah yang memiliki teras depan. Rumah berlantai satu, berdinding putih dengan teras berupa ubin berwarna kuning, dan dua buah jendela yang menghiasi tembok depan rumah ini terletak di sisi kiri jalan, jika dilihat dari arah datangnya si pria.

Lima orang laki - laki bertampang sangar sedang duduk bersila di teras rumah. Badan mereka penuh dengan tato yang menambah kesangaran pada tampang mereka. Mereka adalah sumber rumor aneh itu.

Laki - laki yang berbadan paling besar duduk bersila dengan kedua tangan diletakkan di atas lutut. Dia memamerkan kedua lengannya yang berotot dan terdapat tato sebuah karakter game. Tato itu memperlihatkan sosok pria yang tak kalah kekarnya. Di atas kepalanya terdapat mahkota emas dan tangan kanannya memegang sebilah pedang.

Laki - laki gemuk yang duduk di sebelah kirinya juga memiliki tato yang serupa di telapak kakinya. Tentu saja, tato itu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan milik si laki - laki kekar. Dia sedang memasukkan ujung jari kelingking kirinya ke dalam lubang telinga kiri.

Kemudian, ada dua orang laki - laki kembar yang berbadan kurus dan berambut mohawk. Rambut si kembar yang pertama disemir warna merah, sementara rambut si kembar yang kedua disemir warna coklat.

Keduanya memakai kaos kutang putih, sehingga pada lengan kanan masing - masing dari mereka tampak sebuah tato berupa naga berwarna merah gelap yang terbentang dari lengan atas ke lengan bawahnya.

Dan yang terakhir, adalah laki - laki yang terlihat paling muda. Dia masih seusia anak SMP, sekitar tiga belas hingga lima belas tahunan. Di telapak tangan kanannya terdapat tato iluminati, yaitu sebuah gambar segitiga berwarna hijau dengan sebuah mata yang juga berwarna hijau di dalam segitiga itu.

Kelima laki - laki itu menoleh ke arah jalan saat si pria tiba di samping mereka.

"Apa yang kau inginkan?" tanya laki - laki yang berbadan besar seolah terganggu dengan kehadiran si pria.

Si pria memperlihatkan seringainya yang membuatnya terlihat sangar, sama seperti lima laki - laki yang sedang duduk bersila di teras rumah. Dia menunjukkan tangan kanannya yang sejak tadi dia sembunyikan di dalam saku jaketnya.

Tangan kanannya itu memegang sebuah dompet kulit berukuran tujuh kali tujuh dan berwarna coklat. Si pria membuka dompet itu dengan cara melipat bagian depan dompet ke arah luar.

Kemudian, si pria memasukkan jari telunjuk dan jari tengah kanannya ke dalam salah satu ruangan dompet. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengeluarkan sebuah kertas berwarna merah mengkilap dari dalam ruangan itu.

Sambil mengibaskan kertas itu di depan wajahnya, si pria berkata, "Kemarin, aku memenangkan undian dan mendapatkan kupon ini. Kalian bisa menukarkan kupon ini di supermarket terdekat dan mendapatkan uang jutaan."

Si laki - laki kekar melotot. Bola matanya memancarkan harapan bahwa si pria akan memberikan kupon itu padanya.

Hal yang sama juga terjadi pada empat orang laki - laki yang lainnya. Bahkan, laki - laki yang gemuk sampai meneteskan air liur.

"Aku mau uang itu," ucap mulut salah satu dari si kembar.

"Hoi diamlah!" si kembar yang satunya berseru sambil berbisik.

Dia mengayunkan lengan kanannya ke depan wajah saudaranya. Namun, saudaranya itu tiba - tiba memiringkan kepala ke kanan, membuat telapak tangan itu hanya mengusap bagian kiri dari kepalanya.

Kembali ke si pria, dia bertanya, "Kalian mau kupon ini, kan?" untuk memanas - manaskan suasana.

"Y-ya. Aku mau," jawab lima orang laki - laki yang lainnya secara bersamaan.

Kalau soal uang, bahkan lima orang yang katanya dapat membawa kesialan ini pun tidak berkutik. Itulah ritual penangkal kesialan yang sesungguhnya.

Si pria tersenyum sinis sambil memasukkan jari telunjuk dan jari tengah kanannya yang memegang kupon itu kembali ke dalam dompet. Sontak, hal ini membuat aura harapan yang dipancarkan bola mata si laki - laki kekar menghilang dan digantikan oleh aura keputusasaan dan penyesalan.

"Aku akan memberikan kupon ini pada kalian dengan satu syarat. Kalian harus mencari dan membunuh Clone Spiral," katanya kemudian.

"Kenapa harus Clone Spiral?" tanya laki - laki yang paling muda untuk memprotesnya.

"M-maksudku, kenapa tidak anak akademi yang lainnya saja? Clone Spiral jarang keluar dari komplek dan itu akan menyusahkan kami," sambung salah satu dari si kembar dengan terbata - bata.

Si pria menghela nafas. Dia menggerakkan tangan kanannya yang memegang dompet kulit ke dalam saku jaket yang sebelah kanan sambil berkata, "Karena Spirit Ability miliknya."

"Dia bisa mengendalikan udara. Spirit Ability milikku tidak bisa digunakan ke udara dan udara juga menjadi kelemahan dari Spirit Ability milik Blaz," sambungnya.

"Tapi, jangan sampai Line tahu soal ini," nada bicara si pria memelan saat dia mengatakan ini.

Sesaat kemudian, terdengar suara seperti seekor kucing yang sedang berlari di atas genting dari atap rumah tempat kelima-maksudnya keenam-orang ini berkumpul.

Suara seperti kucing berlari di genting ini disusul oleh suara seorang manusia yang sangat familiar di telinga keenam laki - laki itu. Suara itu mengatakan, "Aku sudah mendengarnya."

Si pria pun mendongak ke atas. Alangkah terkejutnya dia saat melihat bahwa di atas atap teras rumah itu terdapat seorang remaja laki - laki yang sedang berjongkok tanpa takut ketinggian, maupun takut terjatuh.

Remaja laki - laki itu berambut pirang dengan poni panjang hingga menutupi kedua matanya. Dia adalah Line, orang yang barusan dibicarakan si pria.

Si pria menatap Line dengan tatapan yang memperlihatkan rasa terkejut sambil bertanya, "Sejak kapan kau ada di sana, Line?"

"Apa kau melupakan Spirit Ability yang kudapatkan?" Line balas bertanya, membuat rasa kesal perlahan muncul di dalam hati si pria.

"Jangan coba - coba mendekati Clone. Dia adalah targetku," kata Line kemudian.

"Cih," cibir si laki - laki kekar.

Sambil mendongakkan kepala, si pria menghela nafas. Sedetik kemudian, dia menundukkan kepala, sehingga pandangannya kini tertuju pada kelima orang dewasa yang sedang duduk bersila di teras rumah.

"Baik, perubahan rencana," katanya kemudian.

Laki - laki yang berbadan besar mengalihkan pandangannya kepada empat orang laki - laki yang sedang duduk bersila. Apa yang dia lihat pada keempat orang temannya itu bukanlah apa yang sesuatu dia harapkan. Itu adalah sesuatu yang seharusnya mereka hindari.

Tampang sangar pada keempat orang temannya itu seolah lenyap, tergantikan oleh tampang memelas-pemikiran mereka teralihkan kepada kupon yang tadi ditunjukkan oleh si pria dan mereka berkeinginan kuat untuk memiliki kupon itu.

Air liur tak henti - hentinya menetes dari bagian kiri mulut si laki - laki gemuk. Air liur yang menetes mengenai lutut kiri si laki - laki gemuk dan membentuk genangan air di sana. Si laki - laki gemuk tidak menyadari keberadaan genangan air itu, karena dia tidak merasa terganggu dengan rasa basah di lututnya itu.

Si laki - laki muda menggeser posisi duduknya ke kiri hingga dia tiba di samping kanan si laki - laki gemuk tiga menit kemudian.

Tangan kanannya memegang sebuah kain usang berwarna putih. Si laki - laki muda meletakkan telapak tangan kanannya sambil memegang kain itu di atas lutut sebelah kanan si laki - laki gemuk untuk membersihkan genangan air liur di sana.

Di sisi lain, salah satu dari si kembar-yang berambut coklat-membelalakkan matanya dengan tatapan penuh harap. Si kembar yang satunya-yang berambut merah-berulang kali mengusap telapak tangan kanannya di depan wajah saudaranya itu.

Memang, hanya si kembar yang berambut merah sajalah yang tetap menjaga kesangarannya.

"Jadi bagaimana ini? Apa yang harus kami lakukan?" tanyanya.

"Kalian cukup menculik satu atau dua anak dari akademi dan mengorek informasi tentang akademi sebanyak - banyaknya dari mereka," jawab si pria dengan berkacak pinggang.

Jawaban itu membuat si laki - laki kekar merasa tidak puas. Dia pun mendongakkan kepala dan bertanya, "Bukankah kalau soal akademi kau yang lebih tahu banyak?"

"Tidak," jawab si pria, memberikan jeda sejenak dalam perkataannya.

"Ada hal lain yang tidak kuketahui tentang akademi. Tapi, anak - anak itu pasti mengetahuinya," sambungnya.

Line meninggalkan posisi jongkok dan beralih ke posisi berdiri, membuat suara yang seperti kucing berlari di atas genting itu kembali terdengar. Saat melakukan gerak peralihan jongkok ke berdiri, Line berkata, "Aneh sekali."

"Itulah kenyataannya," balas si pria tidak mau kalah.

Suasana hening sejenak selama lima menit. Dalam jangka waktu lima menit itu, kelima laki - laki yang sedang duduk bersila di teras rumah berusaha untuk mengembalikan tampang sangar mereka, setelah sebelumnya lenyap akibat tergiur oleh uang yang ditawarkan si pria.

Si laki - laki kekar mendeham dengan suara mendeham yang bergema di sepanjang gang. Kemudian, dia berkata, "Baiklah, akan kulakukan."

"Setelah ini selesai, kau pasti akan memberikan kupon itu kepada kami, kan?" si laki - laki gemuk masih berharap akan kupon yang barusan ditunjukkan oleh si pria.

"Ya," jawab si pria.

Sementara itu, di dalam hatinya dia berkata, "Itu pun jika kalian berhasil."

***

16 Juli 2013

"Sayang sekali, kalian gagal," si pria memasang raut wajah kecewa.

Dia berjalan mondar - mandir di depan teras rumah yang sama, dengan lima sosok laki - laki yang sama sedang duduk bersila di atas teras, dalam urutan duduk yang sama pula.

"Kami tidak menduga kalau Clone akan menggunakan Spirit Ability," jawab laki - laki yang gemuk.

Dengan badan sempoyongan-tubuhnya bergoyang ke kiri kanan setiap kali dia bergerak dan dia tidak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya saat sedang berdiri atau berjalan-si laki - laki gemuk berjalan ke hadapan si pria.

Sedetik kemudian, dia bersujud, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan dengan membungkukkan badan hingga dahi, telapak tangan, lutut, dan ujung jari kaki menyentuh lantai. Dengan melakukan gerakan seperti ini, kepala seseorang yang bersujud-yaitu si laki - laki gemuk-berada di bawah kaki si pria.

"Ampuni kami!" kata si laki - laki gemuk dengan suara berat dan nafas tersenggal - senggal.

Si pria mengalihkan pandangannya dari si laki - laki gemuk seolah tidak menghiraukannya. Kini, pandangannya tertuju pada empat laki - laki lain yang masih duduk bersila.

"Ah, betul juga. Siapa saja yang berhasil kalian tangkap?" tanyanya kemudian.

"Clone dan Gen," jawab si laki - laki muda dengan percaya diri.

Si pria menghela nafas. Dia meletakkan kedua lengannya menyilang di depan dada dengan posisi lengan kiri berada di bawah lengan kanan sambil berkata, "Bukankah sudah Line bilang untuk tidak menangkap Clone?"

Setelah mendengar perkataan itu, rasa percaya diri pada si laki - laki muda mulai menciut.

"Ta-tapi, saat itu hanya dia yang kebetulan sedang di luar komplek," sambung si kembar yang berambut coklat.

Dia terlihat gugup. Keringat dingin mengalir dari atas kepalanya dan membasahi kedua sisi wajahnya. Badannya gemetar. Kedua telapak tangannya dalam posisi menggenggam di atas lutut.

"Lalu, informasi apa saja yang kalian dapatkan dari mereka?!" si pria kembali bertanya dengan suara lantang.

"I-itu," kata si laki - laki gemuk dengan terbata - bata.

"Gen tidak menjawab apa pun yang kami tanyakan. Walau kami sudah menyiksanya, satu - satunya hal yang dia katakan hanyalah bahwa dia adalah pemilik Clothes of Chaos dan berasal dari akademi," jawab si kembar yang berambut merah.

Dia terlihat tenang, berbanding terbalik dengan saudaranya yang sedang gugup.

"Sudahlah," nada bicara si pria menurun secara tiba - tiba.

Mengetahui emosi si pria sedang dalam titik terendah, si laki - laki gemuk memberanikan diri untuk bangkit dari gerakan sujudnya dan memasuki posisi berdiri tegak, walau dengan badan yang masih sempoyongan.

Di saat yang bersamaan, si laki - laki kekar berdiri di sebelah kanan si laki - laki gemuk. Dia menghela nafas, lalu menggulung kedua lengan bajunya ke atas, memperlihatkan tato miliknya-yang bergambar karakter game itu-sekaligus memamerkan ototnya.

Si laki - laki kekar mengarahkan pandangannya ke depan, membuat pandangannya itu saling bertemu dengan pandangan si pria. Dengan tatapan tajam, dia bertanya, "Jadi, bagaimana tentang kupon itu? Apa ada hal lain yang bisa kami lakukan?"

Si pria tersenyum sinis. Tatapannya tak kalah tajam dengan tatapan si laki - laki kekar.

"Bagaimana, ya? Seharusnya, kalian menerima hukuman," kata si pria dengan nada mengejek.

Sementara itu, di dalam hatinya dia berkata, "Lagipula, anak - anak jalanan ini sudah tidak kubutuhkan. Aku bisa mengurusi soal akademi itu sendirian dengan bantuan Blaz."

Saat mereka berdua masih beradu tatapan-siapa yang tatapannya paling tajam dialah yang menang-tiba - tiba si laki - laki kekar membelalakkan kedua matanya dengan bola mata yang memerah.

"A-" dia berseru tertahan.

Terdengar suara kain dirobek, bersamaan dengan darah yang tiba - tiba merembes dari bagian baju yang menutupi perutnya. Di perutnya itu menancap sebuah mata pisau berwarna perak yang ditusukkan oleh seseorang dari belakangnya.

Saat pisau itu ditarik kembali, si laki - laki kekar langsung berlutut di depan si pria. Dia menggerakkan tangan kanannya hingga telapak tangan kanannya menutupi bagian perutnya yang terdapat luka tusukan.

"Ugh," dia merintih kesakitan.

Sontak, si laki - laki gemuk juga ikut tersungkur ke depan. Saat badannya menghantam jalanan, tampaklah kalau ternyata di perutnya juga terdapat luka tusukan, sebuah luka tusukan yang mirip dengan luka tusukan pada si laki - laki kekar.

"AAAAARRRGGHH!!!" terdengar suara teriakan kesakitan dari arah teras rumah.

Si pria menoleh ke arah teras rumah dan melihat kalau di perut ketiga laki - laki yang sedang duduk bersila di teras juga terdapat luka tusukan yang sama. Darah tak henti - hentinya mengalir dari luka itu hingga membuat genangan di teras rumah.

Si laki - laki muda berbaring di atas teras. Dia tidak sanggup menahan rasa sakit yang berasal dari luka itu dan membuatnya tewas seketika.

Sementara itu, masing - masing dari si kembar meringkuk di atas teras dengan telapak tangan kanan masing - masing dari mereka memegang bagian perut mereka yang terluka.

"Apa apaan ini?!" si kembar yang berambut coklat berteriak.

"Padahal, kami tidak ditusuk!" kata si kembar yang berambut merah.

Seseorang yang tadi menusuk si laki - laki kekar berjalan ke samping kirinya si pria. Dia adalah seorang laki - laki yang berkulit sawo matang. Bola matanya yang berwarna merah menatap tajam ke depan. Postur badannya cukup pendek untuk laki - laki seuisanya, yaitu usia dua puluhan.

Dia memakai jaket hoodie berwarna hitam dengan garis -garis kuning di sepanjang lengan dan badannya. Rambutnya yang berwarna coklat hanya terlihat poninya saja, karena kepalanya tertutup oleh hoodie.

Dia berkata, "Aku sudah melakukan sesuai yang kau suruh. Sekarang, mana bayaranku?" sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku jaket.

Si pria mengibaskan sebuah kertas kupon berwarna biru-kertas kupon yang sama dengan yang sebelumnya dia janjikan untuk diberikan kepada si laki - laki kekar jika berhasil melakukan tugasnya-di depan wajahnya sambil berkata, "Ini dia."

"Ku-kupon itu?" gumam si laki - laki kekar.

Dalam waktu singkat, hanya sepersekian detik saja, lelaki yang memakai hoodie itu telah merebut kertas kupon dari tangan kanan si pria. Kini, gantian dialah yang mengibaskan kupon itu di depan wajahnya dengan menggunakan tangan kanan.

"Terima kasih," begitulah katanya.

Melihat laki - laki yang memakai hoodie bisa mendapatkan kupon itu tanpa harus bersusah payah membuat si laki - laki kekar merasa iri.

"Si-siapa dia?" tanya si laki - laki kekar dengan menahan rasa sakit di perutnya.

"Biar kuberi tahu sesuatu," jawab si pria.

Sambil menggerakkan jari telunjuk kanan hingga menuding laki - laki yang memakai hoodie itu, dia berkata, "Gang ini dijuluki sebagai gang pembawa kesialan bukan karena keberadaan anak - anak jalanan seperti kalian."

"Tapi, itu karena keberadaanku dan Sphere. Seisi gang ini telah dikuasai oleh Spirit Ability milikku dan miliknya," sambung si pria, sementara laki - laki yang memakai hoodie menganggukkan kepala.

Kemudian, laki - laki yang memakai hoodie berkata, "Kalian bisa tinggal di sini adalah berkat Spirit Ability Aida 間. Sebaiknya, kalian tidak membuatku kecewa atau kalian akan merasakan akibatnya."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro